Pria tinggi dengan topi yang membalut kepalanya itu sekali lagi mengangguk saat ada yang meminta izin untuk lewat. Sekali lagi Jordan harus mengepel bagian yang sama lantaran cuaca sedang gerimis, beberapa jejak sepatu jelas mengotori lantai bagian depan gedung.
Saat di rasa tak ada yang akan lewat, Jordan dengan cepat berusaha menyelesaikan semuanya. Butuh waktu cukup lama untuk mengepel bagian pintu masuk, untung saja jam kantor sudah di mulai.
Cuaca yang sejuk ini benar-benar tidak menghilangkan rasa panas akibat banyak bergerak. Jordan mengusap keringatnya sembari menghela nafas pelan. Matanya agak bergetar tak kala menatap sepasang sepatu hitam yang perlahan memijak lantai, berjalan ke arahnya.
"Papa, maksud saya, selamat pagi, Pak." Jordan menundukkan kepala sebagai bentuk sopan santun kepada Gerald yang sekarang berdiri di hadapannya.
Gerald mengangkat sebelah alisnya seraya tersenyum congkak, "Ya, selamat pagi."
Jordan masih terdiam dalam posisinya lantaran Gerald tak bergerak. Tepukan pelan terasa di bahu kirinya, membuat Jordan mengangkat kepalanya, menatap sang ayah.
"Datang ke ruangan saya saat makan siang nanti, kita perlu membicarakan suatu hal."
Setelah mengatakannya, Gerald melangkah masuk, meninggalkan Jordan yang mengusap bahunya sejenak. Pria itu menghela nafas pelan lalu memutuskan untuk masuk.
Menuju dapur untuk membantu Mika membuat minuman untuk para pekerja kantor. Tidak butuh waktu lama bagi Jordan untuk beradaptasi, tentu saja karena orang-orang ini memberi aura positif kepadanya. Tidak seperti saat di restoran waktu itu, butuh banyak tenaga untuk sekedar bertahan karena terus terkucilkan.
Jordan mengantarkan minuman itu satu persatu dengan mempertahankan senyum ramahnya. Sama sekali tidak mengetahui jika sedari tadi pergerakannya tak luput dari perhatian sang ayah.
...
Jemari Jordan terangkat untuk mengetuk pintu ruangan Gerald. Perlahan dirinya membuka pintu saat sudah mendapatkan intrupsi untuk masuk. Matanya menangkap sosok Gerald yang masih duduk di kursi kebesarannya.
Momen ini mengingatkan Jordan pada saat dirinya di panggil oleh Pak Brata kala itu. Sesegera mungkin Jordan menggelengkan kepalanya kemudian memilih untuk melangkah masuk, mendekati Gerald.
"Kenapa Bapak memanggil saya? Apa saya melakukan kesalahan dalam bekerja?" tanya Jordan yang membuat Gerald memandangnya dengan tatapan sinis.
Pria yang menjadi ayahnya itu berdecak malas sambil menutup laptop kasar, "Alay. Padahal Papa cuma mau bahas masalah yang semalem."
Lima tahun lebih tak menghadapi sang ayah kadang membuat Jordan lupa akan tabiat aslinya. Pria ini adalah yang memukulkan berkali-kali dulu, yang menyerangnya dengan kata-kata mengerikan hingga membuat Jordan lupa jika Gerald adalah orang yang sama yang dulu selalu mengajaknya bercanda setiap hari.
"O-oh, jadi udah selesai?" tanya Jordan pelan.
Gerald menggeleng sembari menyuruh Jordan untuk duduk di hadapannya, "Mungkin minggu depan baru selesai, bulan depan baru kamu urus pendaftaran anak kamu."
Jordan menganggukkan kepalanya tanpa menatap sang ayah. Gerald yang melihat hal itu lantas menghela nafas panjang, dirinya melipat kedua tangannya di atas meja, menatap penuh pada putranya.
"Kamu serius mau nulis nama Alendra sebagai ayah kandung Lava?"
Kali ini, Jordan langsung menatap Gerald. Pria itu mengangguk tanpa ragu walaupun sorot matanya jelas terlihat getir, "Jo nggak akan nyembunyiin apapun dari Lava, saat dia udah cukup mengerti nanti, pelan-pelan Jo bakal cerita ke dia."

KAMU SEDANG MEMBACA
BAD PAPA 2
Aktuelle Literatur📌NOTED: Season kedua dari cerita BAD PAPA. Saya menyarankan untuk baca bagian pertama supaya nanti kedepannya tidak kebingungan. Enjoy this story', guys!! ... Keseharian Jordan dan putra kecilnya di rumah yang baru. Sebuah rumah sederhana, namun, p...