Setelah pertemuan mereka dengan Canny yang penuh rasa dingin dan ketidakpedulian, Ruka, Pharita, dan Asa pergi dengan hati yang berat. Asa nampak menunduk, menahan rasa kecewanya yang tidak terucap, sementara Pharita menggenggam tangan Asa, mencoba memberikan sedikit ketenangan.
Ruka menarik napas dalam-dalam, lalu berbisik pada kedua adiknya. "Tidak apa-apa. Hari ini mungkin kita gagal, tapi kita bisa mencoba lagi nanti malam." Ruka mengerahkan senyum yang tenang, meskipun dalam hatinya ia pun merasakan getir yang sama.
"Tapi... Kenapa harus sesulit ini?" gumam Asa, suaranya pelan namun terasa getir. "Canny... bahkan tidak mengingat kita sedikit pun"
Pharita menyentuh bahu Asa. "Mungkin Canny butuh waktu. Kita juga... sudah lama sekali tidak bersama, kan? Dia juga masih terlalu kecil saat kita pergi bersama bunda."
Ruka mengangguk, berusaha untuk tetap tegar. "Benar, apa yang Riri bilang, Sa. Kita harus bersiap menerima apa pun sikapnya. Meski sulit, kita harus tetap berusaha mendekatinya, kita melakukan semua ini untuk dia. Kita adalah kakaknya, kita harus bertahan."
Asa dan pharita saling berpandangan, lalu mengangguk pelan, setuju dengan tekad Ruka. Dengan hati yang sedikit lebih kuat, mereka memutuskan untuk kembali ke rumah dan menyusun rencana lain, siap mencoba lagi nanti malam demi memperbaiki hubungan yang telah lama hilang.
.
.
.
.
.
.
.
Di sekolah ahyeon, Rami dan Rora.
Ahyeon, Rami, dan Rora saat ini duduk di pojok kantin, mereka sedang menyusun rencana untuk mulai mendekati adik bungsunya, selama dua minggu terakhir ini mereka sudah mencari informasi tentang Canny, apa saja kegiatannya di luar jam sekolah. Mereka berencana sepulang sekolah nanti akan mulai mengikutinya.
"Kalian yakin ini ide yang bagus? Apa tidak mencurigakan kalau kita tiba-tiba mengikuti, Canny? Kalau dia berpikir kita seorang penguntit bagaimana?" ucap Rora
"Makanya, kita harus cerdik. Jangan sampai ketahuan. Kita kan cuma mau memantau dari kejauhan saja" ujar Ahyeon menjelaskan pada Rami dan Rora
"Benar itu! Kita hanya mengawasi saja dari kejauhan, seperti detektif gitu! Ah, keren sekali kan kita" celetuk Rami sambil menaik turunkan alisnya.
.
.
.
.
.
.
.
Seperti yang sudah mereka rencanakan di sekolah tadi, saat ini Ahyeon, Rami, dan Rora benar-benar menunggu Canny, memperhatikan dari kejauhan, menunggu adik bungsu mereka keluar.
Dari kejauhan, Ahyeon, Rami dan, Rora berdiri menunggu, mengintip ke arah rumah Canny dengan cemas bercampur penasaran. Mereka menyaksikan beberapa teman Canny datang ke rumah itu, tampak akrab dan santai, mungkin untuk menjenguk atau sekedar berkunjung.
Sambil memperhatikan, mata Ahyeon menangkap sosok yang familiar di antara teman-teman Canny. Ia menyipitkan matanya sedikit, lalu berkata pelan, "bukankah itu Ella?"
Rami mendengus, terlihat sedikit kesal. "Untuk apa sih mereka datang? Kita kan jadi susah mendekati Canny kalau ada Ella."
Ahyeon menghela napas, mencoba bersikap tenang meskipun terdengar sedikit kesal. "Kau bisa tenang tidak, Ram. Paling juga mereka tidak akan lama. Kita tunggu saja sampai mereka pulang. Setelah itu, baru kita mulai mencoba mendekati Canny."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dalam Bayang Ibu
عشوائيCanny, seorang gadis kecil berusia lima tahun, harus menghadapi kenyataan pahit setelah di tinggal pergi oleh ibunya dan keenam kakak perempuannya. Hidupnya berputar di sekitar perawatan perawatan ayah yang sakit dan berjuang dengan keterbatasan eko...