Setahun kemudian...
Tak terasa, setahun sudah berlalu semenjak Shinyu meminta Dohoon untuk menjadi kekasihnya. Dohoon memang tidak pernah menjawab 'ya' secara gamblang. Namun, caranya memperlakukan Shinyu, bukankah sudah lebih dari cukup!
Seperti pagi ini contohnya, Dohoon membuatkan secangkir kopi untuk Shinyu dan mengantarnya ke kamar, benar-benar merajakan lelaki itu.
"Kopinya, Kak Yu," Dohoon menaruh satu cangkir ukuran kecil di atas meja nakas Shinyu.
"Makasih ya, Shin Dohoon. Sana lo buru berangkat kerja," ujar Shinyu dengan nada ceria. Dohoon lantas melayangkan protesnya.
"Nama gue Kim Dohoon kak, nggak ada Shin-nya! Lo mah nambah-nambahin."
"Gapapa, gue suka manggil lo pake nama gue."
"Tapi lo ganti nama gue seenaknya!"
"Shin Dohoon. Udah nggak usah tawar-menawar, nanti kalo kita udah nikah juga itu bakal jadi nama lo," kekeh Shinyu gemas.
"Kalo gitu, gue boleh panggil lo Kim Junghwan?" Dohoon menaikkan sebelah alisnya dengan jahil.
Shinyu menyunggingkan senyum miringnya. Mendekatkan bibirnya ke telinga Dohoon, lalu berbisik pelan.
"Kalo dipikir, lama juga ya gue nggak bikin lo ngedesah? Takut lo lupa, sih. Gimana, hm?"
Dohoon seketika merasa pipinya bersemu dan memerah hingga ke telinga.
"Oke.. gue kalah," cicit Dohoon.
"Morning kiss buat gue mana, Ddo kecil?" Shinyu berpura-pura ketus.
Dohoon meringis. Lengannya yang kurus namun berotot pun ia lingkarkan di leher Shinyu, sembari mendaratkan kecupan-kecupan kecil di bibir tebalnya.
Shinyu? Ia tidak berhenti sampai disana. Dibukanya kancing piyama Dohoon hingga sebatas perut. Mengendusi tulang selangkanya, menghisap serta meninggalkan tanda keunguan disana. Ia sengaja tidak melakukannya di leher, karena Dohoon masih harus pergi bekerja dan ia tidak ingin membuatnya malu.
Dohoon menengadahkan lehernya serta menggigit bibir bawahnya saat ciuman Shinyu turun ke dadanya. Menjilati tonjolan kecil kecoklatan disana dengan gerakan memutar. Dibuatnya yang lebih muda merintih tak karuan, wajahnya memerah dan keringat tipis membasahi pelipisnya.
Jari-jari Shinyu menjalari otot halus di perut Dohoon, lalu terhenti di karet boxer-nya. Ciumannya berubah menuntut, sementara tangannya masuk ke dalam celana tidur Dohoon dan meremas bokongnya dari kedua sisi.
Dohoon yang lebih dulu tersadar pun mendorongnya menjauh.
"Kak.. maaf, gue harus pergi kerja. Nanti malem kita lanjutin ya? Please please please.." ujar Dohoon dengan hati-hati. Ia takut membuat Shinyu marah, jelas saja.
"Tapi gue juga ada kerjaan hari ini, Shin Dohoon. Seenggaknya kasih gue semangat pagi," dengus Shinyu.
"I'll make you your favorite dinner? With me as the appetizer?" bujuk Dohoon, sembari menangkup wajah Shinyu dan membelai pipi tirusnya pelan.
Shinyu pun mengecup pipi Dohoon singkat.
"Bolehlah. Semangat kerjanya, Kecil."
- - -
Shinyu baru menginjakkan kaki lagi di apartemennya saat jam telah menunjukkan pukul 12 malam. Sesuai janji, Dohoon benar-benar menunggunya. Pemuda imut itu duduk di sofa kesayangannya dengan mengenakan bathrobe berwarna biru lamgit, pertanda ia telah siap untuk sang kakak.
"Shin Dohoon.. lama nunggu?" Shinyu berjalan dengan langkah gontai ke arah Dohoon. Mengecup bibirnya singkat, kemudian berbaring menyamping di sofa. Menggunakan paha Dohoon sebagai bantalnya, memeluk pinggangnya sembari mendusali perutnya.
Dohoon pun bermain dengan surai kecoklatan Shinyu hingga pemuda yang sudah sangat mengantuk tersebut nyaris jatuh tertidur.
"Kak.. gue mau ngomong serius. Boleh nggak?" ujar Dohoon pelan.
"Seserius apa sih? Capek banget gue, bisa nunggu sampe besok pagi aja nggak?" sahut Shinyu malas.
"Gue tau lo sebenernya nggak percaya komitmen..." Dohoon memulai.
"Shin Dohoon. Kalo gue nggak percaya, ngapain gue ngajak lo nikah? Emang lo kira gue bercanda?"
Dohoon pun tersenyum pasrah.
"Bukan gitu. I just want to hear your thoughts on having kids."
"Too soon, we're both too young and reckless. Kenapa? Lo udah pengen?"
Dohoon kini memalingkan wajahnya dengan air mata menggenang. Mereka saling diam untuk beberapa saat, hingga Shinyu menggelengkan kepalanya.
"This is non-sense.." gumamnya seraya menarik tangan Dohoon hingga keduanya berdiri sejajar. "Tidur aja, yuk."
Mereka bergegas ke kamar, Shinyu tidak repot-repot mengganti bajunya. Ia naik ke tempat tidur masih dengan pakaian formal nan lengkap. Merengkuh pinggang Dohoon dari belakang, menyandarkan dagunya ke bahu sang kekasih dengan nyaman.
"Kak, gue bukan cuma berandai-andai. Lo nggak maukah, punya anak lo sendiri?" gumam Dohoon.
"Lo kenapa sih? Jangan bilang lo latah karna liat anaknya Kak Hanbin," sergah Shinyu. Ia perlahan melepaskan pelukannya, kemudian berbaring membelakangi Dohoon. "Stop talking non-sense. Lo aja belum mau gue bawa hadap Papa sama Mama, lo tuh yang nggak jelas, serius sama gue atau nggak."
.....tbc
—————
A/N : pemanasan dulu~

KAMU SEDANG MEMBACA
MR. PHOTOGRAPHER (Shindo / Nitdo, Nidjae ft Binhao, Gunvin)
Fanfiction"Being on set is not the only thing I'm GOOD at." - bxb - semi-baku - twitter AU style - Top!Shinyu & Bot!Dohoon, Bot!Youngjae