S2~Takdir yang bersinar

1 1 0
                                    

Hari-hari di Aethir semakin indah dengan hadirnya kristal abadi di tengah istana. Kristal itu memancarkan cahaya lembut yang tidak hanya menerangi negeri, tetapi juga memberikan rasa damai dan harapan kepada setiap orang. Rakyat Aethir percaya bahwa kristal itu adalah simbol cinta Ayla dan Kael, cinta yang mampu melampaui batas dan mengalahkan kegelapan.

Namun, seperti semua cerita besar, takdir mereka belum sepenuhnya selesai.

---

Pada suatu malam yang tenang, Ayla dan Kael berada di balkon istana, memandang hamparan negeri mereka yang kini damai. Angin malam membelai lembut rambut Ayla, sementara Kael menggenggam tangannya dengan erat.

“Kael,” kata Ayla perlahan, menatap bulan purnama yang bersinar terang, “aku merasa… sesuatu masih menunggu kita di luar sana.”

Kael menoleh, memandangnya dengan penuh perhatian. “Apa maksudmu? Bukankah kita sudah menyelesaikan semua tantangan kita?”

Ayla mengangguk pelan. “Ya, tapi aku merasa ada sesuatu yang belum sepenuhnya selesai. Eleanor sering mengatakan bahwa cinta kita adalah kunci untuk melindungi Aethir, tapi… aku merasa masih ada yang lebih besar, lebih luas, yang belum kita ketahui.”

Kael terdiam sejenak, lalu tersenyum lembut. “Kalau itu yang kau rasakan, Ayla, aku akan mendampingimu ke mana pun kau pergi. Takdir kita tidak berhenti di sini, dan aku siap menjalani apa pun yang akan datang.”

---

Keesokan harinya, sesuatu yang tak terduga terjadi. Cahaya dari kristal abadi tiba-tiba berpendar lebih terang dari biasanya. Penduduk istana dan rakyat Aethir berkumpul untuk melihatnya. Dari kristal itu, muncul sebuah bola cahaya kecil yang melayang di udara, membentuk simbol aneh yang belum pernah dilihat sebelumnya.

Elara, yang selalu sigap dalam situasi seperti ini, segera memeriksa simbol tersebut. Setelah beberapa saat, ia berkata dengan nada serius, “Simbol ini adalah lambang dari Gerbang Astralis. Itu adalah pintu menuju dimensi lain, tempat di mana kekuatan kuno berasal.”

Ayla dan Kael saling berpandangan. “Dimensi lain?” tanya Kael.

Elara mengangguk. “Ya, tempat di mana semua sihir dan energi di dunia ini bermula. Jika kristal memunculkan lambang ini, mungkin ada sesuatu yang terjadi di sana, sesuatu yang membutuhkan perhatian kalian.”

Ayla mengangguk mantap. “Jika ini adalah panggilan dari kristal, maka kita harus menjawabnya.”

Kael mengulurkan tangan, menggenggam tangan Ayla dengan erat. “Kita akan pergi bersama, seperti biasa.”

---

Dengan bantuan Elara, Ayla dan Kael membuka Gerbang Astralis menggunakan cahaya dari kristal. Pintu besar yang berpendar biru terang muncul di tengah aula istana. Sebelum melangkah masuk, Ayla menoleh ke arah Elara.

“Jaga Aethir selama kami pergi,” kata Ayla.

Elara tersenyum lembut. “Percayalah padaku. Aku akan menjaga semuanya.”

Ayla dan Kael melangkah masuk ke dalam gerbang itu, dan dalam sekejap, mereka merasa tubuh mereka terhisap ke dalam pusaran cahaya yang membawa mereka ke tempat yang sama sekali berbeda.

---

Mereka tiba di sebuah dunia yang begitu indah namun terasa asing. Langitnya berwarna ungu lembut, dengan bintang-bintang yang bersinar terang di siang hari. Pepohonan di sekitar mereka bercahaya, seperti terbuat dari kristal hidup. Di tengah-tengah padang rumput yang luas, mereka melihat sebuah bangunan besar berbentuk kubah, berdiri megah dan bersinar dengan energi yang luar biasa.

