Chapter 15 - Kebetulan

102 11 10
                                    

Halooo. Ketemu lagi sama Author.

Maaf telat update hehe semoga chapter ini membalas kerinduan kalian sama Nayfa, Geraldi, dan Rezaldi. Doakan semoga proses nulisnya lancar jayaaa 🤗😇

Happy reading 2k kata lebih sis

I hope you like it✨✨🤗

Jangan lupa klik love, komen, dan share ke temen-temen kalian yaaa🙏🏻🙏🏻

Plis jangan jadi silent rider😭🙏🏻

With love,

Awan Teduh

🌻🌻🌻

Disaat sinar mentari pagi tengah memancarkan kehangatannya ke bumi, kala itu Nayfa sedang melakukan cash on delivery buket bunga dengan seorang pelanggan di sebuah taman. Setelah menyerahkan orderan, pelanggan itu pun melakukan pembayaran dan berterima kasih lalu pamit undur diri. Kini tinggallah Nayfa sendiri di sana. Gadis berbaju pink itu pun memilih untuk berjalan-jalan di taman berhubung masih jam delapan pagi.

"Hiks hiks hiks." Seorang gadis kecil berpakaian serba pink yang rambutnya tergerai bebas tampak berjongkok sambil menangis di tengah taman yang ramai itu. Banyak pengunjung di sana. Di beberapa sudut, ada yang sedang; joging, jalan-jalan santai, mengasuh anak kecil, dan aktivitas lainnya. Gadis kecil itu terisak cukup lama sampai akhirnya Nayfa melihatnya dari jarak beberapa meter dan mendengar suara tangisannya yang begitu jelas.

Nayfa mengernyitkan dahi lalu tanpa berpikir lebih lama lagi ia pun berjalan menghampiri anak kecil itu. "Dek, kamu kenapa?" tuturnya lembut sambil berjongkok.

Gadis kecil itu mengangkat wajahnya yang berlinangan air mata. Pipinya tampak tembam dan putih bersih. Ia cantik meskipun sedang menangis. "Uncle aku nggak tahu di mana, Kak. Aira kepisah sama uncle Aira," ucapnya.

Nayfa menyeka air mata di pipi gadis kecil bernama Aira itu lalu berkata, "Kasihan sekali kamu, Dek. Udah, kamu jangan nangis lagi, ya... Kamu nggak sendirian, kok. Ada Kak Nayfa di sini.... Kakak temenin cari Om kamu, ya? Mau?"

Aira terdiam sejenak. Tangisnya mulai mereda karena mendengar kata-kata Nayfa yang cukup menenangkan hatinya. Ia pun mengangguk. "Mau, Kak Nay," sahutnya.

Nayfa mengulurkan tangannya pada Aira. Gadis kecil itu pun menyambut uluran tangannya, kemudian mereka pun berjalan beriringan untuk mencari sosok paman Aira yang entah di mana.

"Kamu inget nggak, terakhir kali uncle Aira ada di mana?" tanya Nayfa sambil menggamit tangan gadis kecil itu.

"Tadi uncle ada di parkiran, Kak. Terus, Aira jalan duluan, deh karena ngejar tukang es krim... Tapi, Aira nggak tahu parkirannya di sebelah mana. Jadi, aku kesasar di sini," jawab Aira dengan lugunya.

"Ya udah, gapapa. Aira tenang, ya. Jangan sedih. Kakak pasti akan bantu kamu ketemu uncle Aira, kok."

"Makasih, ya, Kak Nay. Oh, iya, Aira boleh manggil Kakak Kak Nanay nggak?"

"Sama-sama... Mmm, tentu boleh, dong, Aira Sayang," kata Nayfa sambil mengelus puncak kepala Aira dengan penuh kelembutan dan kasih sayang.

"Oke, Kak Nanay." Aira tersenyum menatap Nayfa seraya mengacungkan jempol kanannya.

Tiba-tiba dari arah belakang, tampak seorang pria dengan kamera yang menggantung di lehernya. Ia sedang celingak-celinguk mencari keponakannya. Pria berkemeja kuning mustard dan bertopi hitam itu terlihat menjinjing sesuatu lalu matanya memicing melihat sosok anak kecil berbaju pink dari kejauhan. "Itu Aira, kan? Iya, nggak salah lagi itu Aira," gumamnya lalu ia pun berteriak, "Aira!"

NAYRALDITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang