Aku masih ingat dengan jelas hari pertama aku bertemu dengannya. Seokjin. Nama yang baru saja aku dengar, tapi entah kenapa, aku merasa seperti sudah mengenalnya lama. Dia datang ke Big Hit dengan wajah sedikit cemas, seolah-olah seluruh dunia terasa asing bagi dirinya. Aku bisa merasakannya. Aku pun pernah merasakannya-perasaan yang sama ketika pertama kali melangkah ke sini sebagai seorang trainee.
Ketika aku melihatnya masuk ke lobi, aku langsung tahu. Dia berbeda dari yang lain. Mungkin karena usianya yang sedikit lebih tua, atau mungkin karena cara dia berjalan yang sedikit canggung. Tapi ada sesuatu dalam dirinya yang menarik perhatianku, sesuatu yang bisa berkembang jika diberi waktu.
Aku menghampirinya dengan senyum lebar. "Hey, kau Seokjin, kan?" tanyaku, mencoba untuk tidak terlihat terlalu bersemangat.
Dia menoleh, sedikit terkejut, dan mengangguk. "Iya, aku Seokjin. Kau...?"
"Namjoon," jawabku, tanpa ragu. "Salah satu trainee di sini. Selamat datang di Big Hit!"
Aku bisa melihat bahwa dia masih ragu, masih menilai sekeliling dengan hati-hati. Aku bisa merasakan cemasnya. Semua orang yang baru pertama kali datang ke tempat ini pasti merasa seperti itu. Aku sendiri dulu juga begitu. Tapi ini adalah bagian dari perjalanan. Aku harus memberinya sedikit kepercayaan diri.
Seokjin tersenyum tipis, tapi masih ada ketegangan di wajahnya. "Gomawo. Ini pertama kali aku di agensi seperti ini. Semuanya masih terasa... asing."
Aku tertawa kecil, mengingat kembali perasaan itu. "Jangan khawatir, aku juga merasakan hal yang sama waktu pertama kali datang. Tapi percayalah, kau akan terbiasa. Dan percayalah lagi, kita semua di sini untuk saling bantu. Kalau kau bertahan, kau bakal lihat sendiri kalau ini tempat yang tepat buat berkembang."
Kata-kataku mungkin terdengar biasa saja, tapi aku tahu betul perasaan itu. Ketegangan yang datang dengan perubahan, ketakutan akan tidak diterima, dan ketidakpastian akan masa depan. Tapi aku yakin, dengan waktu dan usaha, semuanya akan berjalan lancar.
"Oh, ya. Aku dengar kau kelahiran 92. Itu artinya kau lebih tua dari kami semua disini. Bolehkah aku memanggilmu Hyung?" tanyaku, dan kulihat dia masih canggung, namun menunduk mengiyakan.
Aku mengajaknya berjalan ke ruang latihan. "Ayo Hyung, aku tunjukin ruang latihannya. Kau tidak sendirian, di sini banyak orang yang punya potensi besar."
Saat kami berjalan bersama, aku bisa merasakan beban yang sedikit lebih ringan di bahunya. Mungkin dia belum sepenuhnya merasa diterima, tapi aku tahu, perlahan-lahan, dia akan menemukan tempatnya di sini. Aku bisa membantunya.
Kami sampai di ruang latihan, dan Seokjin melihat beberapa trainee lain yang sedang sibuk dengan latihan mereka. Aku memperkenalkan dia pada beberapa orang, dan aku bisa melihat Seokjin mulai merasa sedikit lebih nyaman meskipun masih ada kecanggungan di udara.
"Semua orang di sini juga mulai dari nol," kataku lagi, menepuk bahunya dengan penuh semangat. "Yang penting itu bukan seberapa cepat kamu bisa beradaptasi, tapi seberapa besar usaha yang kamu keluarkan."
Seokjin mengangguk, dan aku bisa melihat sedikit cahaya di matanya. Seperti ada secercah harapan yang mulai tumbuh. "Gomawo, Namjoon ah. Aku merasa sedikit lebih tenang."
Aku tersenyum, merasa sedikit lega melihatnya mulai merasa lebih baik. Mungkin ini terdengar klise, tapi aku merasa seperti ada ikatan yang mulai terbentuk di antara kami. Meskipun kami baru saja bertemu, aku ingin dia tahu bahwa dia tidak perlu merasa sendirian. Kami semua berada di sini dengan tujuan yang sama-untuk menjadi lebih baik, untuk berkembang bersama.
"Seokjin," kataku, berhenti sejenak di depan ruang latihan. "Aku tahu kita baru saja kenal, tapi jika ada apa-apa, jangan ragu untuk mengobrol denganku. Kita di sini bukan hanya untuk jadi trainee, kita jadi teman juga keluarga."