Setiap manusia yang hadir ke dunia ini pada awal ia lahir bukan kah terlahir dalam keadaan suci, tanpa dosa, dan tidak tahu menahu apa yang akan dia hadapi untuk hidupnya?
Sama seperti Rifki, anak yang terlahir dari hubungan terlarang sang ayah bers...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SUASANA malam ini terasa sangat mencekam bagi Ifki. Dengan keadaan rumah yang sudah sepi, dirinya terbaring lemas di lantai kotor ruangan gelap dengan beberapa barang bekas itu.
Napasnya tersendat, menahan tangan Ehan yang selalu hendak melemparkan pukulan padanya. Abangnya itu seperti sudah dirasuki roh jahat, wajahnya terlihat marah, urat lehernya pun sampai terlihat. Tangannya mengepal kuat, mendaratkan pukulan pada wakah Ifki. Ketika Ifki mencoba menghindar, tangannya mendarat pada lantai yang kasar hingga menimbulkan luka. Ehan semakin dibuat kesal karenanya.
Ifki memang tidak sekali dua kali melihat Ehan kesetanan seperti ini. Namun, tetap saja jika ia sudah hilang kendali terlihat sangat memyeramkan.
"Abang, Ifki minta maaf," Ifki berkata lirih, menahan kuat tangan Ehan yang berada di atasnya.
"Alah, anjing!" Ehan mengumpat. "Kalau lo nggak kasih tau ke Shafina kita nggak akan berantem." ujaranya, marah.
"T-tapi, kan, Abang beneran ketiduran. Ifki harus bilang apalagi coba?" balas Ifki terbata-bata.
Ehan mendorong kepala Ifki dengan kasar hingga menghantam lantai. Ia melepaskan cengkeraman tangannya pada leher Ifki. Terduduk lelah di depan Ifki yang masih mencoba bangun.
"Udah berapa kali sih gue bilang? Stop bersikap baik sama cewek gue, Ki! Gue nggak suka! Kebaikan yang lo kasih ke Shafina malah bikin Shafina ngerasa bahwa lo paling bener! Dia juga kan tau sebenci apa gue sama lo?!" sentak Ehan dengan dada yang naik turun.
Ifki mengelap keringat yang berucucuran di dahinya. Perlahan ia mendongak menatap Ehan yang menatapnya dengan tatapa marah. Tatapan yang selalu Ehan lemparkan padanya.
"Maaf, Bang. Ifki cuma kasian aja kalau Kak Shafina lama nunggu Abang. Ifki nggak maksud apa-apa, kok." jelasnya.
Sejak Ehan mengajak main Shafina ke rumahnya, Ehan tidak suka jika Ifki mendekati Shafina. Bukan karena ia takut akan terjadi buih-buih cinta antara keduanya, Ehan hanya tak ingin Shafina dekat dengan orang yang sangat ia tidak sukai disini.
Shafina dekat dengan Ifki karena sikap Ifki yang baik dan sopan padanya. Toh, Shafina menganggap Ifki sebagai adiknya juga, tak pernah terpikirkan ke arah sana. Namun, tetap saja Ehan tak suka. Ia tak mau gadis yang dicintainya dekat dengan adik tiri yang bahkan Ehan tak pernah menganggap kehadirannya disini.
Setelah Ifki berkata seperti itu, Ehan bangun setelah mendorong kasar tubuh Ifki ke lantai. Ia terduduk dengan dada yang naik turun. Tangannya perlahan meraih alat cambuk yang tergeletak di sampingnya.
Lalu, dengan perlahan ia angkat alat itu tanpa sepengahuan Ifki. Sedangkan, Ifki sedang berusaha untuk terbangun.