12. terjebak

146 102 63
                                    

welcome to the next part
🪐





happy reading

     Malam ini, pukul 19.20 tepatnya, Hilal telah berada di suatu tempat yang telah ia dan orang dibalik nomor asing tadi janjikan. Entah apa yang akan mereka lakukan di sana.

     "Ingin apa lagi, kau dariku?" tanya Hilal. Tak mendapat respon apapun, Hilal kembali bersuara. "Hei? Apakah kau mendengarku?"

     Seorang pemuda dengan dua lagi di sekitarnya, kini berbalik badan. Mereka menampilkan senyuman yang entah maksudnya apa. "Hai, ketemu lagi kita," ucap pemuda yang berada di tengah. Sejenak pemuda tersebut menghela napas sebelum kembali berucap. "Gapapa, cuma pengen ketemu lo doang kok, pengen akrab sama lo. Oiya, gue boleh minta tolong ga?"

     Batin Hilal sedari tadi berkata-kata penuh bertanya. "Benar-benar gila. Apa lagi yang dia mau? Yaa Rabb, bantu aku ..."

     "Minta tolong?" sahut Hilal.

     "Iya. Boleh?" pemuda yang sepertinya merupakan pemimpin diantara ketiga pemuda itu kembali berucap. Tanpa berkata apapun, Hilal mengangguk mengiyakan. "Tolong beliin gue rokok sama minuman, terserah, di toko depan. okay?!" Hilal menerima sodoran uang dari pemuda itu. Setelahnya Hilal melenggang pergi ke toko tersebut.

     Saat tengah berjalan, Hilal merasa ada seseorang yang mengikuti dirinya. Hal itu tak menghentikan langkahnya. Namun tak mencegah dirinya untuk waspada. Batinnya terus berdoa agar tak ada hal yang membahayakan dirinya.

     Beberapa saat kemudian, tangan kekar membungkam mulut Hilal. Sedang tangan yang lain melingkar pada dadanya guna mengunci tubuh Hilal. Seorang yang lain tengah berusaha menemukan jalan selotip untuk menutup mulutnya. "Ck, aarghhh, mana sih jalannya." Tampaknya orang tersebut emosi lantaran tak lekas menemukannya.

     "Dua orang?" batin Hilal. Hilal mencoba memberontak berharap dirinya bisa bebas dari kedua orang itu. Namun nihil, postur tubuhnya yang berbeda jauh dengan dua orang itu, membuatnya mustahil akan terlepas.

     Seorang yang lain berusaha mengikat tangan Hilal dengan tali. Tak berhenti di sini, Hilal tetap berusaha keras untuk melepaskan dirinya dari orang-orang tersebut. Hilal sempat menoleh ke arah keduanya. "Bertopeng? Siapa mereka?" batin Hilal.

     Selesai. Hilal tak bisa memberontak sudah. Tengkuknya mendapat hantaman keras dari kayu balok. Kedua tangannya yang telah diikat dibelakang tubuhnya semakin membuatnya sulit. Seketika Hilal kehilangan kesadarannya.

     Dalam salah satu ruangan di sebuah rumah kosong, terdapat seorang gadis. Ia baru saja tersadar dari pingsannya. Sepi serta kegelapan menyelimuti. Hanya sedikit cahaya temaram berasal dari sela-sela lubang ventilasi.

     "Gelap banget, Tuhan .... Aku di mana ini?"

     Sandra. Gadis itu adalah Cassandra Azkandya. Entah bagaimana dirinya bisa berada di tempat seperti ini. Kotor pastinya. Dia membawa tubuhnya untuk berdiri. Tangannya tergerak untuk membersihkan bajunya yang bisa dipastikan kotor akibat tubuhnya yang usai tergeletak di bawah.

     "Aarghhh ...."

     Suara tersebut membuat gadis malang itu terkejut. Bukan apa, namun untuk apa seseorang berada di rumah kosong ini. Apakah dia yang membawanya kemari?

     "Tunggu! Apa ada orang lain selain aku?" batinnya bertanya. Sandra mencoba berjalan dengan tangan yang meraba-raba sekitar sebagai pembantu. Dirinya ingin memastikan apakah yang dia dengar itu benar seseorang. Atau ... bukan?

Between Me and Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang