Bagiku dunia adalah tempat yang menakutkan, semua hal berharga dalam hidupku selalu direbut dengan mudah, sampai akhirnya aku bertemu denganmu..
...Dunia pun terasa jauh lebih indah ketika bersamamu, Terima kasih telah hadir, Tokito muichiro."
-All...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
'BUKK!!'
"SANEMI!!" teriak Giyu panik, saat sebuah pukulan melayang ke wajah Muichirou, Pilar kabut sampai terjatuh saking kerasnya pukulan Sanemi.
"Itu sebuah pukulan yang mewakilkan perasaan Yura.. " Muichirou terduduk dan mengusap darah disudut bibirnya
Tanpa rasa bersalah, Sanemi langsung berbalik meninggalkan Muichirou yang terduduk di tanah, dengan mata sinis ia menatap kepergian Sanemi
Lalu Giyu mengulurkan tangannya, guna membantu Muichirou untuk berdiri, "Bagaimana rasanya? Selama ini hanya kau satu-satunya hashira yang tidak pernah di pukul Sanemi, karna Sanemi menganggapmu sebagai adiknya sendiri,"
Muichirou tersenyum remeh, sembari meringis karna rasa sakit di pipinya, "Sebenarnya apa yang terjadi?"
Giyu terdiam sejenak, sembari menepuk pelan bahu Muichirou, "Aku tahu semua orang membenciku karna Yura, aku pun khawatir dengan Yura."
"Kalau begitu kunjungi dia, lalu minta maaf, kalian suami istri bukan?" balas Giyu, laki-laki bersurai panjang disampingnya menghela napas lelah
"Aku hanya takut.. Yura tidak mau melihatku lagi,"
"Bagaimana bisa seorang perempuan yang sedang hamil tidak mau melihat wajah suaminya?" Mata Muichirou membola hebat, dan mengalihkan cepat pandangannya kearah Giyu.
Sedangkan Pilar air hanya mengedikkan bahunya, lalu berlalu dari sana meninggalkan Muichirou yang mematung, lalu tiba-tiba hujan turun sangat deras, membasahi badan laki-laki itu secara perlahan
"Yura... ?"
***
H
ujan turun dengan deras secara tiba-tiba, di iringi dengan suara angin kencang dan gemuruh yang menggelegar, Yura yang sendirian di Kediamannya, langsung berdiri dan menutup semua jendela kamarnya, dan menyalakan lilin
"Di luar lagi hujan, dek. Suara gemuruhnya keras sekali.. " Gadis itu langsung memeluk perutnya lembut, dan mengusapnya perlahan
Yura tersenyum saat perutnya terasa menendang-nendang dari dalam, "Sstt.. tenang dek, ada bunda disini."
Lalu gadis itu membaringkan badannya di atas futon, memanfaatkan suasana ribut hujan di luar sana untuk tidur, lagipula hari pun sudah sangat malam