........
💝🍂☘️🍂☘️💝
.
.
.
.Hari adalah weekend, hari minggu yang selalu disambut cerah oleh hampir semua manusia di bumi. Apakah kalian setuju? Karena hari ini juga Risa ikut menyambut hari ini dengan senyum cerahnya. Pagi ini raut muka yang sudah di poles bedak tipis itu tampak bersemangat melihat pantulan dirinya di cermin. Tangannya terulur mengambil parfum favoritnya, kemudian menjulurkannya ke atas dan menyemprotkan ke bawah. Sementara badan mungil itu berputar-putar ala princess di depan cermin. Hidungnya menghirup dalam-dalam aroma strawberry yang menguar dari parfum favoritnya.
Dering ponsel yang berada di atas nakas miliknya itu berbunyi. Tertera nama Dinda di sana. Tangan Risa terulur untuk mengambilnya, dijepitnya benda pipih itu diantara telinga dan bahu. Tangan satunya ia gunakan untuk memakai sneakers putih yang menjadi pilihannya.
"Halo Din, iya kamu dimana?" tanya Risa.
"Sudah di bawah nih," sahut Dinda dari seberang.
"Wait, ini masih pakai sepatu. Sebentar lagi turun," balas Risa.
"Okey... aku tunggu di bawah aja ya, Sa? Males soalnya ke atas," jawab Dinda terkekeh diakhir ucapannya.
Risa tertawa kecil, "Okey Din. Aku turun nih,"
Seperti biasa jadwal weekendnya bersama Dinda dan Alan adalah berkunjung ke panti. Seperti sebelumnya mereka masih terus melanjutkan program sosial mengajar anak panti asuhan untuk belajar dan mengembangkan bakat mereka. Menurutnya sangat disayangkan jika bakat mereka tidak di eksplor lebih jauh.
Risa melangkahkan kakinya menuju ke Dinda, langkahnya mengendap-endap. "Dorr...."
"Astaghfirullah, kamu tuh ya! Kaget aku," ucap Dinda terkejut.
Melihat ekspresi terkejut dari wajah Dinda membuat Risa tertawa. "Satu-satu, waktu itu kamu juga kagetin aku loh Din," ucap Risa.
Tawa Risa semakin menggelegar saja, kala Dinda terlihat marah seperti dirinya waktu itu. Bibir merah cherry itu dimanyunkan, dengan kedua kaki di hentakkan mendahului dirinya. Rasanya lucu sekali melihat Dinda seperti ini. Dalam benaknya ada sedikit kepuasan karena dendamnya terbalaskan.
Risa menyusul Dinda, tangannya merangkul bahu Dinda dari belakan. "Maaf-maaf," pinta Risa.
Tangan Risa yang sudah merangkul bahunya itu, Dinda turunkan. Dirinya tidak menggubris permintaan Risa, kakinya terus melangkah menuju mobil miliknya. Melihat itu membuat Risa melotot dan menepuk jidatnya. Dirinya kelimpungan. "Apakah Dinda marah beneran?" batinnya.
"Din, maafin dong. Masa marah beneran sih," pinta Risa.
Dinda tergelak, tawanya makin menggelegar. "Kamu ketipuuu..." ucap Dinda sambil berlari.
Risa terkejut mendengar pengakuan Dinda. "Astaghfirullah, awas kamu ya..." ucap Risa terdengar seperti ancaman. Lalu ia bergegas lari menyusul Dinda.
🍒🍒🍒
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit yang Tak Kembali
Romance⚠️ FOLLOW DULU SEBELUM BACA ⚠️ ❗ VOTE & KOMEN❗ ➡️ Update => Sabtu & Minggu ⬅️ Yuk baca sinopsisnya dulu... "Cinta itu obat dari segala penyakit bagi mereka yang percaya" - Risa Anesta "Cinta itu tak harus dimiliki dan tak semua perpisahan dapat dij...