- ✧ -
"Hahhhh... " Millan memijit pangkal hidung nya, melihat dua karakter penting yang saling melempar Aura permusuhan dihadapan nya membuat nya pusing dan tertekan.
Setelah fitting, Millan menyeret keduanya yang seperti ingin saling memukul, bisa bahaya jika mereka benar benar saling memukul, nanti seisi orang akan terkena bogeman mereka. Ngomong-ngomong Mereka kini berada di Taman dekat sekolah 2 jam lalu.
"Hela nafas terus, kenapa?" tanya Arvaz yang kini sudah menggenggam Tangan Millan, di satu sisi tatapan nya tetap menatap tajam Giorgio.
Millan mendelik, "ya karena kalian lah, udah ah aku mau pulang aja."
Si Manis yang tadinya duduk di bangku taman kini berdiri untuk pulang, tapi kedua tangannya ditahan oleh dua manusia titan.
"Pulang sama gue."
"Aku antar."
"Hah?" Millan ter bengong, lalu setelah nya ia menatap kedua pria di hadapannya dengan wajah frustasi, tapi pipinya bersemu merah. Tangannya masih berada dalam genggaman masing-masing, membuatnya tak bisa kabur begitu saja.
Arvaz menatap Giorgio dengan tatapan menantang. "Gue yang antar. Udah jelas dia lebih nyaman sama gue." Suaranya rendah, tapi penuh ketegasan.
Giorgio mendengus kecil, matanya menyipit seperti elang yang bersiap menyerang. "Nyaman? Lo yakin? Dari tadi dia lebih banyak ngelirik gue. Millan jelas lebih percaya gue."
Millan menarik napas panjang, mencoba mengatur emosi. "Denger ya, Aku gak Mau diantar sama siapa-siapa. Aku bisa pulang sendiri." Nada suaranya tegas, tapi kedua pria itu sama sekali tak bergeming.
"Enggak." kata mereka bersamaan, tatapan mereka kini beradu tajam di atas kepala Millan. Aura permusuhan semakin terasa pekat.
"Lu mending balik aja," ucap Arvaz dingin. "Millan nggak butuh orang kayak lo."
Giorgio menyeringai sinis. "Apa gak kebalik, heh."
Millan menghembuskan napas kasar. "Dua-duanya, dengerin aku!" suaranya cukup keras hingga membuat dua pria itu terdiam sejenak.
Giorgio memiringkan kepala, "Jadi siapa yang lo pilih, Millan?"
Arvaz ikut menyela, "Iya, siapa?"
Millan mengusap wajahnya, menatap mereka bergantian. "Aku akan pulang naik angkot!" Dengan cepat, ia menarik tangannya dan berjalan ke arah jalan raya. Tapi sialnya, kedua pria itu tetap mengikuti dari belakang.
"Angkot? Serius? Ini udah malam emang nya ada? Pulang sama aku aja yuk." ucap Arvaz.
"Ini udah malam, gue antar aja." ucap Giorgio.
Arvaz mendorong Giorgio, lalu merai tangan Millan, "gak! Millan sama gue!"
"Kalau kayak gini terus, gimana kalau kalian lempar koin aja? Yang menang nganterin aku, yang kalah pulang!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Enter the Figuran Body
Teen FictionMika, seorang pengelola toko roti peninggalan mendiang ibunya, menjalani kehidupan yang monoton dan sederhana. Namun, segalanya berubah drastis ketika suatu malam jiwanya dipindahkan ke dunia novel yang tak pernah ia bayangkan. Dua tokoh penting dar...