01: MINGGU PAGI

2.6K 205 4
                                    

"Bang Idan, Jean kan minta Abang taro jemurannya di bawah sinar matahari! Kalau Abang taro di bawah pohon ini baju kapan keringnya?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bang Idan, Jean kan minta Abang taro jemurannya di bawah sinar matahari! Kalau Abang taro di bawah pohon ini baju kapan keringnya?"

"Bentar, Je. Dada Abang sesek,"

"Lebay! Masih muda kok jompo! Ayok buruan angkat lagi jemurannya!"

***

"A, pel bagian ruang tengah, ya. Gue pel halaman belakang dulu,"

"Males gue, Han. Ini pel-an emang nggak bisa dibagi dua, ya?"

"Menurut lo?"

"Lo nggak beli lagi?"

"KAN BUKAN TUGAS GUE?!"

"Yang cuci baju siapa?"

"Si Jean tadi. Udah beres sih, tinggal dijemur."

"Sempak gue yang semalem dicuci?"

"TANYA SONO SAMA ADEK LO BANGKE! GUE NGGAK NYUCI!"

"LO BISA NGGAK BAHASANYA YANG SOPAN KALO SAMA GUE?!"

"Ya gue kan nggak nyuci, A. Ogah juga gue nyuci sempak lo yang udah pada robek itu."

"Sialan lo, Hanka."

***

"HAHAHAHA KASIAN SEKALI PARA RAKYAT JELATA SEPERTI KALIAN INI! PASTI CAPEK BEBERES RUMAH TUA PENINGGALAN MAMANYA AYAH"

"Berisik, Hab. Belum aja gue lemparin sempaknya A Afka."

"Dari pada Aa banyak ngomong, noh, mending bantu si Sean nyuci motor."

"Mahkluk modelan A Sihab mana mau nyuci motor. Dia mah bisanya ngotorin doang, nggak bertanggung jawab."

"Seano, gue denger loh?"

"YA BERARTI LU KAGAK CONGEAN!'

"Bocah kunyuk! Selebet sia ku aing!"

"Da aing mah moal peduli, wlee"

"Heh sagu, udah mending bantuin adeh lu noh! Enak amat nggak kerja"

"Minggu gini mah enaknya nyantai bos! Apa itu beberes rumah? Nggak berlaku bagi Sihab mah"

"Naon sih, A? Ngomong sendiri ama tembok. Ngeselin tau liat muka Aa disitu! Kerja!!"

"Ngga mau, maneh weh, aing mah capek"

Byurrr~~~

"A SIHAB!!!! ANJING! BASAH SEMUA BAJU GUE, PEA!!"

***

Brak!

Bunda menaruh kasar sebuah cangkir berisikan teh hangat itu ke atas meja. Kemudian ia menghela napas panjang lalu duduk dikursi itu dengan Ayah yang sudah cengengesan kecil melihat raut wajahnya.

Teriakan keras setiap paginya yang selalu ia dengar itu adalah hal yang biasa. Keributan yang berasal dari anak-anaknya itu sangat lumrah terjadi di rumah ini. Namun, tetap saja teriakan demi teriakan yang terdengar membuat kepala Bunda pening sekali rasanya.

RIFKI: 17 Tahun Bersama AbangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang