Jordan menata sarapan milik putranya di atas meja sebelum menutup makanan dengan tudung saji. Kantor di buka pukul tujuh pagi, dan sebagai office boy, Jordan di wajibkan tiba sebelum pukul setengah tujuh.
Sekarang, jarum jam sudah menunjukkan pukul enam pagi. Untunglah kantor milik sang ayah tidak terlalu jauh dari rumahnya. Lava sudah ia beri tau semalam, dan responnya sama seperti saat pertama kali Jordan mengatakan bahwa dirinya harus bekerja.
Langkahnya kembali membawa Jordan untuk menaiki tangga menuju kamar mereka. Terlihat gundukan kecil di balik selimut berwarna putih di atas ranjang. Jordan mendudukkan diri di pinggiran ranjang kemudian mengelus kepala Lava yang menyembul dari balik selimut.
Mengecupnya beberapa kali, Jordan lantas tersenyum tipis, "Papa kerja, ya, Nak. Ava baik-baik di rumah, jangan nakal. Papa sayang Ava."
Tubuh kecil itu menggeliat perlahan sebelum kembali tenang saat Jordan menepuk-nepuk punggungnya. Jordan tertawa gemas sembari mengambil kunci motor miliknya.
Sampai di luar rumah, Jordan mendesah malas. Kenapa motor favoritnya terasa sangat berat untuk di bawa bepergian sekarang? Padahal dulu Jordan harus merengek berkali-kali kepada Gerald agar di belikan motor saat pertama kali mendapatkan SIM.
"Kayaknya masa kita udah habis, Tor," gumam Jordan sembari mendorong motor miliknya keluar. Pria itu menyempatkan diri untuk menutup kembali pagar rumahnya.
"Mau ke mana, Bang?"
Jordan agak tersentak kaget saat sebuah suara menyapa pendengarannya. Terlihat seorang pemuda yang memakai seragam SMA baru saja keluar dari rumah sebelah, "Kerja, mau ke mana kamu?"
Sanja meringis sembari menatap kakinya yang hanya memakai sendal jepit rumahan, "Mau ke warung bentar."
Jordan mengangguk mengerti, pria itu menatap rumahnya sekilas sebelum menatap Sanja lagi, "Saya boleh nitip Lava? Dia sendirian, nanti kalo Viel ngajak main suruh langsung masuk aja."
Orang yang lebih muda sontak menatap Jordan terkejut, "Kenapa nggak langsung suruh ke rumah gue aja, Bang? Ada Bunda, kok, kasian daripada sendirian."
"Saya nggak mau ngerepotin, cukup bantu lihat-lihat aja supaya Lava nggak main jauh-jauh," ucap Jordan sambil memutar kunci motornya.
"Ya udah, nanti gue bilang sama Bunda."
Jordan mengucapkan terima kasih sambil menepuk bahu Sanja sekilas. Tubuh tingginya mulai menaiki motor dan meninggalkan Sanja yang terpaku kagum menatap motor miliknya.
"Motor impian gue!"
...
Motor milik Jordan berhenti tepat di parkiran yang masih sepi. Hanya ada beberapa sepeda motor di sana. Dulu, Jordan sering mengunjungi kantor milik sang ayah hanya untuk mengantarkan bekal titipan sang ibu atau hanya untuk meminta uang.
Hari ini, Jordan kembali menginjakkan kaki di sini. Memakai seragam yang bahkan tidak pernah ada di bayangannya dulu. Kakinya melangkah menuju pintu belakang, Jordan hafal semua titik kantor ini.
Saat pertama kali memasuki area gedung, Jordan langsung bertemu dengan orang yang memakai seragam sepertinya. Hanya sedikit lebih tua, pria itu tersenyum ramah sambil menganggukkan kepala.
"Jordan, ya?"
Jordan mengangguk, "Iya, Pak, saya office boy yang baru."
Pria itu kembali mengangguk mengerti, "Saya, Handoko. Bisa panggil Pak Han, kemarin Pak Gerald sudah menjelaskan kepada kami semua kalau bakal ada office boy yang baru. Selamat bergabung, ya, Jordan, selamat bekerja bersama."
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD PAPA 2
Ficción General📌NOTED: Season kedua dari cerita BAD PAPA. Saya menyarankan untuk baca bagian pertama supaya nanti kedepannya tidak kebingungan. Enjoy this story', guys!! ... Keseharian Jordan dan putra kecilnya di rumah yang baru. Sebuah rumah sederhana, namun, p...