welcome to the next part
🪐
•
•
•
•
•
happy reading∞
Di tempat yang sama, dua orang gadis sedang berbincang-bincang. Banyak sekali dialog yang telah terucap. Dari Sandra yang memperkenalkan dirinya, dia mengenal Hilal dari mana, hingga bersambung dengan kisah terakhir tentang bagaimana ia dan lelaki bernama Hilal itu membuat ikatan yang sakral.
"Jadi kalian itu sebenernya baru kenal, ya, hitungannya. Persetan dengan hal itu, dilihat-lihat kalian emang cocok, lho," ungkap Anora. Anora tidak mendengarkan cerita dari Hilal, sebab itu dirinya meminta Sandra untuk menceritakannya. Lagipun jika sesama perempuan pasti akan lebih mudah menangkapnya.
Sandra terkekeh mendengar kalimat yang Anora katakan. "Semoga ini memang takdir yang baik buatku," harapannya. Anora pun kontan mengaminkannya. "Kalo kamu sendiri gimana? Kapan jadinya? Bulan besok, ya, katanya." Anora paham akan arah pertanyaan lawan bicaranya.
"Entah, aku ngikut Ayah sama Ken aja," jawabnya seadanya.
"Semoga lancar, yaa." Sandra menguntaikan doa baik untuk gadis yang menjadi lawan bicaranya.
"Kamu harus dateng dong, sama suami kamu juga nanti."
"Lihat timing-nya nanti, kalo bisa, aku dateng." Tak memerlukan waktu berbulan-bulan untuk mereka mengakrabkan diri satu sama lain.
∞
Beberapa jam kian terlewati, hingga waktu silih berganti hari. Pagi ini, pukul 04.00 tepatnya, sepasang pengantin baru telah terbangun dari alam mimpi. Keduanya telah dalam posisi siap untuk melaksanakan kewajiban dalam setiap pagi dan setiap harinya.
Berselang beberapa menit, mereka telah usai dengan kegiatannya. Suasana masih sedikit canggung, sebab masih belum terlalu mengenal satu sama lain. Mereka hanya berbicara seperlunya saja.
Awal bertemu, Sandra memang terlihat lebih banyak bicara. Akan tetapi, keadaan saat ini menciptakan sedikit kecanggungan antara dirinya dengan Hilal. Hal itu pula yang menjadikannya lebih sedikit bicara dibandingkan waktu awal pertemuan. Malu, mungkin?
Djogja, 14 Januari 2024.
Sandra telah mengganti pakaiannya dengan piyama favoritnya. Ia melakukan rutinitasnya pergi ke kamar mandi sebelum tidur. Saat ini, ia telah usai dengan urusannya. Gadis itu ingin segera tidur, sebab esok adalah hari pertama mereka kembali menuntut ilmu setelah libur selama beberapa minggu. Namun, dirinya bingung di mana ia harus tidur.
Sampai pada akhirnya Hilal yang telah resmi menjadi suaminya, datang dari balik pintu. Tampaknya ia baru saja selesai dari kamar mandi bawah. "Mengapa belum tidur?" tanya Hilal yang mendapati gadisnya masih terduduk diam di tepian ranjang.
Tak ada jawaban dari Sandra, sebab ia sendiri bingung harus menjawab bagaimana. Jeda sejenak, lalu Hilal kembali bersuara. "Aku akan tidur di sofa, kau tidurlah di sana."
Sama dengan Sandra, Hilal pun merasa canggung dengan hal ini. Berada dalam satu ruangan yang sama dengan seseorang terlebih lagi lawan jenis membuatnya terasa sedikit aneh. Seolah pertanyaan 'Benarkah dia pasanganku? Benarkah bahwa aku telah menikah?' terus bermunculan dan berputar dalam ruang otak. Bukan bagaimana. Namun, secepat inikah mereka berkeluarga?
Ragu-ragu Sandra membaringkan tubuh di atas singgasana milik Hilal yang mana secara resmi telah menjadi hak miliknya juga. Tanpa percakapan apapun lagi, dan hanya kata, "Selamat tidur, Hilal," yang Sandra lontarkan. Hilal pun hanya membalas dengan kalimat yang sama.
—

KAMU SEDANG MEMBACA
Between Me and Destiny
Novela JuvenilBetween Me and Destiny Terkadang takdir tak selalu tepat dengan apa yang kita inginkan. Bukan. Bukan berarti kita harus membenci takdir yang telah ditetapkan. Kadang kala, kita memang diharuskan untuk berjuang demi mendapatkan sebongkah b...