“Mungkin itu tujuan kita,” ujar Kael, menunjuk bangunan tersebut.

Mereka berjalan menuju bangunan itu, tetapi tidak lama kemudian, mereka dihentikan oleh sosok berjubah hitam yang muncul entah dari mana. Mata sosok itu bersinar merah, penuh amarah dan kebencian.

“Kalian bukan bagian dari dunia ini,” suara sosok itu bergema, dingin dan mengintimidasi. “Apa yang kalian cari di sini?”

Ayla melangkah maju dengan keberanian. “Kami datang atas panggilan kristal abadi. Kami tidak berniat merusak dunia ini, hanya ingin mengetahui apa yang memanggil kami.”

Sosok itu terdiam sejenak, lalu mengangkat tangannya. Dari ujung jubahnya, muncul bola energi gelap yang ia lemparkan ke arah mereka. Ayla dan Kael dengan sigap bekerja sama, menggunakan kekuatan cinta mereka untuk menciptakan perisai cahaya yang mampu menahan serangan tersebut.

Melihat kekuatan mereka, sosok itu tampak terkejut. “Kalian adalah penjaga cahaya… mungkin kalian memang pantas berada di sini. Ikuti aku.”

---

Sosok itu membawa mereka ke dalam kubah besar, yang ternyata adalah pusat energi dari seluruh dimensi Astralis. Di dalamnya, terdapat sebuah kristal yang jauh lebih besar daripada kristal abadi yang mereka temukan di Aethir. Kristal itu tampak berdenyut lemah, seperti sedang kehilangan kekuatannya.

“Ada sesuatu yang menyerang inti dunia ini,” kata sosok berjubah hitam. “Dan itu akan memengaruhi dunia kalian juga. Hanya penjaga cinta sejati yang bisa mengembalikan keseimbangan.”

Ayla dan Kael saling berpandangan, memahami bahwa ini adalah tugas mereka. Tanpa ragu, mereka mendekati kristal besar itu. Begitu mereka menyentuhnya bersama-sama, kristal itu memancarkan cahaya terang yang menyelimuti seluruh ruangan. Ayla dan Kael merasakan cinta mereka mengalir masuk ke dalam kristal, memulihkan energinya sedikit demi sedikit.

Namun, proses itu tidak mudah. Bayangan gelap muncul di sekitar mereka, mencoba menghentikan mereka. Kael menggunakan kekuatannya untuk melindungi Ayla, sementara Ayla memusatkan seluruh perasaannya pada kristal. Mereka bekerja sebagai satu, menyatukan kekuatan cinta mereka untuk melawan kegelapan.

Setelah perjuangan panjang, kristal itu akhirnya pulih sepenuhnya. Cahaya terang memancar ke seluruh dimensi, menghapus semua bayangan gelap. Dunia Astralis kembali tenang, dan sosok berjubah hitam tersenyum tipis.

“Kalian telah menyelamatkan dunia ini,” katanya. “Dan dengan itu, kalian telah mengamankan masa depan dunia kalian juga.”

---

Ketika mereka kembali ke Aethir, kristal abadi di istana memancarkan cahaya yang lebih terang dari sebelumnya. Rakyat Aethir menyambut mereka dengan sorakan dan kebahagiaan. Ayla dan Kael tahu bahwa mereka telah menyelesaikan tugas besar lainnya, memastikan bahwa cinta mereka tidak hanya melindungi Aethir tetapi juga dunia lain yang saling terhubung.

Malam itu, Ayla dan Kael berdiri di balkon istana, memandang kristal yang bersinar terang di kejauhan.

“Kita mungkin tidak tahu apa lagi yang akan terjadi di masa depan,” kata Ayla, “tapi aku tahu bahwa selama kita bersama, kita bisa menghadapi apa pun.”

Kael tersenyum, menggenggam tangannya erat. “Dan cinta kita akan selalu menjadi cahaya yang menerangi jalan kita.”

Di bawah langit malam yang penuh bintang, Ayla dan Kael merasakan kedamaian yang mendalam, yakin bahwa takdir mereka selalu bersinar terang.

Bersambung ~~~

Bumi Aethir { END }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang