Jordan menghentikan motornya di sebuah pusat perbelanjaan yang cukup besar. Masih dengan seragam kerjanya, pria itu memasuki area perbelanjaan. Tanpa pikir panjang langsung bergerak menuju toko yang menjual atribut sekolah untuk anak-anak.
Hari ini, Jordan baru menerima gaji pertamanya selama berkerja di perusahaan sang ayah. Gajinya hampir dua kali lebih besar dari saat bekerja di restoran waktu itu.
Pendaftaran sekolah TK untuk Lava sudah di lakukan, dirinya memakai uang yang masih tersisa di tabungan milik putranya karena Joedan saat itu belum menerima gaji. Jadi, hari ini dia ingin memberikan kejutan untuk Lava berupa peralatan sekolah.
Jordan mengabaikan tatapan para pelanggan yang di dominasi oleh ibu-ibu itu. Walaupun tidak terlalu memperhatikan, Jordan bisa merasakan tatapan-tatapan mencela yang mereka layangkan. Percayalah, Jordan sudah sangat terbiasa.
Pria tinggi itu menatap tas yang tersusun rapi di hadapannya. Sesekali melihat harga yang tertera, kadang kala Jordan agak meringis melihat harga barang-barang ini. Jemarinya kemudian mengambil sebuah tas berukuran sedang dengan warna hitam bergambar batman. Jordan memandangi tas itu lamat-lamat, sekilas membayangkan bagaimana saat Lava memakainya.
Senyum bahagia terbit begitu saja saat Jordan sudah yakin akan pilihannya, "Sekarang tinggal cari sepatu."
Jordan memandangi keranjang miliknya yang sudah terisi satu pack buku dan juga alat tulis lainnya. Meletakan tas hitam itu di dalam keranjang kemudian melimpir ke bagian rak sepatu. Aturan sekolah Lava adalah harus memakai sepatu berwarna hitam, Jordan juga sudah hafal berapa ukuran kaki sang anak. Tidak sulit baginya untuk menemukan yang ia cari.
Setelah di rasa cukup, Jordan langsung melangkah menuju kasir. Untung saja antrian tidak terlalu panjang.
"Dek! Jangan deket-deket, kamu nggak liat tatonya? Mau di culik kamu?"
Bentakan dengan suara tertahan itu cukup menganggu beberapa orang. Termasuk seorang wanita yang berdiri di hadapan Jordan, wanita itu menoleh ke belakang dan terbelalak terkejut saat melihat tubuh tinggi menjulang dengan tato yang memenuhi lengan kanannya.
Jordan tetap mempertahankan tatapan datarnya, berusaha mengabaikan telinganya yang mulai terasa panas dan berdengung. Pria tinggi itu mendesah malas saat wanita di hadapannya buru-buru menjauh saat belanjaannya sudah selesai di bayar.
Sang kasir tersenyum tidak enak kepada Jordan, mungkin ikut mendengarkan celaan terlalu terus terang dari ibu-ibu di belakang tubuh tinggi Jordan.
"Totalnya jadi sembilan ratus lima puluh tujuh, Mas. Ada tambahan?"
Jordan menggeleng kemudian segera membayar, sekilas membalas senyum tipis sang kasir lalu menyempatkan diri untuk menatap tajam para penggosip yang membicarakannya tanpa henti.
"Gimana kalo mereka tau gue pernah masuk penjara? Langsung di usir kali, ya," gumam Jordan sembari memakai helm full face miliknya.
Sudahlah, suasana hati Jordan sedang sangat bahagia sekarang. Hal-hal sepele seperti ini tidak akan Jordan jadikan alasan untuk bersedih. Toh, ucapan mereka tidak berpengaruh sedikitpun pada tatanan kehidupannya.
Motor Jordan melaju dengan kecepatan tinggi karena jalanan sudah mulai senggang. Tak butuh beberapa lama baginya untuk sampai di area komplek perumahannya.
Dirinya menghentikan motor di pinggir jalan sebab ada sebuah mobil yang sama sekali tidak asing sudah terparkir apik tepat di depan kediaman rumahnya.
"Mama?" Jordan melepas helm full face nya kemudian turun dari motor dengan menggenggam erat tali paper pag yang bawa.
![](https://img.wattpad.com/cover/380310917-288-k61579.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD PAPA 2
Ficção Geral📌NOTED: Season kedua dari cerita BAD PAPA. Saya menyarankan untuk baca bagian pertama supaya nanti kedepannya tidak kebingungan. Enjoy this story', guys!! ... Keseharian Jordan dan putra kecilnya di rumah yang baru. Sebuah rumah sederhana, namun, p...