#13

24 15 34
                                    

💝🍂☘️🍂☘️💝

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

💝🍂☘️🍂☘️💝
................

"Pantas saja dia menyukaimu. Kadang kamu terlihat seperti perempuan dewasa yang kuat. Kadang kamu terlihat menggemaskan seperti anak kecil. Saat ini contohnya. Aku harap ini awal yang baik untuk semuanya,"
- Alan Sebastian -
.
.
.
.


"Sell, berarti ini besok kita kelompok ke apartemen aku atau dimana nih?" tanya Risa.

"Gimana kalau di kafe depan kampus aja gimana?" tawar Sella.

Risa menoleh, menganggukkan kepalanya. "Boleh-boleh. Besok abis selesai kuliah ke sana ya."

Sella melambaikan tangannya. "Yaudah aku duluan ya," pamit Sella.

Keduanya berpisah tepat di koridor penghubung menuju tempat parkir. Siang tadi dosen mata kuliah mereka meminta untuk mengerjakan tugas bersama. Setiap kelompok beranggotakan dua orang, Risa memilih Sella mengingat dirinya akrab dengan Sella.

Hari esok adalah pilihan mereka untuk mengerjakan bersama. Meskipun pengumpulan tugas masih terhitung seminggu sejak ditugaskan, akan tetapi keduanya memilih menyelesaikannya besok. Keduanya sepakat tidak mau menunda-nunda tugas yang nantinya akan menumpuk diantara tugas yang lain dan berakhir beban yang sungkan untuk diselesaikan. Kafe depan kampus menjadi pilihan keduanya untuk mengerjakan tugas bersama.

Pagi buta tadi seseorang mengirim pesan, menyuruh supaya dirinya tidak perlu bawa mobil. Maka dari itu stelah perpisahan dengan Sella tadi Risa melangkah keluar, menuju gerbang. Tangan kanannya memegang tali tas ransel yang menyampir di pundaknya. Sedangkan tangan kirinya ia gunakan untuk memegang ponsel. Matanya menatap ke bawah melihat ponsel, namun sesekali menatap jalan di depan.

Dibukanya ponsel miliknya, jarinya meng-klik aplikasi berwarna hijau itu. Menggulirnya ke bawah mencari kontak nama seseorang yang tadi menghubungnya. Alan, itu adalah nama yang ia cari. Di sana chat Alan tertimbun diantara pesan-pesan grup miliknya. Sesuai rencana semalam hari ini dirinya akan menemani Alan ke toko peralatan melukis.

Risa tersenyum membuka room chatnya dengan Alan. "Ternyata sudah menunggu di depan yah," monolognya.

Alan:
Aku sudah di depan
kampus kamu nih

Me:
Oke! Tunggu
aku ke sana

Alan:
Siip

Langkah kaki yang sebelumnya lambat kini Risa percepat. Ia berlari-lari kecil menuju gerbang kampus. Rambut panjangnya yang semula terdiam kini terombang-ambing mengikuti pergerakan langkahnya. Senyumnya masih merekah, sesekali menoleh membalas sapaan beberapa orang yang memanggil namanya.

Hingga sampai depan gerbang, Risa menolehkan kepalanya ke kanan terlebih dahulu. Matanya menelisik di setiap sudut yang sudah penuh oleh manusia-manusia dengan raut muka lelahnya. Senyum Risa melebar kala yang ia cari itu tertangkap matanya.

Langit yang Tak Kembali Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang