Setelah didudukkan di atas sebuah kursi reyot, kain hitam yang sedari tadi menutupi kepala Alizeh dilepas oleh salah satu dari lima orang yang berdiri dihadapannya.
Mengamati sekilas, Alizeh menyadari dirinya berada di dalam sebuah gubuk kayu yang kalau dilihat lagi dari bekas peralatan masak yang teronggok disudut, beberapa kain yang ditumpuk untuk dijadikan kasur, ia simpulkan kalau ini markas mereka.
"Wow... kau harusnya minta bayaran lebih tinggi untuk gadis ini!" Celetuk satu-satunya perempuan yang ada diantara mereka, para laki-laki.
"Kita akan kirim surat ancaman pada keluarganya dan memeres mereka sampai miskin untuk putri cantik bisu ini, Seleste. Bersabarlah sedikit." Ujar Mogan, rekan sekaligus ketua dari kelompok penculik ini.
Seleste merotasikan bola matanya malas sembari melipat kasar tangannya di depan dada. "Kau katakan hal yang sama persis saat kita menculik anak laki-laki itu tiga tahun lalu."
'Anak laki-laki?' Alizeh mengedarkan bola matanya lebih jauh, mencoba melihat di sudut tergelap yang ada di gubuk itu lalu mendapati sebuah kaki kecil yang dengan cepat ditarik ke bagian gelap yang tak dapat Alizeh jangkau dengan mata.
'Mereka menculik anak lain dan mengurungnya selama tiga tahun. Lumayan juga.'
"Nona Alizeh Phineas," Mogan tersenyum manis saat menyebut nama gadis yang berhasil diculiknya hari ini, sesuai permintaan dari langganannya seraya mengulurkan tangan menyentuh pipi mulus Alizeh hati-hati.
Mogan meletakkan ujung jarinya menyusuri pipi Alizeh, mencubit hidungnya gemas, lalu berhenti dengan ibu jari menekan bagian tengah bibir bawah Alizeh.
"Mari kita lihat apakah Duke dan Duchess Phineas sangat menyayangimu--AKHHH!"
"Gadis j*lang! Dasar sialan!"
Diluar dugaan, Mogan yang lengah tak sadar kalau Alizeh bukan gadis sembarangan. Ibu jarinya digigit kencang oleh Alizeh sampai terasa sangat menyakitkan dan ia mulai menjerit-jerit karena tak kunjung dilepaskan oleh Alizeh.
"HEY, KALIAN TOLONG AKU!" Mogan meminta bantuan pada empat temannya yang luang.
Dua dari mereka termasuk Seleste maju, mencengkram kuat rahang Alizeh supaya mulut gadis itu terbuka, sementara satu pria yang merupakan anak buah Mogan melakukan teknik menggelitik bagian pinggang Alizeh supaya gadis itu merasa geli dan tertawa.
'Sayangnya, aku bukan tipe manusia yang gampang geli.' Alizeh berkata dalam hati, lantas menguatkan gigitannya sampai ibu jari Mogan putus dan berdarah-darah.
"J-jariku..." Mogan syok, Seleste dan yang lainnya apalagi. "KALIAN LIHAT APA!?"
"B-baik Tuan!"
Belum juga syok mereka berakhir, Alizeh tiba-tiba berdiri dengan kedua tangan bebas. Padahal tadi jelas-jelas anak buah Mogan mengikat tangannya menggunakan tali ke kursi, tetapi sekarang Alizeh mematahkan bagian rapuh dari kursi lalu menjadikannya senjata untuk menyerang pria yang paling depan.
Menancapkan bagian paku menonjol pada kulit lengan pria itu saat dia mencoba untuk menangkis pukulan Alizeh. Alhasil pria itu lekas berlari menyingkir untuk mencabut paku beserta kayu yang tertancap di lengannya dengan panik dan kesakitan.
Melihat kekacauan itu, Seleste maju dengan pisau mengacung. Siap untuk menikam Alizeh tanpa tahu kalau gerakannya di mata gadis itu terlihat sangat lambat sehingga mudah bagi Alizeh untuk menjegal kaki Seleste dan menghindar ke arah lain usai menendang punggung gadis itu sampai jatuh diatas kursi dan tertancap kayu pada bagian dada.
"Kalian urus dia!" Mogan memerintahkan dua anak buahnya yang tersisa, yang masih sehat untuk mengatasi Alizeh selagi dia menghampiri anak laki-laki yang berada dipojokkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Little Sister Guide
Fantasy⚠️Ada tiga peraturan di keluarga Phineas; yang pertama tidak boleh ada pertengkaran antar sesama anggota keluarga, yang kedua tidak boleh melewatkan makan malam keluarga, yang ketiga dan paling penting tidak boleh bercinta antara kakak laki-laki dan...