Keesokan paginya, Dohoon berangkat kerja tanpa pamit pada Shinyu. Kopi yang ia buatkan untuk lelaki itu pun ia letakkan begitu saja di meja makan.
"Kak? Did you stay up all night?" itu Yujin yang bertanya seraya berlari kecil ke arah Dohoon yang muncul di depan pintu dengan wajah lesu dan kantung mata yang merah membengkak.
"Ada, di ruang rehat. Kakak mending siap-siap disana aja, aku bikinin kopi mau?" Yujin menatap Dohoon khawatir.
Dohoon mengangguk, kemudian bergegas ke ruang rehat karyawan. Tatapannya bertemu dengan Derek, putra angkat Hanbin, dan senyumnya seketika terkembang.
"Kak Ddoi!!!" Derek memekik dan berlari ke pelukan Dohoon. Dohoon pun mengangkat tubuh mungilnya, wajahnya dihadiahi bertubi kecupan dari bocah itu. "Kangen..."
"Masa sih? Kita 'kan ketemu terus, Sayang," Dohoon mengeratkan pelukannya pada Derek, menempelkan pipi mereka dan mengusaknya.
"Tapi aku tetep kangen, kangen dipeluk Kak Ddoi cantik..."
"Buset, kecil-kecil udah gombal pasti diajarin bapaknya," Yujin mencibir. Ia masuk dengan membawa secangkir kopi dingin untuk Dohoon.
Dohoon mendudukkan dirinya di sofa, Derek tidak lepas dari rengkuhnya. Ia pun menerima kopi dari Yujin dengan tangan kirinya dan menghabiskannya dalam beberapa seruput.
"Yujin, makasih ya," tuturnya.
"Anytime. Oh iya tadi Kak Hao pesan, susunya Derek dikasih jam 11 katanya. Kakak mulai kerjanya kalo dia udah tidur, gapapa."
"Ya anpun.. jadi nggak enak sama mereka. Itu mah namanya gue dibayar buat ngasuh Derek dong, bukan buat kerja. Lo sendirian aman sampe jam segitu?"
"Aman aja, aku 'kan udah jago," Yujin mengerling. "Lagian nanti ada Kak Gyuvin, dia pasti bakal bantu-bantu juga."
"Iya juga..."
- - -
Setelah menidurkan Derek, Dohoon berganti pakaian menjadi seragam kerjanya. Memasang apron dan mematut bayangannya sendiri di cermin, tanpa sadar bahwa Yujin memperhatikannya.
Yujin menghampirinya, lalu membantunya menalikan apron dengan tidak terlalu kencang.
"Comfy, kak?" tanyanya. Satu anggukan ia terima. "Kakak makan dulu ya? Aku bisa kok nge-cover setengah jam lagi, Kak Gyuvin baru dateng."
"Bingung mau makan apa sih. Mending roti atau nasi..."
"Nasi! Kakak cuma sarapan kopi tadi, nggak kasian sama badan sendiri?" sergah Yujin. Dohoon mengusak surainya dengan gemas.
"Galak banget sih, iya deh, gue pesan bibimbap."
"Pake telur ya? You need protein."
"Sure, Cutie."
- - -
Sepulang kerja, Dohoon terkejut mendapati Shinyu menjemputnya. Lelaki itu duduk di bangku pengemudi tanpa berniat turun, ia melirik sekilas pada Dohoon sebagai titah untuk masuk ke mobilnya.
Dohoon mengecup pipi Derek di gendongan Yujin untuk pamit, lalu membuka pintu penumpang dan mendudukkan dirinya di samping Shinyu yang kini menatapnya dengan raut tak tertebak.
"Ddo..." ucap Shinyu lirih.
Dohoon mengernyit, menyadari betapa merah sudut mata yang lebih tua.
"Ini maksud lo kemaren? Ini punya lo?"
Shinyu mengeluarkan sebuah foto hitam putih dari saku kemeja kotak-kotaknya, meletakkannya di pangkuan Dohoon.
"How the fuck.." bisiknya. "Bisa-bisanya lo main di belakang gue? Mana cewek yang lo hamilin itu? Bawa ke hadapan gue sekarang! Ini makanya lo tiba-tiba bahas soal anak? Lo pikir gue mau, besarin anak lo sama cewek itu? Gila kali lo??"