Chapter 10 - Tanya Hati

95 13 0
                                    

Chapter 10

Halooo 🙌

Happy reading 2000 kata lebih 😍

Jangan lupa vote dan komen yaaa 🙏🏻😇

Bantu ramaikan cerita ini yaaa. Share ke sosmed & temen-teman kamu juga, ok? 🤗💛

Thanks for support 🤗

Tiktok : @your.awanteduh23

Instagram : @awanteduh23

🌻🌻🌻

"Aku juga nyaman sama kamu, Rezaldi," tutur Nayfa.

"Jadi, kamu mau?" tanya Rezaldi untuk memastikan.

Nayfa mengangguk sambil tersenyum hangat. "Iya, aku mau."

Rezaldi pun tersenyum senang lalu memasangkan cincin dari ilalang di jari manis sebelah kiri Nayfa.

"Eh, sekarang jadi aku-kamu, nih? Nggak lo-gue?" tanya gadis itu seraya melepas dan memberikan earphone milik Rezaldi.

Rezaldi menerimanya. "Iya, aku-kamu aja, Nay. Biar romantis," kata pria itu lalu mengubah posisi menjadi berdiri. "Ayo!"

Nayfa membawakan cangkir kopi milik Rezaldi, turut berdiri lalu bertanya, "Mau ke mana?"

"Pulang ke tenda, Nay. Kamu harus istirahat,ya," ucap Rezaldi. Ia melepaskan syalnya lalu memasangkannya di gadis bermata teduh itu. "Nah, kamu pake ini biar nggak kedinginan. Karena aku nggak bisa peluk kamu, jadi biar diwakilin syal ini aja, ya," lanjutnya seraya menatap bola mata indah milik Nayfa. Pria itu merasa deja vu. Ia pun jadi teringat pada seseorang saat melihat bibir Nayfa melengkungkan senyuman.

Rezaldi pun mengantarkan Nayfa ke depan tendanya.

"Kamu langsung tidur, ya, Nay. Good night," ucap Rezaldi pelan lalu ia pun kembali ke tendanya. Ia berpapasan dengan Geraldi yang entah habis dari mana. "Lo abis dari mana, Gee?"

"Cari angin, Bro. Terus tadi sempet ngobrol bentar sama pendaki lain," ucap Geraldi.

"Oh, oke. Gue ke tenda duluan, ya," kata Rezaldi.

Geraldi menganggukkan kepala. Kemudian, mereka berdua pun melenggang dan masuk ke tenda masing-masing.

***

Keesokan harinya, mereka pun bangun lebih awal untuk melihat sunrise dari atas puncak Gunung Lorokan setinggi 1100 MDPL itu. Rezaldi tampak sedang mengatur kameranya di tripod untuk merekam saat-saat matahari terbit dengan mode time-lapse. Nayfa berdiri di sebelahnya sambil mengobrol dan bercanda dengan Rezaldi. Gadis itu masih memakai syal Rezaldi dan sarung tangan milik Geraldi serta jaket puffer pink yang membalut tubuhnya.

"Itu, kan, syal Rezaldi," batinnya. Geraldi diam-diam memperhatikannya dari jarak yang agak jauh sambil sesekali menyahut obrolan anggota geng Abisatya yang lain dan memotret pemandangan.

Kemudian Rezaldi mengikatkan tali bendera merah putih pada sebuah tongkat yang ia temukan di sana. Nayfa pun turut membantunya, lalu Rezaldi menancapkannya ke tanah.

Azkiya mengamati Geraldi yang diam-diam mencuri-curi pandang ke arah Nayfa. "Ana liat-liat antum liatin Nayfa terus, Gee," katanya setengah berbisik.

"Enggaklah, Ki," ucap Geraldi sambil memotret matahari yang mulai terbit dan diam-diam mengambil siluet gambar Nayfa.

"Enggak usah bohong sama ana. Ana lihat sendiri, lho.... Ana udah lama temenan sama antum, Gee. Jadi, kalo mau cerita apapun jangan sungkan, ya," tutur Azkiya.

Geraldi pun berjalan-jalan diikuti Azkiya, sahabatnya. Ia terdiam cukup lama karena bingung harus cerita mulai dari mana. Ia bingung merangkai kata yang bak saling bersahut-sahutan di kepalanya.

NAYRALDITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang