- ✧ -
"Emm... Vaza." Panggil Millan pada arvaz yang sedang memakan sempol nya.
Yang dipanggil sontak mengalihkan pandangannya, dan memusatkan perhatian nya pada si Manis. "Ada apa, hm?"
Millan membuang bungkusan pelastik ke tong sampah sembari mengelap bibinya, "vaza tau gak, siapa aja pasangan Model buat hari H? Soalnya aku penasaran sama dua orang yang bakal jadi pasangan ku.. "
Arvaz diam-diam menyeringai, berusaha menahan nya dengan senyuman tenang. "Vaza gak tau, emang nya kenapa?"
Millan menghela napas kecewa, "Pengen tau aja sih, biar bisa latihan bareng mereka dari sekarang. Takutnya nanti pas hari H malah canggung."
"Ohh gitu." Arvaz mengangguk pelan, masih dengan senyum misterius yang tersembunyi. "Terus, kalo udah tau orangnya, mau ngapain?"
"Ya latihan bareng lah, biar kompak. Masa iya nanti pas tampil malah berantakan?" Millan menjelaskan dengan semangat, tidak menyadari perubahan ekspresi Arvaz yang semakin menahan sesuatu setelah melihat tingkah nya.
"Hmm... Tapi kalo salah satu pasangan modelnya ternyata orang yang kamu kenal, gimana?" tanya Arvaz sambil melirik Millan dengan tatapan penuh arti.
Millan mengerjap bingung, "Maksudnya? Emang Vaza tau siapa?"
"Mungkin..." Arvaz sengaja menggantung kalimatnya, membuat Millan semakin penasaran.
"Ih, kasih tau dong!" Millan menarik-narik lengan baju Arvaz, matanya membulat penuh harap.
Arvaz tertawa kecil melihat tingkah menggemaskan Millan. Dia mengacak rambut halus simanis dengan lembut, "Nanti juga kamu tau sendiri."
"Yahhh... Vaza pelit!" Millan mengerucutkan bibirnya, merajuk. "Padahal kan aku pengen tau biar bisa latihan dari sekarang."
"Sabar atuh." Arvaz mencubit pelan pipi chubby Millan yang semakin cemberut. "Lagian kamu udah bagus kok latihannya. Tadi aku liat kamu latihan sama cewek."
Mata Millan membulat kaget, "Eh? Vaza liat? Kapan?"
"Pas iseng mampir disana. Kamu fokus banget sih sampai gak sadar ada yang merhatiin." Arvaz tersenyum, mengingat bagaimana seriusnya Millan saat berlatih tadi.
Wajah Millan langsung memerah, "J-jangan-jangan Vaza liat pas aku..."
"Pas kamu kesandung?" Arvaz melanjutkan dengan nada menggoda, membuat wajah Millan semakin merah padam.
"Ihhh!" Millan memukul pelan lengan Arvaz, sangat malu mengingat kecerobohannya tadi. "Kok gak bilang sih kalo liat?"
"Soalnya kamu lucu." Arvaz menggenggam tangan mungil yang masih memukuli lengannya. "Tapi serius, kamu udah bagus kok. Pasti nanti pas tampil bakalan keren."
KAMU SEDANG MEMBACA
Enter the Figuran Body
Подростковая литератураMika, seorang pengelola toko roti peninggalan mendiang ibunya, menjalani kehidupan yang monoton dan sederhana. Namun, segalanya berubah drastis ketika suatu malam jiwanya dipindahkan ke dunia novel yang tak pernah ia bayangkan. Dua tokoh penting dar...