Jejak takdir yang terungkap

2 1 0
                                    

Sepulang dari Hutan Ilusi, Ayla dan Kael merasa semakin kuat. Namun, di balik kekuatan yang mereka miliki, mereka juga mulai menyadari bahwa setiap kemenangan membawa mereka semakin dekat pada rahasia yang selama ini tersembunyi dalam Aethir.

Beberapa hari setelah mereka kembali, Elara mengundang mereka ke ruang perpustakaan istana. Ketika mereka sampai, Elara sedang meneliti sebuah peta kuno, penuh dengan simbol-simbol yang tampak familiar bagi Ayla. Di sisi peta itu, terdapat kristal cahaya kecil yang bersinar redup, namun setiap kali Ayla mendekat, kristal itu bersinar semakin terang.

“Ada sesuatu yang harus kalian lihat,” kata Elara dengan nada serius. “Aku menemukan peta kuno ini saat meneliti catatan Eleanor. Ternyata, ada sebuah tempat yang tersembunyi di Aethir, tempat yang mungkin akan membantu kalian memahami lebih dalam tentang kekuatan cahaya Ayla.”

Ayla dan Kael saling berpandangan, penuh rasa penasaran.

“Elara, tempat apa yang kau maksud?” tanya Ayla, mendekati peta itu.

“Ini adalah Puncak Cahaya Abadi,” jelas Elara sambil menunjuk sebuah titik di peta yang terletak di puncak gunung tertinggi di Aethir. “Konon, tempat ini menyimpan sumber cahaya yang murni, yang bisa memperkuat kekuatan pelindung Aethir. Tapi, hanya yang memiliki darah Eleanor yang bisa membuka gerbang ke Puncak Cahaya Abadi.”

Kael tampak bersemangat. “Itu berarti Ayla adalah satu-satunya yang bisa mencapai tempat itu.”

Ayla merenung sejenak, mengamati peta dengan seksama. Ia merasa bahwa takdirnya semakin jelas. Jika ia ingin melindungi Aethir, ia harus menerima segala tantangan, meskipun ada rasa takut di hatinya.

“Baiklah, aku akan pergi ke sana,” kata Ayla dengan tegas. “Kita akan mencari Puncak Cahaya Abadi.”

---

Perjalanan menuju puncak gunung bukanlah hal yang mudah. Ayla dan Kael menghadapi angin kencang, cuaca yang semakin dingin, dan medan berbatu yang curam. Namun, mereka tidak mundur. Bersama-sama, mereka saling mendukung, membuat setiap langkah terasa lebih ringan meski bahaya selalu mengintai.

Ketika mereka hampir mencapai puncak, Ayla merasakan sesuatu yang aneh. Cahaya dalam liontin bulan sabitnya berpendar lebih kuat, seolah-olah merespons sesuatu di sekitarnya.

“Ayla, lihat!” seru Kael, menunjuk sebuah gerbang batu besar yang tertutup oleh tanaman merambat dan lumut tebal. Gerbang itu memancarkan aura yang kuat, namun tertutup oleh lapisan sihir yang terlihat samar.

Ayla mendekati gerbang itu, dan tanpa sadar mengangkat liontinnya. Cahaya dari liontin itu meresap ke dalam gerbang, dan perlahan, pintu batu itu terbuka, memancarkan sinar yang lembut namun menyilaukan.

Saat mereka melangkah masuk, mereka menemukan sebuah ruangan luas yang dipenuhi kristal-kristal berkilauan. Di tengah-tengah ruangan, ada sebuah altar batu dengan sebuah kristal besar yang bersinar terang. Sinar itu begitu murni dan menenangkan, membuat Ayla dan Kael terpana.

“Elara benar,” kata Ayla dengan kagum. “Tempat ini… sumber kekuatan cahaya terasa begitu kuat di sini.”

Kael menggenggam tangannya. “Ini adalah kesempatanmu, Ayla. Mungkin ini adalah takdir yang telah menuntunmu ke sini, untuk menemukan kekuatan yang selama ini tersembunyi dalam dirimu.”

Ayla mendekati altar dan meletakkan tangannya pada kristal besar itu. Begitu tangannya menyentuh permukaan kristal, sebuah arus energi mengalir dalam tubuhnya, membawa ingatan-ingatan yang selama ini terpendam.

