"Di depan banyak orang banget?"
"Iya"
"Gila, ya. Pas banget para osis lagi pada rapat lagi."
"Guru-guru juga pada nggak tau, Je. Nggak ada yang misahin. Soalnya jaraknya sama ruang guru lumayan jauh sih ya."
"Terus si Ifki diapain aja?"
"Dipukul, bukan diseret. Dipukul tangan Ifki"
Plak!
"Gue serius, monyet!"
Seano mengaduh kesakitan begitu Jeano menampar keras pipinya karena kesal dengan responnya. Ia memegangi pipinya yang terasa perih dan panas.
Sihab yang menyaksikan itu membulat bola matanya. Ia langsung cepat menahan tangan Jeano begitu baru saja menampar keras pipi Seano. Namun, bukannya menanyakan keadaan Seano, Sihab malah tertawa. Seakan kejadian yang menimpa adiknya itu sebuah lelucon.
Jeano mencibir mendengar jawaban kembarannya itu tadi karena Seano malah menirukan dialog film yang sempat ramai ditayangkan. Ia merasa bahwa jawaban Seano tidak serius, tak seperti dirinya yang bertanya karena sangat ingin tahu bagaimana kejadiannya.
"Itu gue jawab serius ya, setan. Orang beneran dipuku, kok. Didorong, ditampar. Kan gue yang liat kejadiannya bareng A Sihab!" sungut Seano sebal.
Jeano melirik Sihab dan mendapat anggukan dari Aa nya itu. "Ck, gila. Gue nggak abis pikir sih sama jalan otaknya." Jeano menggeleng heran.
"Peduli, Je, sama Ifki?" tanya Sihab.
Jeano terdiam sejenak. "Ya buat kebaikan siswa sini sih harus peduli," jawabnya. "Nggak ada yang videoin? Biar bisa Jean laporin ke bk" tanyanya setelahnya.
"Nggak ada kayaknya. Kalau ada pun pasti rame" jawab Seano.
"Kan, lagi-lagi nggak ada buktinya. Ditambah guru pun nggak ada yang liat. Bisa aja Jean lapor, tapi kalau tanpa bukti? Emang pihak sekolah bakal percaya?" tanya Jeano seraya menatap kedua saudaranya secara bergantian.
"Itu tugas lo sih, gue nggak mau ikut campur." sahut Sihab, Jeano mengerucutkan bibirnya sebal.
"Tapi tadi dilerai sama cewek. Siapa ya cewek itu? Berani banget dia lawan Adriel buat si Ifki" gumam Seano mengingat kejadian dimana Tasha melerai kejadian tadi siang.
"Cewek? Pacaranya?" tanya Jeano.
Sihab tertawa. "Anak nolep, introvert kayak dia nggak gampang dapet pacar gitu aja, Jeano" ujarnya seraya mengusak rambut sang adik.
"Aa nggak nolep emang ada pacar?" tanya Jeano, agak nyolot. "Bang Ehan tuh, tampang gitu doang dapet pacar."
"Cewek mah yang biasa aja dibilang ganteng, giliran yang ganteng dibilang biasa aja, kayak Aa" jawab Sihab seraya mengibas rambutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RIFKI: 17 Tahun Bersama Abang
Fiksi RemajaAldrich Rifki Adnandi, lelaki yang hidup dengan beribu kesengsaraan, didampingi keenam kakak laki-laki yang enggan menganggap ada dirinya. Ia selalu bertanya, di manakah letak kesalahannya karena lahir dan hidup di dunia yang penuh dengan pegkhianat...