The Beginning of a Beat ( Namjoon POV : Hoeseok )

12 3 4
                                    

Hari itu, ruang latihan terasa sepi. Aku duduk bersila di lantai, menatap naskah rap yang setengah jadi di tanganku. Aku sedang berusaha menciptakan sesuatu yang unik, tapi entah kenapa, ada rasa khawatir di dadaku. Aku punya mimpi besar—mimpi yang mungkin terlalu besar untuk seorang pemuda biasa dari Ilsan. Kadang, aku bertanya-tanya apakah aku bisa menghadapinya sendirian.

Saat pikiran-pikiran itu mulai mengganggu fokusku, tiba-tiba terdengar langkah kaki di luar ruangan. Aku mengangkat kepala dan melihat sosok pria yang masuk sambil tersenyum lebar, wajahnya cerah seolah membawa sinar matahari. Energi positifnya terasa memenuhi ruangan dalam sekejap, mengusir kekhawatiran yang tadi menggantung.

“Hei, kau Namjoon, kan?” katanya, melambai dengan penuh semangat. Langkahnya ringan dan percaya diri, seakan tak ada yang bisa membuatnya ragu.

“Iya, aku Namjoon,” jawabku sambil mengangguk. “Kau... Hoseok, ya?”

Dia tersenyum lebar, memperlihatkan giginya yang putih, lalu mendekat untuk menjabat tanganku. “Benar! Namaku Jung Hoseok.” Tangannya terasa hangat, genggamannya kuat dan penuh keyakinan. Saat itu, aku merasakan semangat dalam dirinya—seperti api kecil yang siap menyala dan membakar apa saja di sekitarnya dengan energi positif.

“Kata mereka, kau rapper utama di sini,” katanya dengan nada kagum tapi penuh percaya diri. “Aku masih belajar soal rap, jadi... kuharap kita bisa kerja sama.”

Aku merasa ada senyum kecil terulas di bibirku, meski biasanya aku canggung saat bertemu orang baru. Entah kenapa, Hoseok membuatku merasa nyaman. “Tentu saja,” jawabku. “Aku juga dengar kamu dancer yang keren.”

Ia menggaruk kepalanya sedikit malu-malu, tertawa kecil. “Ah, aku hanya suka dance, itu saja. Tapi… mungkin aku bisa mengajarimu, kalau kau mau.”

Aku tertawa, sedikit canggung, tapi senang mendengar antusiasmenya. “Boleh juga! Kita bisa saling belajar. Aku ajari kau rap, kau ajari aku dance.”

Hoseok mengacungkan ibu jari, matanya bersinar penuh semangat. “Deal!” katanya dengan nada ceria. Tawa kami memenuhi ruangan latihan yang sebelumnya sunyi, dan untuk pertama kalinya sejak aku bergabung dengan Big Hit, aku merasa beban di pundakku sedikit berkurang. Mungkin, dengan teman seperti Hoseok, perjalanan ini akan terasa lebih ringan.

Aku mengambil earphone dari kantongku, lalu memberikannya satu padanya. “ Coba Dengerkan ini. Ini beat yang sedang kubuat. Bagaimana kalau kita mulai dari sini?”

Hoseok memasang earphone itu dan mulai mendengarkan. Dia mengangguk mengikuti irama, matanya berbinar penuh antusiasme. “Beat ini keren, Namjoon! Oke, aku siap!” katanya tanpa sedikit pun keraguan.

Aku tersenyum melihat semangatnya yang menggebu-gebu. Mungkin, Hoseok adalah jawaban dari semua keraguan yang selama ini kurasakan. “Kau tahu,” kataku, “Kadang aku merasa semua ini terlalu besar untuk kuhadapi sendiri. Tapi sekarang, dengan kau di sini, aku merasa lebih kuat.”

Hoseok menatapku, masih dengan senyum yang tak pernah pudar dari wajahnya. “Namjoonie, kita sama-sama punya mimpi besar, kan? Jadi kenapa nggak kita hadapi bersama? Kita bisa mendukung satu sama lain. Apa pun yang terjadi, ingatlah, aku ada di sini untukmu.”

Aku terdiam sesaat, lalu mengangguk pelan. Kata-katanya menghangatkan hatiku. Hari itu, kami hanya dua pemuda dengan mimpi besar di ruang latihan kecil. Tapi aku yakin, ini adalah awal dari perjalanan panjang yang akan kami lalui bersama.

*******

Beberapa jam berlalu dengan cepat. Kami menciptakan irama, mencoba gerakan-gerakan dance, dan bahkan menulis beberapa baris lirik sederhana. Setiap ide kecil, setiap nada, terasa hidup ketika kami mengerjakannya bersama. Hoseok terus memompa semangatku, memberiku kepercayaan diri yang selama ini hilang.

Di tengah latihan, Hoseok berhenti dan menatapku serius. “Namjoon, aku selalu punya impian untuk membuat orang-orang tersenyum. Aku ingin jadi harapan untuk mereka yang merasa tak punya arah. Karena itu, aku pilih nama J-Hope.”

Aku terdiam, terpesona oleh ketulusan dalam suaranya. “Itu nama yang sangat cocok untukmu, Hoseok,” jawabku. “Kau selalu membawa harapan dan kebahagiaan.”

Dia tertawa kecil, tersipu. “Gomawo, Namjoonie. Aku harap, kita berdua bisa menjadi harapan untuk banyak orang suatu hari nanti.”

Aku mengangguk, merasa lebih yakin dengan jalanku. “Kita pasti bisa. Kita mulai dari sini, kan?”

Dia mengacungkan kepalan tangan, lalu aku menyambutnya. Kami berbagi tawa kecil, sebelum melanjutkan latihan hingga malam tiba. Aku tahu perjalanan kami tidak akan mudah, akan ada banyak rintangan yang menunggu. Tapi dengan teman seperti Hoseok di sampingku, aku merasa siap.

Hari itu, dengan semangat yang baru, kami menutup malam dengan keyakinan bahwa mimpi besar kami mungkin saja bisa menjadi kenyataan.

*******

Cepet kan? Sebenarnya aku suka nyicil di draf . Jadi bisa cepet update...

Tapi itu kalo lagi semangat, kalo nggak ya ...

Yaaaah, paling ujung-ujungnya mentok writer block 😭😭😭

Kayak cerita Namjin ku, makanya aku selingkuh 😭😭😭

Uri Leader, Kim Namjoon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang