4 | The Home

1.7K 349 41
                                    

"Kau sekarang menculik anak seseorang juga?" Tanya Laverna dengan wajah syok ketika menyadari Alizeh tidak datang sendiri, ada seorang anak laki-laki yang sembunyi di balik tubuhnya.

"Dia mengikutiku." Jawab Alizeh jujur. "Aku sudah bilang tidak akan ada pertambahan anak di keluarga ini padanya."

"Oh, sayang..." Laverna mengusap lembut pipi putri bungsunya sambil tersenyum. "Jangan terlalu dingin padanya. Lihat betapa menggemaskannya anak ini, hm?" Ucapnya seraya beralih menangkup gemas pipi si bocah.

"Siapa namamu, sayang?" Laverna menyejajarkan tingginya dengan berlutut dihadapan anak itu.

"Lu-Luther..." jawabnya sambil melirik takut ke arah Alizeh yang sudah menyorotnya dengan tatapan tajam sedari tadi, sejak Laverna memindahkan perhatian padanya.

"Pembohong!"

"Dasar pembohong!" Seru Alizeh seraya meraup mulut Luther ke dalam genggamannya. "Berani sekali kau membohongiku! Pembohong! Kau bilang kau bisu!"

Luther menggeleng takut, Laverna segera melepas tangan Alizeh dari mulut bocah laki-laki itu sebelum menyakitinya. Memindahkan tangan Alizeh ke pinggangnya lalu ia peluk putri bungsunya itu dengan penuh kasih sayang.

"Alizeh... tenang sayang, tarik nafas perlahan lalu hembuskan pelan-pelan." Ujar Laverna lembut, dia tidak marah sama sekali meski Alizeh sudah bersikap buruk pada Luther.

"Apa yang membuatmu sangat marah, um? Tidak mau beritahu? Baiklah, tidak apa-apa." Laverna tersenyum, diusapnya puncak kepala Alizeh lalu dirangkulnya gadis itu. Ia ajak berjalan menuju kamarnya yang berada di lantai atas.

Tak lupa berpesan pada suaminya, Charles. "Sayang, tolong kau urus bocah laki-laki itu selagi aku menenangkan Alizeh. Kau tidak keberatan, kan?"

Tanpa pikir panjang Charles mengangguk. "Minta pada pelayan untuk menyiapkan air hangat untuk mandi putri kita, jangan lakukan sendiri. Aku tidak mau kau tersiram air panas seperti terakhir kali."

"Aku mengerti~" Sahut Laverna sembari mendaki satu per satu anak tangga bersama Alizeh.

"Ayo?" Ajaknya berbisik pada remaja perempuan itu. "Kau pasti sangat penasaran seperti apa kamarmu setelah bertahun-tahun, tebakan ibu benar?"

Tak ada tanggapan, Laverna cemberut sesaat. "Alizeh sayang, jika kau tetap cemberut seperti itu nanti akan cepat tua lho. Masa kau tidak mau menunjukkan senyum manis pada ibumu ini? Ibu dan yang lainnya sangat rindu padamu."

"Benarkah?" Alizeh membalas dengan suara pelan. "Kalian tidak berbohong?"

"Kami merindukanmu setiap waktu dan kebetulan besok kakak keduamu, Caleb akan pulang. Dia pasti senang melihatmu, ingat terakhir kali dia menangis saat kereta kuda akademi menjemputmu kan?"

'Errr... yang itu berlebihan. Caleb tidak pernah menangis dan kami juga tidak dekat. Sebagai saudara laki-laki dan perempuan yang tahu bahwa satu sama lain tidak memiliki ikatan darah, kami sangat canggung dan berjarak.'

'Dan oh! Maafkan aku soal tadi, aku tidak berniat membunuh Luther. Aku... hanya kesal. Anger issue yang kumiliki terbawa sampai ke sini. Tentu saja karena hanya tubuh yang beda, jiwa tetap sama. Aku Alizeh yang terlahir dalam keluarga cacat kini menjadi bagian dari keluarga sempurna persis seperti impianku.'

"Alizeh?" Laverna menepuk lembut bahu Alizeh saat mendapati putrinya itu malah melamun padahal mereka sudah sampai di depan kamar. "Kau memikirkan apa, hmm? Ada pemuda yang menarik perhatianmu di akademikah?"

"Tidak!" Lekas Alizeh membantah tegas . "Aku tidak tertarik pada siapapun."

"Tidak satupun?" Laverna pura-pura memasang wajah terkejut, satu tangannya mendorong salah satu sisi pintu kamar Alizeh sampai terbuka sempurna.

A Little Sister Guide Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang