#5

97 79 32
                                    

💝🍂☘️🍂☘️💝

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.......
💝🍂☘️🍂☘️💝

"Aku sempat merasa putus harapan. Pergi ke tempat asing yang sama sekali tak pernah terpikirkan. Tapi ternyata, tempat ini mampu menyadarkan ku akan sebuah ketidakmungkinan. Dengan semua hal yang aku lakukan disini mungkin akan menjadi kenangan sekaligus pelajaran, bahwa keterpurukan itu harus dibangkitkan"
- Risa Anesta -
.
.
.
.


Duduk di gazebo depan Villa menjadi pilihan yang pas untuk keduanya berbincang. Di temani secangkir teh chamomile hangat yang menjadi minuman favorit mereka berdua. Memang itu adalah rencana mereka di tengah perjalanan pulang dari Bazar, bergantian membersihkan diri dan duduk di gazebo ini.

Dinda tak sabar mendengarkan rencana apa yang akan Risa ambil selanjutnya. "Aku penasaran deh, apa sih. Ayo dong beri tau," rengek Dinda, pasalnya dia sama sekali tidak memberi tahu kepadanya. Dan berjanji akan memberitahu setelah sampai di Villa.

Risa menatap Dinda yang tak sabaran itu. "Gini gimana kalau kita ke panti asuhan yang letaknya tidak jauh dari tempat tinggal kita."

"Ngapain?" tanya Dinda bingung.

Sedangkan Risa memutar bola matanya. "Mau nyulik anak-anak di sana terus kita jual," celetuk Risa yang terdengar sadis di telinga.

Dinda melotot ke arah Risa. "Astaghfirullah, dosa tauk. Gak ah, yang benar saja," ucap Dinda polos.

Risa hanya tersenyum, kenapa sahabatnya ini mendadak polos? batinnya. "Ya enggak. Nih ya dengerin, maksud aku tuh kita datang ke panti asuhan buat proyek sosial untuk anak-anak di panti asuhan. Kita bisa mengajarkan mereka keterampilan yang bermanfaat, sekaligus mendukung mereka dalam mengembangkan potensi."

Dinda tertegun, pikiran akan proyek itu menggelitik hatinya. "Itu ide yang bagus, Sa! Tapi... apa mereka akan tertarik dengan apa yang kita ajarkan?"

Risa tersenyum percaya diri, semangat baru mulai menyala dalam dirinya. "Kita tidak akan tahu sampai kita mencobanya. Yang terpenting adalah niat kita untuk berbagi dan memberi. Aku yakin anak-anak itu akan menyukai perhatian yang kita berikan. Aku selalu ingin melakukan sesuatu untuk memberi dampak positif."

Dinda menatap Risa bangga sekaligus takjub. "Keren. Aku setuju. Aku akan selalu dukung kamu. Oke, kita rencanakan kapan proyek ini akan dilaksanakan?"

Binar mata nampak jelas di wajah Risa. Tak menyangka Dinda selalu memberikan support terbaik kepadanya. "Setelah kita pulang dari sini. Jadi besok pagi kita pulang. Dan ayo bantu aku merancang susunan acaranya," ucapnya yang diakhiri dengan senyuman.

Dinda terkejut, matanya melotot. "Jangan besok pagi dong aku masih ingin berkeliling daerah sini mengunjungi tempat indah. Sayang tau sudah di sini," ujarnya kali ini tak setuju dengan keputusan Risa.

Langit yang Tak Kembali Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang