Chapter 9

35 10 0
                                    

Happy Reading all💚
Dean Devandra.






Masih di tempat yang sama dimana keduanya, Rafa dan Arsha sedang beradu mulut, namun tidak terlalu lama dan tidak bisa terbilang cepat juga Rafa memutus obrolan yang penuh emosi itu dan segera pergi meninggalkan Arsha yang masih tersulut emosi.

"Sialan tu bocah!" Kesal Arsha bukan main,

Darren baru saja sampai di rumahnya menatap sekeliling rumahnya yang sepi, dirinya juga baru kali ini pulang kerja lebih awal, dulu saat masih ada sosok orang tua dirinya tidak pernah sekalipun pulang dengan keadaan rumah sepi, pasti ada sosok Ibu yang akan memasak di dapur atau mengerjakan tugas rumahnya.

Darren juga merindukan saat dirinya masih kuliah bukan bekerja seperti ini, rasanya sesak harus menjadi kepala keluarga demi menghidupi adik-adiknya, "Darren kangen Bunda," lirihnya dengan duduk di atas sofa menatap foto keluarga

Air mata Darren lolos kala ucapan sang Ibu terlintas di kepalanya.

______________________________________
"Darren gimana kalau nanti kamu hidup sendiri tanpa Bunda?"

"Kenapa Bunda bilang gitu? Bunda mau kemana?"

"Bunda ga akan kemana-mana, ini hanya perumpamaan sayang, Darren sudah besar sudah kuliah, bagaimana jika nanti hidup tanpa Bunda?"

"Ayo coba bayangkan sayang," ucap sang Bunda.

"Ga ah, Darren ga sempet, malas mikirin kaya gitu, lagian Bunda ga akan pergi kemana-mana jadi ngapain ribet-ribet?"
______________________________________

Air matanya benar-benar turun begitu deras, benar ucapan sang Bunda benar-benar terjadi, Darren segera mengusap wajahnya kasar saat ingat penyebab dirinya kehilangan sang Bunda adalah manusia yang seharusnya disebut sebagai adik saat ini.

"Harusnya Bunda ga usah jemput anak itu Bun, di udah gede," gumam Darren saat ingat kejadian hari itu. Darren menatap nanar foto keluarganya sebelum menyadari seseorang yang berdiri di ambang pintu menyaksikan dirinya.

"Ngapai lo disana?" Tukas Darren pada Dean, ya! Anak yang berdiri di pintu itu adalah Dean.

Dean hanya menunduk saat ditanya, "punya mulut kan? Jawab!" Kesal Darren pada Dean.

"Abang nangis?" Dua kata yang diucapkan oleh Dean membuat Darren menatapnya sengit. "Abang kenapa nangis?" Tanya Dean sekali lagi dengan mendekat ke hadapan Darren yang terus menatapnya sengit.

"Ini semua karena lo, karena lo lahir ke dunia dengan membawa malapetaka!" Tukas Darren dengan jari telunjuk menunjuk wajah Dean.

"Dean ga kaya gitu, Dean ga bawa bencana buat abang," lirih Dean

"Iya! Karena lo bukan cuma bawa bencana buat gue tapi buat adik-adik gue, kalau lo ga lahir gue masih bisa hidup sama Bunda disini!" Ucap Darren dengan rahang yang mengeras mengingat orang yang ada di depannya saat ini adalah orang yang menyebabkan dirinya kehilangan sosok Ibu sekaligus Ayah.

"Karena lo juga gue jauh dari Ayah, karena lo juga gue harus berhenti kuliah dan harus kerja, ini semua karena lo sialan!" Teriak Darren penuh emosi, bahkan vas bunga yang berada di depannya ia lempar dengan keras hingga mengenai kaki Dean

Beberapa serpihan vas bunga itu berhasil mendarat di kaki Arsha dan Raksa yang baru saja tiba. "Buat ulah apa lagi bang?" Ucap Arsha yang melihat Darren yang emosi sekaligus serpihan-serpihan kaca yang berserakan.

"Lo bisa ga sih ga usah buat ulah terus, mau mati di tangan bang Darren?" Sinis Arsha menatap Dean, Dean hanya bisa diam, kali ini dirinya lagi yang salah?

Raksa menatap Dean lamat-lamat saat butiran air matanya berhasil lolos dari kelopak matanya, ada rasa kasihan namun egonya lebih besar, dirinya juga bingung saat ini harus berpihak pada siapa.

"Bang." Panggil Raksa yang melihat Darren diam dengan keadaan kepala tertunduk, tangannya juga sedaritadi sibuk memijat pelipisnya. "Bang Darren ada masalah?" Tanya Raksa berusaha tenang meski dirinya juga merasakan takut.

Darren mengepalkan tangannya kuat hingga kuku-kukunya memutih, "bawa dia," ucap Darren cepat  dan berjalan lebih dulu, Raksa segera merotasikan tubuhnya hingga saat ini menatap Dean dengan keadaan matanya yang merah

Sedikit memejamkan matanya berharap kali ini yang ia akan lakukan benar, "ikut gue!" Ucap Raksa dan segera marik Dean untuk ikut bersamanya.
















Sorry for typo
See you next chapter all 💗💚
Janlup vote and komen, papapyy
Thank you!!!!!












Dean Devandra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang