16. Their Goodbye

140 9 0
                                    

Akhir minggu tiba, hari Sabtu malam adalah jadwal Dohoon untuk lembur. Jam telah menunjukkan pukul 9 malam ketika Dohoon pada akhirnya diizinkan untuk pulang. Ia melirik ke arah parkiran, senyumnya terkembang saat didapatinya Gyuvin menduduki bagian depan mobilnya dengan sekotak susu coklat di tangannya. Bibirnya mengerucut, pertanda ia bosan menunggu Dohoon hingga nyaris 2 jam.

"Gyuvin.. kok nggak bilang kalo mau jemput?" Dohoon berlari kecil ke arah pemuda itu. Gyuvin lantas mengendikkan bahunya. "Gue lembur.. tadinya gue mau pulang sendiri soalnya harus mampir dulu ke tempat Kak Shinyu buat ambil barang."

"Gue bukan Gunwook sih yang hafal jadwal lo," cengir Gyuvin.

"Lo bete ya?" Dohoon mencebikkan bibirnya, lalu meletakkan dagunya di bahu Gyuvin. "Maaf.."

"Apa sih? Nggak kok.. 'kan emang bener gue sok tau, main dateng aja. Yaudah.. yuk, ke tempat Kak Shinyu? Tapi gue nggak turun ya.. udah ngantuk soalnya."

"Aduh.. mau kopi dulu nggak? Gue buatin bentar.." Dohoon menautkan kedua alisnya, menunjukkan raut panik.

"Ngerepotin ah, lo udah lepas apron. Yuk?"


- - -


"Kenapa ya Kak Shinyu nggak mau angkat telpon?" keluh Dohoon saat mereka sudah tiba di parkiran apartemen Shinyu. "Padahal nyala.."

"Lagi sibuk kali sama Youngjae makanya nggak kedengeran," ujar Gyuvin, iseng. Namun itu cukup untuk membuat Dohoon membuang pandangannya ke luar. "Lo turun aja gih, toh masih punya kartu akses."

"Iya sih. Oke.. bentar ya."

Dohoon memasuki unit lamanya dengan sedikit mengendap, persis seperti maling. Betapa terkejutnya ia mendapati Shinyu yang merenung seorang diri di balkon dengan sebatang rokok yang masih menyala di tangannya. Ponselnya tergeletak begitu saja di meja dapur. Sedangkan koper Dohoon terlihat rapih, terisi penuh di atas karpet bulu kesayangannya.

Ia meletakkan salah satu paperbag yang ia bawa di dalam kulkas, lalu menghampiri Shinyu sembari menenteng paperbag yang lebih besar.

"Kak.." cicitnya. "Sendirian?"

Shinyu menoleh, lalu menggeser posisi duduknya.

"Sini duduk. Youngjae lagi ambil barang di tempat Gyuvin," sahutnya, sedikit ketus.

"Ohh.. hihi. Sama kalo gitu.." Dohoon seketika merasa gugup.

"I got your message, kok. Tuh baju-baju lo udah gue beresin."

"I-iya kak. Makasih ya."

"Something is bothering me though," ujar Shinyu lagi. "Lo mau pergi dari sini karna keganggu, atau karna hal lain? Perkara uang sewa? Lo 'kan tau gue nggak keberatan nanggung."

Dohoon terdiam dibuatnya. Senyumnya seketika luntur, terganti dengan tatapan sendu.

"Kak.." cicitnya.

"Do you really want to go? Do you NEED to go?" desak Shinyu. "Gue nggak bisa tanpa lo disini, Ddo. Baru sehari, gue udah ngerasa berantakan. Beda banget rasanya..."

"Berantakan karna nggak ada gue yang beberes?" Dohoon memaksakan senyumnya. Ia sadar betul kemana arah pembicaraan mereka, namun ia memilih untuk berpura-pura bodoh.

"Everything is a mess. Berduaan doang sama Youngjae itu.. pokoknya beda sama lo. Kita nggak senyambung itu, dia lebih banyak sibuk sendiri sama HP-nya. Baru sehari gue udah ngerasa dicuekin kayak patung. Gue nggak bisa cerita, nggak bisa ngeluh..."

"Tapi lo bisa ngelampiasin nafsu lo, seenggaknya," potong Dohoon.

"Lo pikir orang pacaran gunanya cuma buat itu?" dengus Shinyu. "Gue terlalu terbiasa sama lo disini. Gue bisa gila..." Shinyu mematikan rokoknya dan duduk bersandar pada pintu. Kepalanya mendongak, menahan air matanya yang telah berkumpul di pelupuk dan siap jatuh.

"Kak.." Dohoon menepuk bahu Shinyu, lalu merematnya lembut. Shinyu kembali menatapnya, membiarkan air matanya jatuh untuk kali ini.

"Jangan pergi.." lirihnya. "Gue butuh adek gue. Gue nggak mau sendiri.."

"Kak, kasian Youngjae. Lo pikirin dong perasaan dia gimana kalo gue terus-terusan ada disini. Sekiranya gue nggak keganggu pun, pasti dia yang keganggu. Lo tanya aja sendiri sama dia."

"Apa kita harus pindah ke tempat yang lebih gede? Yang kamarnya dua? Jadi kita bisa bareng terus.. lo sama Gyuvin juga..." Shinyu mengguncang kedua bahu Dohoon, ia terdengar putus asa.

"Nggak gitu kak.. jangan berlebihan. Gue cuma temen lo.. it's not like you're gonna spend the rest of your life with me. Kita harus pisah, udah gede. Udah punya hidup masing-masing. Katanya lo mau serius sama Youngjae? Mau ke jenjang yang lebih dari ini?"

"Gue rasa gue harus pertimbangin lagi itu," lirih Shinyu.

"Nggak boleh gitu. Lo cowok kak, nggak baik narik omongan sendiri..."


'Cup'


Kecupan yang tiba-tiba itu mendarat di pipi Dohoon.

"Baik-baik ya, Ddo. Gue sayang banget sama lo. Jaga diri lo, okay? Cowok-cowok di luar sana nggak sebaik yang lo pikir.."

"Cowok apa sih kak? Gue nggak doyan anjir, jangan samain gue sama lo," Dohoon menggigit bagian dalam pipinya.

"Ya siapa tau," Shinyu mengusak surai Dohoon dengan gemas, lalu mengusap sisa air matanya.

"Jangan cengeng gitu ah. Gue pergi ya kak? Kasian Gyuvin nungguin di parkiran. Ini.. jaket lo yang waktu itu gue pinjem. Makasih ya kak.." Dohoon menyodorkan paperbag berukuran sedang yang ia bawa. "Ada dalgona buat lo sama Youngjae di kulkas."

Shinyu pun menahan tangan Dohoon, senyumnya terkembang.

"No, you keep it. It's already been yours since the day you borrowed it. You liked it a lot."

"Kak! Jangan ngada-ngada, ini harganya kayak gaji gue dua bulan.." cicit Dohoon.

Shinyu menggeleng, kemudian menepuk pucuk kepala Dohoon.

"Pergi sana. Keburu gue nangis lagi."

Dohoon pun pergi dengan membawa kopernya. Menoleh untuk terakhir kali sebelum menutup pintu.

'Baik-baik ya kak sama Youngjae. Jangan bikin semuanya makin sulit buat gue.'







.....tbc



—————

A/N : So.. this is a goodbye for Shinyu and his 'little bro'.

"Yaelah pisah tempat doang drama banget."

...yeah, I know. Sorry for that, it's just necessary and you'll know why.

MR. PHOTOGRAPHER (Shindo / Nitdo, Nidjae ft Binhao, Gunvin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang