Chapter 12 - Deeptalk

104 12 7
                                    

Chapter 12

Yang belum follow, cus difollow dulu 🙏🏻✨

Masukin ke readinglist juga okeee 🤗💛💛

Setelah baca jangan lupa ramaikan kolom komentar yaaa... 🤗🤗🙏🏻🙏🏻💛 Please jangan jadi silent reader yang datang cuma baca doang 🙏🏻🥹🥹🥺

Satu vote dan komen sangat berarti, lho buat akuuu 🤗

Happy reading, Teman Awan 🥳🥳🙌🙌

Note : jangan lupa jajan dan dengarkan lagu-lagu Rezaldi di Karyakarsa. Only 10k per single lagu 😍😍 seharga baksooo murah banget gais 😍😍

Klik link di bio ig @awanteduh23

Tutorialnya bisa cek Youtube yaaa 🤗🙏🏻 soalnya harus beli Kakoin dulu ✨✨✨

Yuk komen api-api 🔥🔥🔥🔥

🌻🌻🌻

Setelah puas berfoto-foto, Olivia dan kedua temannya pun bergabung duduk di kursi dan menikmati jagung bakar. Tak berselang lama, terdengar suara letusan...

Duarrr!

Cahaya kembang api menghiasi gelapnya langit malam kala itu. Percikan kilauannya seperti ingin menyaingi bintang-bintang yang bertaburan di atas sana. Indah sekali.

"Mas Gee, kembang apinya hadiah dari Mas juga?" tanya Olivia semringah sambil menengadah menatap kembang api. "Kok bisa?"

Begitu juga dengan yang lain. Mereka semua memandang pesona kembang api yang terang di langit malam nan kelam. Sangat menakjubkan.

Geraldi mengangguk pasti. "Iya. Jelas bisa, lah, Dek. Tadi Mas minta tolong tetangga sebelah buat nyalainnya. Hehe. Another surprise... semoga kamu suka."

"Oliv suka banget, Mas Gee. Makasih, lho," ucap Olivia sambil tersenyum senang sambil memeluk bahu Geraldi dari belakang kursi. Hari ulang tahunnya terasa benar-benar sempurna walau hanya dirayakan secara sederhana dan dengan beberapa orang saja. Tetapi, itu sudah sangat cukup baginya. "Bagiku, bahagia itu tidak perlu dengan hal yang mewah, namun cukup dengan hal sederhana namun bermakna dan dengan siapa kita menikmati kebahagiaan itu." Ia bermonolog dalam hati.

"Sama-sama, lho," balas Geraldi seraya tersenyum hangat.

Ia pun duduk kembali dan menghabiskan jagung bakarnya, Olivia berkata, "Mas Gee, Oliv sama temen-temen masuk ke dalam duluan, ya. Kita mau nonton drakor sambil maskeran, nih. Hehe." Ia tersenyum lebar. "Aku duluan, ya, Kak Nayfa. Enjoy the roasted corn and fireworks," ucapnya kemudian berlalu bersama kedua sahabat karibnya.

"Ngomong-ngomong, kamu suka kembang api nggak, Fa?" tanya Geraldi.

"Suka. Suka banget malah. Karena kembang api itu indah. Walaupun indah cahayanya cuma sementara, tapi banyak yang tertarik dan terpesona untuk terus memandanginya," tutur Nayfa.

"Kembang api itu kayak hidup, ya. Walaupun nyatanya hidup itu fana dan singkat, tapi tetap harus dinikmati selama waktu belum berhenti dan itu mengajarkan kita untuk menghargai setiap momen yang terjadi," tambah Geraldi.

Nayfa mengangguk pelan. "Iya, Gee... dan dari kembang api aku jadi belajar bahwa terkadang dalam hidup ada beberapa hal indah yang sementara, tapi meninggalkan kesan yang mendalam di hati."

"Mungkin hal yang sementara ada untuk memberikan kita pelajaran aja, ya nggak, sih? Bahwa dalam hidup ini ada beberapa hal yang ditakdirkan untuk sementara saja, misalnya keindahan senja," kata Geraldi.

"Ya, sangat mungkin... dan nggak sebatas ngasih pelajaran aja tapi bisa jadi pengingat bahwa ada yang sementara dan ada yang selamanya," kata Nayfa. "Aku juga pernah baca di internet kalo kembang api itu kayak hidup yang butuh proses."

NAYRALDITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang