- ✧ -
Millan menguap kecil saat langkahnya menapaki koridor sekolah yang pagi itu dipenuhi oleh murid yang berseliweran. Ngomong-ngomong dia datang ke sekolah sendiri, padahal niatnya ingin bersama dua sahabatnya tapi mereka sudah berangkat dari pagi-pagi sekali karena disuruh putra untuk ikut membantu nya tentang masalah voting yang masih banyak tidak Terima dari beberapa perwakilan.Dia datang Dengan seragam rapi, rambut sedikit acak-acakan karena angin pagi, headset terpasang di telinganya. Lagu favoritnya mengalun lembut, membuat pikirannya terasa lebih ringan. ia terlihat seperti siswa biasa. Namun, entah kenapa, beberapa tatapan dari murid lain terasa mengarah ke arahnya lebih lama dari biasanya.
"Kenapa mereka ngeliatin aku?" gumam Millan pelan, merasa ada yang aneh. Apa wajannya ada sesuatu membuat mereka terus melihat nya?
Sampai ia tiba di depan lokernya, semuanya terjawab. Di sana, seikat bunga mawar merah muda bertengger manis di dalam vas kecil yang entah siapa yang menaruhnya. Ada secarik kartu di sela-sela bunga itu.
[ Untuk Millan, semoga harimu selalu seindah senyummu. -A ]
Wajah Millan bersemu, ia berusaha menghilangkan nya dan mencoba menahan senyum. "A? Siapa, ya?"
Millan berusaha berfikir keras hingga Sebuah nama yang Sangat dia kenal terlintas di pikiran nya, "Vaza? Tapi kenapa ngasih aku bunga.. "
Ia menyelipkan kartu itu ke dalam kantongnya dan mengambil buket bunga itu, mencoba bersikap biasa meski jantungnya berdetak sedikit lebih cepat.
Belum sempat ia memasukkan buku pelajaran ke dalam tasnya, suara familiar menyapa dari belakang.
"Selamat pagi, Millan." ucap Arvaz dibelakang Millan dengan senyuman Lembut nya.
Millan berbalik, mendapati Arvaz berdiri di sana. Penampilannya rapi, dengan lengan seragam yang sedikit digulung di bagian lengan. Aura percaya diri pria itu benar-benar menguasai sekitarnya. Bahkan para siswi yang melihat Arvaz sudah menjerit dengan wajah memerah.
"Kamu naruh ini?" tanya Millan, mengangkat buket bunga.
Arvaz mengangguk pelan, tatapannya hangat. "Iya. Aku cuma mau bilang kalau kamu itu spesial. Jadi... bunga ini buat nyemangatin hari kamu, hehe.. "
Millan tersenyum kecil, tapi tidak bisa menahan rona merah di pipinya. "Kamu ada-ada aja... "
"Makasih bunganya, indah banget. Dapet dari mana?" Di Akhiri dengan bertanya Millan Menatap tepat mata Arvaz yang terlihat salah tingkah karena ditatap dalam oleh Si manis.
Ia segera berdehem kecil, lalu menjawab pertanyaan Millan, "Ekhem.. Sama-sama, aku dapet Beli ke Toko yang disebelah coffee. Nanti kalo kamu luang, aku bakal ajak kamu kesana."
Kedua mata Millan terlihat berbinar, "Beneran ya!"
"Iya, cantik."
Saat mereka berdua masih tenggelam dalam percakapan ringan, tiba-tiba suara berat dan langkah cepat mendekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enter the Figuran Body
Teen FictionMika, seorang pengelola toko roti peninggalan mendiang ibunya, menjalani kehidupan yang monoton dan sederhana. Namun, segalanya berubah drastis ketika suatu malam jiwanya dipindahkan ke dunia novel yang tak pernah ia bayangkan. Dua tokoh penting dar...