14. menikah

102 78 23
                                    

welcome to the next part
🪐





happy reading

     Dalam ruang televisi di salah satu rumah di Jogja, seorang gadis tengah duduk termenung memikirkan suatu hal. Banyak perasaan yang entah bagaimana teraduk dan menebar dalam jiwanya.

     Seorang lelaki yang sepertinya merupakan kakaknya menatap penuh heran pada gadis tersebut. "Kamu kenapa?"

     Gadis itu menggeleng lemas. Sorot matanya tak teralihkan dari benda elektronik dengan sebuah gambar yang memunculkan suara. Namun pandangannya tampak kosong.

     "Kenapa?" tanya lelaki itu lagi.

     "Aku takut. Dia beneran ga papa, kan, Kak?" Lelaki tersebut paham dengan apa yang adiknya maksud. Ia lantas mengambil napas panjang lalu membuangnya.

     "Ga papa, yakin aja."

     "Lagian temen Kakak ngapain sih sampe segitunya?"

     "Kakak ga tau juga. Sebenernya kakak udah capek sih berantem mulu, buat kasus terus. Tapi gimana ya, hati kakak nolak, tapi ngga dengan tubuh. Hemh ... entahlah."

     "Sekolah Kakak ga asik keknya. Dikit-dikit kasus, dikit-dikit gaduh. Untung aku ga sekolah di sana."

     Gadis dengan nama lengkap Cassandra Azkandya itu telah siap dengan dress sederhana namun tampak sangat cantik. Dirinya tengah menunggu sang Ayah serta Ibunya di ruang tamu.

     Diluar telah terdapat sosok figur lelaki yang telah berpakaian rapi dengan jas hitam yang menawan terpakai di tubuhnya. Ia sedang menunggu sebuah keluarga kecil keluar dari bangunan tersebut, yang tengah bersiap.

     Sekian menit menunggu, akhirnya tiga orang yang dinanti olehnya telah tampak. Segera ia berdiri sebagai tanda menghormati sang pemilik rumah. "Bisa berangkat?" tanyanya tanpa membuang rasa hormatnya. Sang kepala rumah pun mengangguk mengiyakan tanpa mengucapkan sepatah kata apapun.

     Dengan segera Hilal mengajak mereka memasuki mobil milik ayahnya yang beliau tinggalkan di rumah. Dia juga mengajak Kamal untuk menjadi pelengkap minimalnya saksi. Hilal tak menceritakan apapun tentang pernikahannya, tentang apa yang terjadi selama tiga hari terakhir ini.

     Hilal memberhentikan mobilnya di parkiran tempat tujuan. Kamal terkejut bukan main. Sedari tadi dirinya bertanya-tanya mengapa adik sepupunya itu mengajak keluarga gadis di rumah sakit itu? Kemana ia akan mengaja mereka semua pergi? Begitulah isi benak Kamal selama perjalanan dari rumah keluarga Sandra.

     "Hah?!" Ekspresi Kamal sudah tidak terkontrol. Bingung, terkejut, serta ekspresi raut tanya terpancar dari wajahnya. "Ini ada apa sih?" Kamal yang kepalang bingung itu tidak bisa melakukan apapun selain mengikuti langkah keempat orang itu disertai kata 'hah?' yang tak luput keluar dari birainya.

     "Sah!!"

     Di sana juga terdapat beberapa orang yang juga hendak membuat ikatan di tempat ini. Juga beberapa petugas yang turut menyaksikan sekaligus menjadi saksi atas acara sakral ini.

     Sang penghulu mendoakan kedua pengantin yang baru saja ia akad-kan. Doa-doa baik terucap dari lisannya. "Alhamdulillah, semoga sakinah mawaddah warahmah, Hilal serta Sandra," pungkasnya setelah mengakhiri untaian doanya.

     Kamal masih setia menemani Hilal dengan acaranya. Otaknya terpenuhi dengan pertanyaan-pertanyaan yang bersemayam di dalamnya.

Between Me and Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang