Leader Profesional

28 4 2
                                    

Suasana backstage malam itu tegang. Dengan panggung yang hanya berjarak beberapa meter dari mereka dan konser besar yang akan dimulai dalam waktu lima menit, setiap member tengah sibuk menyiapkan diri. Namun, di sela-sela persiapan itu, suara perdebatan antara Seokjin dan Taehyung tiba-tiba memenuhi ruangan.

Seokjin berdiri dengan tangan terlipat, terlihat frustasi, sementara Taehyung menatapnya dengan mata berkaca-kaca, emosi tak bisa disembunyikan. Perdebatan mereka cukup sengit. Sebagai hyung tertua, Seokjin merasa jengkel saat Taehyung menyarankan agar posisi Seokjin sedikit diubah supaya formasi mereka lebih rapat. Padahal, niat Taehyung hanyalah untuk memastikan tampilan formasi terlihat rapi. Namun, mungkin karena lelah atau emosi sesaat, saran Taehyung terdengar seperti kritik bagi Seokjin.

“Sebenarnya, kenapa kau perlu komentar soal posisiku? Aku sudah melakukan ini berkali-kali!” ujar Seokjin, suaranya meninggi. “Kau tahu sendiri kita semua sudah lelah, kan? Kenapa sekarang harus diubah-ubah lagi?”

Taehyung merespon dengan suara bergetar, “Hyung, aku cuma bilang supaya kita bisa tampil lebih baik. Ini bukan soal posisimu atau posisiku… Ini soal kita tampil sebagai tim!”

Sejenak ruangan terdiam. Para member lain memperhatikan dari jauh, enggan ikut campur karena waktu yang tersisa sudah sangat sedikit. Mereka juga sibuk memastikan segala kebutuhan konser terpenuhi dengan baik. Namun, Namjoon, sang leader, yang memperhatikan situasi itu tak bisa tinggal diam. Ia tahu bahwa jika dibiarkan, pertengkaran kecil ini bisa berlarut-larut dan merusak suasana hati mereka semua sebelum konser. Sebagai leader, tanggung jawab Namjoon bukan hanya untuk memimpin mereka di atas panggung, tetapi juga menjaga harmoni di antara mereka.

Dengan langkah cepat, Namjoon mendekat ke arah Seokjin dan Taehyung, berdiri di antara keduanya. Ia menatap mereka dengan tajam, lalu berkata dengan nada serius namun terkendali, “Kita ini tim profesional. Jangan bersikap seperti amatir, apalagi hanya lima menit lagi kita akan tampil.”

Kata-kata itu cukup untuk membuat Seokjin dan Taehyung terdiam sejenak. Keduanya menunduk, menyadari bahwa mereka telah terbawa emosi. Namun, kemarahan masih tersisa dalam diri masing-masing. Seokjin, yang merasa jengkel karena dinilai terlalu jauh dari formasi, memutuskan untuk mengesampingkan rasa marahnya sementara waktu. Ia melangkah pergi, meninggalkan Taehyung yang masih berdiri di tempatnya dengan perasaan bersalah yang membuncah di dada.

Saat Seokjin berjalan menjauh, Taehyung menatap punggung hyung tertuanya itu dengan mata yang berkaca-kaca. Ia ingin meminta maaf, namun waktu yang mendesak tidak memungkinkan itu. Dalam hatinya, ia merasa bersalah karena tanpa sengaja membuat Seokjin tersinggung, namun ia juga merasa bahwa saran itu penting demi penampilan terbaik mereka. Taehyung merasa galau, seolah tidak ada tempat untuk melampiaskan perasaan itu.

Namun, Namjoon, yang selama ini selalu peka terhadap emosi para member, bisa menangkap kegalauan dalam tatapan Taehyung. Ia mendekat dan menepuk bahu Taehyung dengan lembut, lalu berkata dengan nada yang lembut namun tegas, “Tae, tenang saja. Setelah konser, aku akan bantumu bicara dengan Seokjin Hyung. Aku tahu kau tidak bermaksud buruk. Sekarang, fokus dulu ke konser, oke?”

Taehyung mengangguk pelan, meskipun hatinya masih terasa berat. Namun, kata-kata Namjoon memberinya sedikit ketenangan. Ia tahu bahwa sebagai leader, Namjoon akan selalu ada untuk mereka, untuk menyelesaikan setiap konflik yang ada. Meski hatinya masih sedikit terguncang, Taehyung mencoba fokus, menata pikirannya, dan mengikuti langkah Namjoon menuju panggung.

Sebelum mereka benar-benar naik, Namjoon mengumpulkan semua member untuk briefing singkat. Ia memandang keenam temannya satu per satu, memastikan mereka semua siap, meskipun ia tahu ada ketegangan yang masih tersisa antara Seokjin dan Taehyung.

“Dengar, ini bukan tentang seseorang. Bukan tentang aku, bukan tentang Seokjin, bukan juga tentang Taehyung,” ujar Namjoon dengan suara mantap dan berwibawa. “Ini tentang kita, BTS. Tentang kita bertujuh. Tentang mimpi yang kita bangun bersama, tentang cinta yang kita terima dari ARMY. Kita di sini karena kita bersama-sama, bukan sendiri-sendiri.”

Kata-kata itu menggema dalam hati setiap member. Mereka semua tahu bahwa Namjoon benar. Sebagai sebuah grup, mereka harus bersatu, apapun yang terjadi. Masing-masing member mengangguk, menyadari bahwa konser ini adalah momen mereka untuk memberikan yang terbaik bagi ARMY yang sudah menunggu di luar sana. Mereka tidak boleh membiarkan konflik kecil menghalangi penampilan mereka.

Di atas panggung, mereka tampil dengan sempurna. Sorak-sorai ARMY memenuhi arena, menenggelamkan setiap keraguan dan ketegangan yang sempat ada. Mereka menyanyikan setiap lagu dengan sepenuh hati, menari dengan energi maksimal, seolah tidak ada masalah yang terjadi sebelumnya. Profesionalisme mereka bersinar, menunjukkan bahwa meskipun ada konflik, mereka tetap bisa tampil sebagai tim yang solid.

Usai konser, mereka kembali ke ruang ganti dengan tubuh yang lelah, namun hati yang lega. Mereka berhasil menampilkan yang terbaik, dan itu adalah pencapaian besar bagi mereka semua. Namun, Namjoon tahu bahwa masalah antara Seokjin dan Taehyung perlu diselesaikan sebelum mereka pulang. Ia tidak ingin konflik ini berlarut-larut dan mempengaruhi hubungan mereka ke depannya.

Dengan bijaksana, Namjoon memberi isyarat kepada member lain untuk memberi ruang bagi Seokjin dan Taehyung. Ia menyuruh mereka semua untuk beristirahat di luar, sementara Seokjin dan Taehyung duduk berdua di sofa di ruangan itu. Suasana hening sejenak, hingga akhirnya Seokjin memecah keheningan.

“Aku minta maaf, Taehyung,” ujar Seokjin dengan nada tulus. Ia menatap adik satu grupnya itu dengan mata yang jujur, memperlihatkan bahwa ia benar-benar menyesal. “Aku cuma… aku benar-benar lelah. Mungkin karena terlalu capek, jadi aku mudah tersinggung. Ketika kau bilang posisiku terlalu jauh, aku merasa kau tidak menghargai usahaku. Padahal, aku tahu kau tak bermaksud buruk. Maaf ya, aku seharusnya tidak langsung marah seperti tadi.”

Mendengar permintaan maaf dari hyung tertuanya, Taehyung merasa hatinya mulai tenang. Ia tersenyum kecil, lalu mengangguk. “Aku juga minta maaf, hyung. Aku hanya ingin formasi kita terlihat rapi, tapi aku tahu kata-kataku tadi terdengar seperti kritik. Aku juga sama lelahnya, jadi mungkin kedengarannya kasar. Maaf sudah membuatmu merasa tidak nyaman.”

Keduanya terdiam, saling menatap dengan senyum yang tulus. Dalam keheningan itu, mereka merasakan kehangatan persahabatan yang telah mereka bangun selama bertahun-tahun. Tanpa kata-kata, mereka tahu bahwa perbedaan dan konflik adalah hal yang wajar, namun komunikasi adalah kunci untuk menyelesaikan semua itu.

Seokjin meraih tangan Taehyung dan menggenggamnya erat, menandakan bahwa semua telah baik-baik saja. Taehyung membalas genggaman itu, merasa lega karena telah berhasil menyelesaikan kesalahpahaman ini. Keduanya pun tertawa kecil, mengingat betapa konyolnya mereka bertengkar hanya karena masalah kecil di tengah kelelahan.

Dari balik pintu, Namjoon mengawasi momen itu dengan senyum lega di wajahnya. Sebagai leader, ia tahu bahwa perjalanan mereka sebagai grup tidak akan selalu mulus. Akan ada konflik, ketidaksetujuan, dan bahkan momen-momen ketegangan seperti tadi. Namun, ia juga yakin bahwa selama mereka saling mendukung dan memahami, mereka akan selalu bisa melewati semua tantangan.

“Ah, akhirnya mereka berbaikan,” gumam Namjoon dengan nada bangga. Ia melangkah pergi, merasa puas karena grup yang ia pimpin tetap solid dan bersatu, meski terkadang ada perbedaan.

Di dalam ruang ganti, setelah perdebatan itu selesai, seluruh member berkumpul kembali. Mereka saling bercanda, mengobrol, dan berbagi kesan tentang konser tadi. Atmosfer kembali ceria, dan ketegangan yang sempat terjadi seolah menguap begitu saja. Momen itu, bagi mereka, bukan hanya sekadar konser, tetapi pengingat bahwa sebagai grup, mereka adalah keluarga. Mereka akan selalu ada satu sama lain, baik di atas panggung maupun di luar panggung.

Bagi Namjoon, malam itu adalah pembuktian bahwa BTS bukan sekadar grup idola. Mereka adalah sebuah keluarga yang tumbuh bersama.

*******

Gini nggak sih? Aku bingung ngembanginnya.

Super dadakan ini... langsung ku update.

Tapi emang otakku gitu langsung 5G kalo kepepet.

Mau rewacth yang Namjoon cidera tapi tetap tampil buat ARMY. Aku menang ...is ... huhuhu 😭😭😭

Uri Leader, Kim Namjoon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang