Hari ini adalah hari keberangkatan mereka berempat ke Labuan Bajo. Jujur Salsa tak begitu bersemangat hari ini. Itu semua dampak dari fakta mengejutkan yang dia ketahui dua hari lalu.
Kemarin pun ketika sarapan pagi, biasanya Salsa akan memakan sarapannya di meja makan sambil berbincang dengan orang tuanya. Tetapi tidak dengan kemarin dia memilih menghabiskan sarapannya di kamar seorang diri. Tentu hal itu membuat kedua orang tuanya heran.
Sang ibu berinisiatif menyusul putri kesayangannya ke kamar dan menanyakan keadaan anaknya itu. Tentu Salsa berbohong dia hanya bilang kalau dia sedang tidak enak badan. Salsa belum siap untuk menceritakan semua kepada ibunya. Ibunya pasti akan sama kecewanya seperti dirinya. Dia tidak ingin ibunya juga ikut kepikiran dengan hal itu. Mengingat bahwa Bara dan orang tuanya sudah cukup dekat.
Sang ibu memilih percaya dengan apa yang dikatakan oleh putrinya itu. Walaupun di lubuk hatinya tetap merasa ada sesuatu yang sedang ditutupi oleh anaknya itu. Namun dia memilih tidak memaksa anaknya untuk bercerita. Salsa akan bercerita dengan sendirinya jika dia sudah ingin. Yang pasti dia sebagai ibu harus bisa memastikan bahwa anaknya baik-baik saja, aman, dan nyaman.
Salsa tengah memakai sepatunya di teras rumah. Kopernya sudah masuk ke dalam bagasi mobil Lian. Ya, hari ini mereka berangkat menggunakan mobil Lian menuju bandara. Lian tengah asik mengobrol bersama ayahnya dan ibunya di samping mobil Lian yang terparkir di halaman depan rumahnya.
Setelah selesai Salsa menghampiri mereka.
"Ayo".
"Udah selesai? Ga ada yang ketinggalan?". Tanya mamah Salsa
"Kayanya sih engga".
"Yaudah om, Tante kita pamit dulu". Ucap Lian kemudian langsung mencium tangan kedua orang tua Salsa untuk berpamitan.
"Mah, pah aku berangkat dulu".
"Iya hati-hati nak".
"Lian, om titip Salsa ya. Tolong dijagain". Ucap ayah Salsa kepada Lian kemudian menepuk pundak Lian beberapa kali.
"Siap om, saya pastikan Salsa kembali pulang dengan selamat".
"Salsa bukan anak kecil ga usah dititip titip gitu". Protes Salsa
"Kamu suka ceroboh soalnya". Kali ini mamahnya menimpali sambil mencubit hidung Salsa.
"Awsshh mamah sakit". Lian dan orang tua Salsa kompak tertawa melihat Salsa yang kesakitan.
"Udah masuk mobil sana".
Lian dan Salsa masuk ke dalam mobil perlahan Lian menjalankan mobilnya keluar dari area rumah Salsa.
Mereka sekarang sedang ada di perjalanan menuju ke rumah Aro baru setelah itu mereka akan menjemput Bila dan lanjut menuju ke bandara.
Salsa mengeluarkan cermin kecil dari dalam tas selempang yang dia bawa kemudian dia dekatkan ke area wajahnya. Betapa kesalnya dia begitu melihat hidungnya yang memerah akibat cubitan ibunya tadi.
"Tuh kan meraahh". Lian menoleh sekilas ke arah Salsa kemudian kembali beralih menatap jalanan yang ada di depannya sambil tersenyum.
"Sakit ya?". Tanya Lian
"Lumayan".
"Coba sini". Lian mengelus hidung Salsa menggunakan ibu jarinya dengan pandangan yang masih fokus menatap ke area jalan di depannya. Sedangkan Salsa sudah membatu di tempatnya. Matanya berkedip kedip lucu. Jantungnya berdebar kencang.
"Ngapain sih". Salsa menurunkan tangan Lian. Dia berusaha menetralkan ekspresi dan hatinya.
"Nyokap lu gemes sama lu sal". Ucap Lian.
![](https://img.wattpad.com/cover/374461824-288-k997439.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Belum Terlambat
FanfictionCinta datang terlambat atau perasaan yang tidak disadari? Tidak ada yang benar-benar terlambat selagi mau mencoba berhenti jadi pengecut and let's make a move