16. nasib pasutri muda

122 79 26
                                    

welcome to the next part
🪐





happy reading

     Di salah satu sekolah di Jogja, gadis bernama Sandra berada. Lebih tepatnya gadis itu berada di kantin sekolah, bersama dengan teman klopnya. Keisya tentunya.

     Sesuai dengan janjinya, Sandra saat ini tengah menceritakan banyak hal yang ingin dirinya ceritakan pada sahabatnya itu.

     Djogja, 15 Januari 2024.

     "Kamu mau cerita apa cepet, ih," ucap Keisya tak sabaran. Tepat setelah dirinya usai berucap demikian, sebuah penghapus papan melayang tepat ke arah bangkunya.

     "Jangan ngomong terus, Keisya!" tegur sang wali kelas. Memang benar, sedari tadi Keisya banyak bicara. Jiwanya yang suka penasaran membuatnya tak sabaran untuk menunggu.

     "Hehe, maaf, Bu," katanya diakhiri cengiran tak berdosa.

     Ibu wali kelas pun kembali melanjutkan penjelasannya membahas materi saat ini. Dengan lirih dan tanpa menoleh ke arah Keisya sedikit pun, Sandra berkata, "Nanti deh pas di kantin, aku cerita. Promise."

     "HAH!!" pekik Keisya terkejut. Dirinya teramat tak menyangka atas apa yang sahabatnya itu kisahkan. "Kamu beneran, Ndra?!"

     Sandra mengangguk mengiyakan. Dirinya kembali menyuapi sesendok mie ayam ke dalam mulutnya. "Terus terus, itu gimana kok kamu bisa ketemu? Siapa yang nemuin kamu?" tanya Keisya penasaran.

     "Ada orang sana yang nemuin aku pagi-pagi, terus gatau gimana tiba-tiba papa jemput, habis itu kita pulang." Sandra memungkasi ceritanya.

     Sandra hanya bercerita bahwa dirinya dijebak saat mereka berdua pergi waktu itu. Cukup sekian saja yang Sandra bagikan. Untuk pernikahannya masih ingin dirinya rahasiakan.

     Beberapa jam terlewati. Pelajaran juga telah berakhir. Para siswa kian bergegas untuk segera pulang. Berbeda dengan Sandra, dirinya masih duduk di depan gerbang sekolah, menunggu jemputan dari suaminya.

     Di tempat lain, di sekolah Hilal, wali kelas 12 mengakhiri materi pelajaran hari ini. Para anak muridnya dipersilakan untuk membereskan barang-barangnya dan bersiap untuk pulang. "Sudah?"

     "Sudah, Bu."

     "Baiklah, Ibu akhiri pelajaran hari ini, selamat siang dan sampai bertemu besok." Bu Dian pergi meninggalkan kelas usai memungkasi kalimatnya. Para siswa pun segera beranjak pergi dari kelas.

     Hilal, lelaki itu mengecek telepon genggamnya. Dan tepat, telah terdapat pesan dari seseorang.

<  👤 cassandra (rara)                                                                      📞➕ ミ

hilal
aku udah selesai

     Kembali ia menutup gawai-nya, memasukkannya kembali ke dalam saku seragamnya. Dengan lekas ia berjalan menuju parkiran dengan sedikit berlari.

     Tepat ditengah halaman sekolah, Zidan serta perintilannya menghentikan langkahnya. "Eits, mau kemana sih? Buru-buru banget?" tanya Zidan.

     "Pulang," jawab Hilal singkat.

     "Maen maen dulu lah kita, ayok! Kek waktu itu." Zidan menaik turunkan alisnya.

     Hilal seketika terdiam sejenak. Dirinya sedikit kesulitan menelan salivanya mengingat saat dimana dirinya dan Zidan berkumpul bersama. Ah, tidak. Hilal tidak menginginkannya lagi.

Between Me and Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang