Saat ini suasana di rumah Canny di penuhi dengan kesibukan. Teman-teman Canny--Eunchae, Yunjin, dan Sakuya--serta orang tua mereka sudah hadir, semuanya sibuk membantu persiapan pemakaman ayah Canny. Beberapa orang tua temannya mengurus hal-hal administratif, sementara teman-teman Canny membantu mengatur di rumah. Namun di tengah hiruk-pikuk itu, Canny hanya duduk dengan tatapan kosong. Kehilangan ayahnya begitu mendalam, membuatnya seolah kehilangan arah dan sulit mengeluarkan sepatah kata pun.
Di saat semua orang sibuk, Eunchae yang merasa bahwa Ella harus tahu tentang kejadian ini segera merogoh saku jaketnya untuk mengambil ponsel, dan menghubungi Ella.
📞 Ella
"Halo, Chae? Ada apa pagi-pagi begini, menghubungiku?
"Ella... ada kabar buruk."
"Kabar buruk? Apa yang terjadi?"
"Ayah Canny... sudah tiada. ayahnya meninggal tadi malam.
"Apa... Apa kau serius, Eunchae?" suaranya bergetar tak percaya
"Iya, Ella. Maaf aku harus menyampaikan ini. Kami semua sedang berada di rumah Canny, untuk membantu persiapan,"
"Aku akan segera kesana... Terima kasih sudah memberitahuku, Eunchae."
"Oke, aku tunggu"
.
.
.
.
.
.
Setelah menerima kabar dari temannya, Ella yang sedang berada di kamar bersiap-siap untuk pergi ke sekolah, bergegas untuk menemui Sehun yang sudah menunggu di ruang makan bersama anggota keluarga yang lain.
Ella menuruni tangga dengan tergesa-gesa, nyaris tergelincir karena terburu-buru. Wajahnya pucat dan napasnya sedikit terengah. Di ruang makan, keluarganya sedang menunggu untuk sarapan, tapi ekspresi panik Ella membuat semua mata langsung tertuju padanya.
"PAPA"
"Ella, ada apa?" tanya Sehun, bingung melihat kepanikan di wajah putrinya.
"Papa..." Ella berusaha menenangkan dirinya sejenak, tapi suaranya tetap terdengar gemetar. "Ayahnya Canny... meninggal."
Ruangan itu mendadak sunyi. Suara peralatan makan yang tadi terdengar kini lenyap. Pharita, yang tengah menuang minuman, menghentikan gerakkannya, tatapannya kosong. Asa yang biasanya terlihat tenang, menunduk dalam keheningan. Ruka memegang tepian kursi erat-erat, seolah mengendalikan emosinya. Rami dan Rora menatap Ella dengan ekspresi tidak percaya, dan ahyeon meletakkan sendoknya dengan wajah shock.
Ella mengangguk cepat, lalu memohon. "Papa, bisa antarkan aku kerumah Canny sekarang? Aku harus ada di sana untuknya.
Sehun tampak ragu, tapi sebelum ia menjawab, Ruka yang sejak tadi duduk diam langsung berdiri. "Biar aku saja yang mengantarkan Ella."
"Aku juga ingin ikut!" Pharita menyela dengan suara lirih. Asa hanya mengangguk pelan, sementara Ahyeon, Rami, dan Rora sudah bersiap berdiri, ketiganya saling berpandangan seolah tak perlu kata-kata lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dalam Bayang Ibu
RandomCanny, seorang gadis kecil berusia lima tahun, harus menghadapi kenyataan pahit setelah di tinggal pergi oleh ibunya dan keenam kakak perempuannya. Hidupnya berputar di sekitar perawatan perawatan ayah yang sakit dan berjuang dengan keterbatasan eko...