Dalam bayangannya, Ayla melihat sosok Eleanor berdiri di tempat yang sama, melakukan ritual kuno untuk melindungi Aethir dari kegelapan. Ayla bisa merasakan cinta dan pengorbanan Eleanor yang begitu besar demi menjaga keseimbangan dunia ini. Ia juga melihat pertempuran Eleanor melawan kekuatan jahat yang tak terlihat, sebuah kegelapan yang mirip dengan apa yang Ayla hadapi sekarang.

Tiba-tiba, sebuah suara bergema di dalam pikirannya. “Ayla, kau adalah penerusku. Kau memiliki kekuatan yang bahkan lebih besar daripada yang kau sadari. Tetapi kekuatan itu hanya bisa diaktifkan jika kau benar-benar membuka hatimu untuk Aethir… dan untuk mereka yang kau cintai.”

Ayla membuka matanya, dan merasakan kekuatan baru mengalir dalam dirinya. Ia bisa merasakan cahaya yang lebih kuat, lebih terang, membungkusnya dengan kehangatan yang menenangkan.

Kael menatapnya, matanya dipenuhi kekaguman. “Ayla, kau… auramu begitu berbeda sekarang. Cahaya dalam dirimu terasa lebih murni.”

Ayla tersenyum, merasakan keyakinan baru dalam dirinya. “Ini adalah kekuatan yang diwariskan Eleanor. Kekuatan yang dia jaga untuk melindungi Aethir. Dan sekarang, aku akan menggunakannya untuk melindungi dunia ini bersama denganmu, Kael.”

Namun, saat mereka hendak meninggalkan tempat itu, suara gemuruh tiba-tiba terdengar, mengguncang seluruh ruangan. Bayangan hitam muncul dari sudut ruangan, berkumpul dan membentuk sosok Dalion, musuh mereka yang sebelumnya hilang tanpa jejak.

“Kalian pikir bisa mengalahkanku begitu saja?” Dalion menyeringai dengan tatapan penuh dendam. “Kalian mungkin telah menemukan sumber cahaya ini, tetapi itu tidak akan cukup untuk menghentikanku.”

Ayla dan Kael bersiap, merasakan ketegangan dalam ruangan itu. Tapi kali ini, Ayla tidak merasa takut. Dengan kekuatan cahaya Eleanor yang mengalir dalam dirinya, ia tahu bahwa ia memiliki kekuatan untuk melawan Dalion.

Pertarungan dimulai dengan intens. Dalion menyerang dengan kegelapan yang begitu kuat, tetapi Ayla mampu menangkis serangan-serangan itu dengan sinar cahayanya. Bersama Kael, mereka berdua bergerak dalam harmoni, menyerang dan bertahan dengan keseimbangan sempurna.

Akhirnya, dengan seluruh kekuatan yang terkumpul, Ayla mengeluarkan serangan terakhir, mengarahkan cahaya murni yang keluar dari tangannya langsung ke arah Dalion. Cahaya itu begitu kuat hingga bayangan Dalion perlahan mulai lenyap, berteriak dalam rasa sakit sebelum akhirnya menghilang.

Setelah pertempuran itu, keheningan menyelimuti ruangan. Kael dan Ayla terdiam, menatap altar yang kini bersinar lebih terang dari sebelumnya, seolah-olah merayakan kemenangan mereka.

“Akhirnya… kita berhasil,” ucap Kael, memegang tangan Ayla erat.

Ayla tersenyum, merasa bahwa beban di hatinya telah terangkat. “Ya, tapi ini mungkin baru permulaan. Kegelapan mungkin telah pergi untuk sementara, tapi tugas kita untuk menjaga Aethir belum selesai.”

Mereka saling menatap, dan dalam keheningan itu, mereka tahu bahwa mereka tidak hanya bertarung untuk Aethir, tetapi juga untuk satu sama lain. Dalam perjalanan yang penuh dengan tantangan ini, mereka telah menemukan makna dari cinta yang sebenarnya—cinta yang memberikan kekuatan, melindungi, dan membuat mereka berani menghadapi kegelapan apa pun yang datang.

Dengan keyakinan dan cinta yang semakin mendalam, Ayla dan Kael meninggalkan Puncak Cahaya Abadi, siap menghadapi apa pun yang akan datang dalam takdir mereka sebagai pelindung Aethir.

Bersambung~~~

Bumi Aethir { END }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang