- ✧ -
"Rekan tim lama?" Suara Millan memecahkan keheningan yang menyelimuti mereka, ketiga nya lantas menatap millan sebelum menjawab pertanyaan dari simanis tersebut.
Ishan memandang sinis arvaz setelah itu menarik millan untuk bangun dari duduknya, "Jangan ladenin ni dedemit, yok mil ke kelas kata ketua kelas ada pengumuman buat kegiatan harlah."
"E-eh.. Yaudah aku pergi dulu ya Faza, bye!" Millan melambai pada Arvaz, anak itu sudah dibawa pergi kedua sahabatnya meninggalkan Arvaz yang mendengus karena tidak bisa mencegah nya.
Dia bangun dari duduknya dan melangkah pergi menuju 3 siswa yang sedang berbincang random.
Salah satu pemuda dengan luka di mata kiri menyadari ada yang mendekat pun langsung mengalihkan atensinya, "Lah.. Cepet amat?"
"Dibawa pergi temennya." Arvaz duduk disebelah pemuda itu dengan raut suram nya.
Pemuda yang memiliki luka dimata kiri itu adalah bernama Ghava Gautama, salah satunya sahabat arvaz yang menjabat sebagai MPK di organisasi sekolah nya. Dia menyerahkan sebotol kaleng minuman dingin pada arvaz, "nih, dinginin dulu pikiran lo."
"Thanks." Dia menerima minuman yang disodorkan oleh sahabatnya lalu meminumnya sambil menenangkan diri dari rasa kesalnya.
"Pstt.. Va, si Arvaz napa tuh?" Bisik Abbas Reinaldo sembari melirik Arvaz.
"Gagal pdkt." Jawab Ghava seadanya.
Pemuda bersurai merah tersebut manggut-manggut namun sedetik kemudian Membelalakkan matanya, "hah?! Tunggu- maksud lu si arvaz lagi suka sama orang disini dan gagal pdkt?! Siapa orang nya va!"
Abbas mengguncang tubuh Ghava kencang membuat pemuda dengan luka dimata itu menjadi kesal, dengan tanpa rasa kemanusiaan dia memukul wajah sahabatnya hingga hidung nya mengeluarkan darah.
"Aduh!! kok gue dipikul si!" Abbas meringis sambil mengusap hidungnya.
"Salah lu sendiri, ngapain ganggu Ghava. Udah tau tangan tu bocah enteng." Celetuk Bastian Emilliano pemuda yang sebelumnya menanggapi segala pembicaraan Abbas. "Noh, lap darah lu. " bastian menempelkan tisu diwajah Abbas.
Abbas mencebik sambil mengambil tisu yang ada diwajahnya. "Ngasihnya yang bener kek, Herman gue."
"Heran dodol, Herman mah nama bapak lo."
"Bacot lo su."
Ghava membuka ponsel nya dan menekan notif, setelah membaca pesan yang terkirim ia menunjukan nya pada Arvaz, "nih liat."
"apa?" Arvaz menaikkan satu alisnya bingung.
"Baca aja." Ponsel itu semakin mendekat kearah wajah Arvaz.
"Huh?!" Arvaz merebut ponsel yang dipegang Ghava dan menatap layar ponsel dengan tatapan tak percaya nya.
"Good luck." Dua kalimat dari Ghava dengan seringai menyebalkan nya membuat rasa kesal yang sebelumnya sudah surut kini kembali naik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enter the Figuran Body
Novela JuvenilMika, seorang pengelola toko roti peninggalan mendiang ibunya, menjalani kehidupan yang monoton dan sederhana. Namun, segalanya berubah drastis ketika suatu malam jiwanya dipindahkan ke dunia novel yang tak pernah ia bayangkan. Dua tokoh penting dar...