Malam telah larut ketika Ruka berdiri di balkon kamarnya, menatap kosong ke arah langit yang berhias bintang. Hembusan angin malam menusuk kulitnya, namun tak mampu menandingi dinginnya rasa sesak di dalam dada. Baru saja ia pulang dari rumah sakit, Kini Ruka sendirian, tenggelam dalam pikiran yang tak pernah lekang dari ingatannya. sosok ayah yang ia tinggalkan bertahun-tahun lalu.
Setiap kali mengingat wajah pucat ayahnya, Ruka merasa ada sesuatu yang menggerogoti jiwanya. Apakah ayah baik-baik saja tanpa kami? Apakah Canny merasa kesepian selama ini? Pertanyaan-pertanyaan itu terus berdengung dalam benaknya, menghantuinya seolah tak memberi ampun. Walaupun ia tak pernah mengatakannya pada siapa pun, hatinya selalu tertambat pada kenangan masa lalu--kenangan yang telah membentuk luka dan rasa bersalah yang tak kunjung sirna.
Di bawah bayang-bayang rembulan, Ruka memejamkan mata, membiarkan ingatan menyeruak tanpa bisa ia tahan. Sebuah kilasan dari masa lalu, saat dirinya masih anak-anak dan percaya pada kata-kata ibunya...
Flashback on
Di dalam kamar yang kecil, Ruka duduk dengan bingung di ujung ranjang tempat tidurnya, matanya berkaca-kaca saat Jennie menjelaskan dengan lembut namun meyakinkan. "Ruka, bunda tahu kamu sangat menyayangi Ayah, tapi kamu mengerti kan? Ayah sedang kesulitan, dan bunda ingin membantu meringankan bebannya," kata Jennie dengan suara yang lembut dan penuh keyakinan.
Ruka yang saat itu berusia 12 tahun hanya menatap Jennie, lalu melirik ke arah pintu kamar Canny yang sedang tertutup rapat. Di balik pintu itu, adik kecilnya tidur nyenyak tanpa tahu apa yang sedang terjadi.
Jennie kemudian melanjutkan dengan senyum tipis. "Jika kamu ikut bunda, Ayah hanya perlu mengurus Canny, jadi bebannya tidak terlalu berat. Kamu tahu kan, Ayah bekerja keras demi kita semua. Kamu tidak ingin membuat ayah terlalu terbebani, kan, Ruka?"
Ruka yang polos hanya mengangguk, matanya masih penuh kebingungan, namun ia merasa ada benarnya kata-kata ibunya. Dengan polosnya, ia berpikir, jika kepergianku bisa membuat Ayah sedikit lebih bahagia dan tidak terlalu lelah, maka mungkin itu pilihan terbaik.
"Baik, bunda, Ruka akan ikut bunda..." Ruka berbisik pelan, menelan perasaan yang berkecamuk dalam dadanya.
Flashback off
Sejak saat itu, Ruka tumbuh dengan perasaan tanggung jawab yang salah kaprah, berpikir bahwa jarak dan keterpisahan adalah bentuk cinta dan pengorbanan. Tapi setiap malam, dalam diamnya, Ruka selalu merindukan kehadiran ayah dan juga adik kecilnya.
.
.
.
.
.
.
.
Rumah sakit...
Di tengah malam yang sunyi, hanya suara mesin-mesin medis yang menemani Canny. Tubuh ayahnya terbaring lemah, napasnya begitu pelan, seolah waktu sudah hampir menghentikan segalanya. Canny menggenggam tangan ayahnya yang dingin, mencoba menghangatkannya dengan seluruh kekuatan kecilnya.
Tiba-tiba kelopak mata ayahnya bergerak perlahan, dan mata yang tampak begitu lelah itu terbuka, menyapu ruangan dengan tatapan samar. Canny terkejut, namun wajahnya segera di penuhi harapan kecil. "Ayah...? bisiknya pelan
Ayahnya menatap Canny dengan senyum lemah. "Ca--canny" suaranya terdengar lemah, tangannya berusaha menyentuh wajah sang putri tercinta.
"A--ayah, sudah sadar" ucap Canny dengan lirih
KAMU SEDANG MEMBACA
Dalam Bayang Ibu
عشوائيCanny, seorang gadis kecil berusia lima tahun, harus menghadapi kenyataan pahit setelah di tinggal pergi oleh ibunya dan keenam kakak perempuannya. Hidupnya berputar di sekitar perawatan perawatan ayah yang sakit dan berjuang dengan keterbatasan eko...