Satu minggu berlalu lagi, hujan turun deras malam itu. Dohoon pulang dengan berjalan kaki dari stasiun menuju apartemen Shinyu, bermodalkan hoodie abu-abu untuk melindungi kepalanya.
'Cklek'
"I'm home.." seru Dohoon. Ia muncul di depan pintu, memeluk tubuhnya sendiri yang kedinginan.
Shinyu pun menyambutnya dengan raut khawatir. Ia memeluk tubuh kurus itu erat, berusaha menghangatkannya meskipun ia tau tak ada gunanya.
"Kok lo nggak minta jemput aja sih?" Shinyu menangkup wajahnya, mengelus pipi sehalus kapas itu dengan ibu jarinya.
"Gue sungkan," Dohoon memalingkan pandangannya. Shinyu lantas mendecakkan lidahnya.
"Karna?"
"The mood isn't right aja, kak."
"Lo hindarin gue terus semenjak kita balik dari Busan."
"Gue lagi berusaha buat nggak se-tergantung itu sama lo sih, kak. Takutnya tiba-tiba kita harus pisah, nanti gue luntang-lantung..."
"Apaan sih Ddo? Jangan bikin gue marah," Shinyu mengerutkan alisnya pertanda tak suka.
- - -
Sepuluh menit kemudian, mereka berdua sudah duduk di dalam bak mandi. Kini keduanya tidak lagi malu-malu, duduk berhadapan dengan kaki dilipat. Sama-sama memeluk lutut dan saling pandang, menunggu bak terisi penuh.
"Ddo.." Shinyu yang memulai percakapan di antara mereka. Ia merasa sedikit canggung dengan hanya saling berdiam. Dohoon memiringkan kepalanya, seolah mempersilakannya untuk lanjut berbicara. "Gue nggak tau harus ngapain buat yakinin lo kalo kita bakal baik-baik aja..."
"Lo nggak harus lakuin apa-apa, kak. It's probably just me being over-sensitive."
"Balik badan, Ddo. Gue mau keramasin lo, 'kan tadi abis kehujanan."
"Oh.. iya.." Dohoon berbalik memunggungi Shinyu, sementara pria itu menuangkan sampo ke kepalanya dan memijatnya lembut.
"Besok kita ke rumah orangtua lo, mau nggak?" ajak Shinyu, berusaha membuat Dohoon terhibur.
"Nggak usah, hubungan gue sama mereka nggak terlalu baik. Mama gue belum lama ini nikah lagi. My dad didn't take it well, so.. do the Math."
"Ooh.. okay.. I'm so sorry."
Shinyu gelagapan, bagaimana bisa ia tau jika orangtua Dohoon telah berpisah.
"Makanya gue bilang 'kan, I'm now on my own."
Dohoon meliriknya lalu memberikan senyum teduh.
"Nggak sih.. nggak sendiri banget. Ada lo sekarang, Kak Yu. Makasih ya," lanjutnya.
Shinyu pun menangkup wajah mungil Dohoon dan memberinya kecupan panjang di dahi.
"I'll be by your side, whatever happens. You can count on me, even when we're not okay. Please, Love?"
"I will, Kak Yuya..." Dohoon mengusapi kedua lengan Shinyu, merasakan otot-otot kerasnya. "Pengen dipangku," bisiknya.
"Nggak! Nanti gue nggak bisa nahan diri, takut nyakitin anak kita," Shinyu balas mencengkeram lengan Dohoon sembari menatapnya panik.
"Anak kita..." Dohoon membeo, tatapannya berubah kosong. "God.. this is getting real."
"Are you scared, Love?"
"I don't know. Are we ready?"
Alih-alih menjawab, Shinyu menunduk dan menatap perut Dohoon yang terendam air. Permukaan itu kini tak sedatar biasanya.
"Harus.. 'kan?" gumam Shinyu. "Kita punya setengah tahun."
Dohoon mengangguk, mengiyakan.
"Setengah tahun.. cukup nggak buat kita? Apa kita harus ambil kelas parenting?"
"Lucu banget sih... it will be natural for you, don't worry," Shinyu kembali menangkup wajah Dohoon dan membelai pipinya dengan ibu jari. "Gue yang harus banyak persiapan. Lo nggak usah mikir yang gimana-gimana, cukup terima aja. Pokoknya gue mau lo happy."
Kalimat Shinyu terdengar biasa saja, namun Dohoon bisa merasakan ketulusannya. Maka, seulas senyum ia beri, sebelum ia pertemukan ranum mereka lembut.
- - -
.....tbc—————
A/N : let's end this~ soon
KAMU SEDANG MEMBACA
MR. PHOTOGRAPHER (Shindo / Nitdo, Nidjae ft Binhao, Gunvin)
Fanfiction"Being on set is not the only thing I'm GOOD at." - bxb - semi-baku - twitter AU style - Top!Shinyu & Bot!Dohoon, Bot!Youngjae