Chapter 14 - Moment

101 9 4
                                    

Halooo. Ketemu lagi sama Author. 🤗

Maaf telat update hehe 🙏🏻🙏🏻🤭 semoga chapter ini membalas kerinduan kalian sama Nayfa, Geraldi, dan Rezaldi. Doakan semoga proses nulisnya lancar jayaaa 🎉🎉

Happy reading 2k kata lebih sis

I hope you like it

Jangan lupa klik love, komen, dan share ke temen-temen kalian yaaa ❤️❤️

With love,

Awan Teduh

🌻🌻🌻

"Nak Rezaldi, kamu masih sayang dan cinta sama Naya anak Om, kan?" tanya Ferry tiba-tiba.

Pertanyaan itu membuat Rezaldi tercenung selama beberapa jenak. Ada yang bergemuruh riuh di dalam hati dan pikirannya. Ia bingung harus menjawab apa. Di sisi lain, ia memikirkan Nayfa. Namun, seisi hatinya masih sangat menginginkan dan tak pernah berhenti mencintai Naya. Ia tidak mau kehilangan Naya untuk yang kedua kalinya.

"Masih, Om. Saya masih mencintai Naya," tutur Rezaldi yang akhirnya bersuara.

"Naya, mulai sekarang... Ayah merestui hubungan kalian," ucap Ferry sambil menyatukan tangan Rezaldi dan Naya. "Ayah janji, Ayah nggak akan lagi menjodohkan kamu sama seseorang yang nggak kamu cintai. Ayah akan dukung apapun keputusan kamu, asalkan kamu bahagia, Sayang," sambungnya.

Rezaldi dan Naya saling bertatap-tatapan lalu tersenyum bahagia.

🌻🌻🌻

Di hari sabtu yang terik itu, Nayfa dan Klub Muda Berbagi terlihat sedang membagi-bagikan nasi kotak ke gelandangan, pemulung, dan pedagang-pedagang kecil di pinggir jalan. Kegiatan berbagi kali ini diikuti oleh semua anggota KMB, kecuali Rezaldi. Mereka tampak senang saat diberi nasi kotak. Dengan wajah yang berpeluh-peluh, mereka tersenyum penuh syukur sambil mengucapkan terima kasih.

Lihatlah. Bagi segelintir manusia, bahagia sangatlah sederhana. Sebungkus nasi kotak pun cukup untuk membuat mereka bahagia karena mereka tahu seberapa sulitnya mencari uang demi sesuap nasi. Andai saja seluruh manusia di bumi ini bisa setara dan berkecukupan. Mungkin tidak akan ada penderitaan dan kesengsaraan. Tapi, ya namanya juga hidup. Di mana ada kebahagiaan, di situ ada kesedihan. Di mana ada kesulitan, di situ ada kemudahan. Di mana ada gelap, di situ ada terang,..., dan yang lainnya. Semuanya Allah ciptakan berpasang-pasangan seperti halnya manusia.

Nayfa dan Geraldi tampak menghampiri seorang pria yang sudah renta. Ia sedang mendorong gerobak es cendol di tengah panas terik matahari ditemani seorang gadis kecil berumur sekitar enam tahunan.

"Permisi, Kek. Ini ada nasi kotak buat kakek," ucap Nayfa seraya menyodorkan nasi kotak pada kakek itu.

"Satu lagi buat adek," lanjut Geraldi diiringi senyum hangat. Ia memberikan nasi kotak pada gadis kecil berpakaian lusuh itu.

"Terima kasih, Mbak, Mas. Semoga Allah gantikan dengan rezeki yang lebih lagi, diberikan Panjang umur, sehat selalu, dan hidup bahagia," ucap kakek tua itu. Ia bernama Sapto. Perawakannya kurus, berkulit sawo matang, pakaiannya lusuh, dan ia biasa memakai topi yang kelihatannya sudah usang.

"Aamiin...," tutur Nayfa dan Geraldi berbarengan.

"Kek, pesen es cendolnya 15, ya. Yang dua nggak usah diiketin, sisanya dibungkus aja," kata Geraldi.

"Oh, siap, Mas. Ditunggu, ya," kata Sapto dengan senyum tulus yang menghiasi wajah keriputnya.

"Kok belinya banyak banget, Gee?" bisik Nayfa.

NAYRALDITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang