Rumah Ella....Sehun berdiri di ruang kerjanya, masih memegang ponsel setelah panggilan telepon dengan Ella berakhir. Dia tersenyum tipis, Kagum pada kebaikan hati putrinya yang begitu peduli terhadap temannya. Namun, ketika ia meletakkan ponsel, suara lembut istrinya mengejutkan nya.
Jennie memasuki ruang kerja tanpa Sehun sadari. "Sayang? Aku tadi mendengar kamu bicara dengan Ella. Ada apa, ya?"
Sehun menoleh dan melihat istrinya berdiri di ambang pintu dengan ekspresi penasaran. Ia mencoba tersenyum sambil memikirkan cara menjelaskan percakapan tadi.
"Oh, Sayang. Ella hanya minta bantuan untuk temannya yang... sedikit kesulitan di rumah sakit. Teman baiknya, ternyata keluarganya mengalami kesulitan membayar biaya perawatan." ucap Sehun menjelaskan pada istrinya
Jennie menaikan alis tampak heran, "Temannya sampai dirawat di rumah sakit? Dan Ella minta kamu untuk membantunya secara diam-diam? Kenapa begitu?"
Sehun menghela napas, mencoba mengingat penjelasan Ella tadi.
"Iya, Ella bilang kalau temannya ini tidak akan menerima bantuan kalau Ella menawarkannya secara langsung. Katanya teman Ella ini cukup keras kepala, jadi Ella ingin bantu tanpa dia ketahui."
Jennie menyilangkan tangan, semakin penasaran. Ella tidak biasanya begitu terlibat dalam masalah pribadi orang lain, apalagi sampai meminta bantuan secara khusus.
"Aku jadi penasaran... siapa sebenarnya teman Ella ini? Apa hubungan mereka sampai Ella begitu peduli?" ucap Jennie dengan nada penuh rasa ingin tahu.
Sehun tersenyum tipis, lalu menggeleng perlahan. "Aku kurang tahu detailnya. Tapi dari caranya bercerita, Ella terlihat sangat perduli pada temannya yang satu ini."
Dengan pandangan berpikir Jennie berkata. "Menarik... Jarang sekali Ella terlihat peduli pada seseorang sampai meminta bantuanmu. Mungkin aku akan mencoba mencari tahu lebih lanjut.
Sehun tersenyum kecil, namun merasa ada keingintahuan dalam dari istrinya. Meski ia tidak sepenuhnya paham siapa yang sebenarnya sedang dibantu, ia yakin akan kebijaksanaan Ella dalam berteman dan berhubungan dengan orang lain.
.
.
.
.
.
.
Malam pukul 21:00
Rumah sakit...
Malam ini, di rumah sakit sudah sepi. Hanya ada suara langkah perawat yang sesekali berlalu, sementara Canny duduk di kursi tunggu dengan mata lelah. Tiga temannya-- Eunchae, Yunjin, dan Sakuya--masih setia menemaninya, meski sudah beberapa kali ia meminta mereka untuk pulang.
"Eunchae, Sakuya, Yunjin... Serius, kalian nggak perlu nungguin aku sampai larut begini. Nanti orang tua kalian marah lagi," ujar Canny, suaranya terdengar lirih namun lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dalam Bayang Ibu
RastgeleCanny, seorang gadis kecil berusia lima tahun, harus menghadapi kenyataan pahit setelah di tinggal pergi oleh ibunya dan keenam kakak perempuannya. Hidupnya berputar di sekitar perawatan perawatan ayah yang sakit dan berjuang dengan keterbatasan eko...