Jejak cinta di ujung pelangi

1 1 0
                                    

Setelah pertempuran melawan Dalion, Ayla dan Kael kembali ke Aethir dengan penuh semangat dan harapan. Berita kemenangan mereka menyebar cepat di kalangan penduduk Aethir, menguatkan rasa percaya diri mereka untuk menghadapi ancaman yang lebih besar. Namun, di dalam hati Ayla, ada ketegangan yang tak bisa dihilangkan sepenuhnya.

Suatu sore, setelah beberapa hari beristirahat dan merayakan keberhasilan mereka, Ayla memutuskan untuk berjalan-jalan di tepi danau yang terletak di pinggiran kota. Danau itu memiliki air yang jernih, dan di permukaannya terpantul cahaya matahari yang hangat, membuat suasana terasa magis. Ia berharap bisa menemukan ketenangan di tempat itu, jauh dari hiruk-pikuk istana.

Saat Ayla duduk di tepi danau, ia merasakan kehadiran seseorang di sampingnya. Tanpa menoleh, ia sudah bisa merasakan aura Kael.

“Tidak ada yang lebih indah daripada pemandangan ini,” kata Kael sambil duduk di sebelahnya. “Tapi ada satu hal yang lebih indah lagi di sini.”

Ayla tersenyum, menatapnya. “Apa itu?”

“Cahaya dalam matamu saat kau tersenyum,” jawab Kael, senyumnya memancarkan kehangatan yang membuat Ayla bergetar.

Ayla mengalihkan pandangan ke arah danau, berusaha menyembunyikan pipinya yang memerah. “Aku hanya mencoba menemukan ketenangan di sini. Setelah semua yang terjadi, rasanya sulit untuk sepenuhnya tenang.”

Kael menggenggam tangan Ayla. “Kau sudah melakukan hal yang luar biasa. Kau mengalahkan Dalion dan melindungi Aethir. Sekarang, kita perlu bersiap menghadapi apa pun yang mungkin muncul berikutnya.”

Ayla menatap tangan mereka yang saling menggenggam. “Kael, terkadang aku merasa ada sesuatu yang lebih besar yang menunggu kita. Seperti… sesuatu yang telah ditulis dalam takdir.”

Kael mengangguk. “Aku juga merasakannya. Kita harus mencari tahu apa yang dimaksud dengan itu.”

Ketika mereka berbincang, sebuah pelangi muncul di langit, melengkung indah di atas danau. Ayla menatapnya, terpesona oleh warna-warna cerah yang bercampur menjadi satu. Ia teringat akan cerita-cerita tua tentang pelangi yang menjadi jembatan antara dunia.

“Pelangi itu… mungkin kita harus menyeberangi jembatan itu untuk menemukan jawaban,” kata Kael, menatap Ayla dengan serius. “Ada legenda yang mengatakan bahwa di ujung pelangi terdapat sesuatu yang sangat berharga bagi mereka yang mencarinya dengan tulus.”

“Ujung pelangi?” tanya Ayla, merasa tertarik. “Apa yang bisa kita temukan di sana?”

“Aku tidak tahu. Mungkin jawaban tentang siapa kita dan apa yang sebenarnya menjadi tujuan kita,” jawab Kael. “Kita bisa mencarinya bersama.”

Dengan semangat baru, Ayla dan Kael bertekad untuk menemukan ujung pelangi. Mereka memutuskan untuk memulai perjalanan ke arah pegunungan yang terlihat di kejauhan, tempat di mana pelangi tampak menyentuh tanah.

Setelah beberapa jam berjalan, mereka tiba di kaki gunung. Ketika mereka mendaki, suasana di sekitar semakin magis. Cahaya pelangi memancarkan aura yang menyejukkan, seakan memandu langkah-langkah mereka.

Setelah mendaki cukup jauh, mereka tiba di sebuah padang terbuka yang luas, di mana cahaya pelangi tampak lebih dekat. Di tengah padang, mereka melihat cahaya berkilauan yang berasal dari sebuah batu besar berbentuk bulat, seolah menjadi pusat energi dari pelangi itu.

“Ini pasti tempatnya,” kata Ayla, mendekati batu tersebut. Ketika ia mendekat, batu itu mulai bergetar, dan gambar-gambar mulai muncul di permukaannya.

Gambar-gambar itu menunjukkan perjalanan mereka—pertemuan pertama mereka, perjuangan melawan kegelapan, hingga saat-saat penuh cinta yang mereka lalui bersama. Semua kenangan itu bersatu dalam satu narasi yang indah.

“Ini… ini adalah kenangan kita,” ucap Kael, terpesona. “Batu ini merekam perjalanan kita.”

Ketika gambar terakhir muncul, Ayla melihat sebuah visi yang mengerikan. Ia melihat bayangan kegelapan yang lebih besar, sesuatu yang jauh lebih menakutkan daripada Dalion, mendekati Aethir. Dalam bayangan itu, ada sosok yang Ayla kenali—Dalion, tapi dengan kekuatan yang jauh lebih kuat, seolah-olah ia telah mengumpulkan semua kekuatan kegelapan untuk melawan mereka.

“Ayla, ini mungkin berarti kita harus bersiap menghadapi ancaman yang lebih besar,” kata Kael, suara serius.

Ayla menatap batu itu, kemudian kembali melihat pelangi yang berkilau. “Tapi di balik semua ini, kita juga melihat kenangan indah kita. Kita tidak sendiri, Kael. Kita memiliki satu sama lain.”

Kael mengangguk, meraih tangan Ayla. “Dan kita akan menghadapinya bersama. Kita akan melindungi Aethir dan setiap orang yang kita cintai.”

Saat mereka berdua berdiri di sana, merasa terhubung dengan satu sama lain, batu di depan mereka mulai bergetar lebih kuat. Tiba-tiba, sebuah cahaya muncul dari batu itu, menyinari mereka berdua dengan kehangatan yang menyentuh hati.

Dalam cahaya itu, Ayla merasakan kekuatan baru mengalir ke dalam dirinya, memberikan harapan dan keyakinan bahwa mereka bisa mengalahkan kegelapan yang mendekat.

“Ini adalah awal baru,” kata Ayla, mengalihkan pandangannya ke arah Kael. “Kita akan mencari cara untuk menghadapi apa pun yang datang. Bersama-sama.”

Dan dengan itu, di bawah pelangi yang bersinar cerah, mereka berdua bersumpah untuk tidak hanya menjadi pelindung Aethir, tetapi juga untuk terus melangkah maju dalam perjalanan cinta mereka, menghadapi segala tantangan dengan keberanian dan harapan.

Bersambung~~~

Bumi Aethir { END }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang