Bab 22

143 72 60
                                    

Alina tersenyum melihat anak anaknya dengan penuh kasih sayang, Alina merasa hatinya dipenuhi dengan rasa bahagia, terharu melihat anak-anaknya yang saling menyayangi, ia merasa bahwa semua pengorbanannya sebagai seorang ibu telah terbayar dengan ...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alina tersenyum melihat anak anaknya dengan penuh kasih sayang, Alina merasa hatinya dipenuhi dengan rasa bahagia, terharu melihat anak-anaknya yang saling menyayangi, ia merasa bahwa semua pengorbanannya sebagai seorang ibu telah terbayar dengan melihat anak-anaknya tumbuh menjadi yang baik dan saling mencintai. Meskipun Mella tidak memiliki peran ayahnya, selalu sibuk dengan tugas kerjanya, dan Mella merasa tidak disayangi oleh ayahnya sangat canggung dengan ayahnya disaat berjumpa, merasa bahwa arshaka telah menjadi pengganti yang baik bagi Mella, arshaka telah menjadi kakaknya yang baik, hebat.yang selalu menjaga dan melindungi Mella, Alina Dengan air matanya terjatuh sambil memandang anak-anaknya sedang berpelukan

" Baiklah, anak anak. Sekarang sudah malam, kalian harus tidur, ada hari esok untuk kalian beraktivitas " kata Alina sambil mengusap air matanya

Arshaka, Mella saling mengangguk dan mencium ibunya " selamat tidur Mama.. thank you for everything you give mom good night "

Alina mengangguk, mencium kembali dan berkata " selamat tidur, anak anakku, semoga kalian selalu bahagia dan sehat " dengan suara lembut

Dengan itu, Mella, arshaka. Memasuki kamar mereka, Alina mematikan lampu dan membiarkan rumah menjadi sunyi dan memasuki kamar juga, Mama Alina, arshaka sudah tidur duluan, Mella masih belum tidur

~

di rumah Azkina, suasana berbeda namun tetap hangat. Azkina baru saja selesai makan malam bersama keluarganya. Mereka berkumpul di ruang keluarga, saling bercerita tentang kegiatan masing-masing hari itu.

Azkina, yang selalu penuh perhatian terhadap sahabatnya, masih memikirkan Mella. Ia ingin memastikan sahabatnya baik-baik saja setelah mendengar cerita tentang kesedihan Mella karena ayahnya yang sering pergi. Di sela obrolan keluarganya, Azkina memandang ponselnya, mempertimbangkan apakah akan mengirim pesan lagi untuk mengecek keadaan Mella.

Ibunya, yang memperhatikan raut wajah Azkina, bertanya dengan lembut, "Kin, kok kelihatan lagi mikirin sesuatu? ada apa, nak?"

Azkina tersenyum kecil dan menjawab, "Nggak, bun! cuma kepikiran Mella aja. tadi dia cerita kalau dia kangen sama ayahnya yang lagi kerja di luar kota."

Amanda mengangguk, mengerti perasaan Azkina. "Kamu sahabat yang baik. kalau Mella butuh teman, ajak saja dia ke sini, ya. keluarga kita juga selalu siap buat Mella."

" Iya ma, kina akan ajak Mella ke sini " kata azkina sambil makan

" Mama senang dengan kamu nak, kamu sahabat yang baik dan anak baik " jawab Amanda sambil mengusap kepalanya Azkina

Mella masih belum tidur ,ia merebahkan diri di atas kasur, memandang langit-langit kamar yang temaram, pikirannya perlahan-lahan dipenuhi rasa syukur karena meski ada banyak hal yang membuatnya merasa kesepian, ia masih memiliki orang-orang yang peduli padanya, seperti Azkina, ibunya, dan bahkan kakaknya yang usil.

Mella menarik napas dalam-dalam, membiarkan kelegaan dan kehangatan itu memenuhi dirinya. Ia memejamkan mata, membayangkan dirinya duduk bersama ayahnya sambil bercerita panjang lebar, seperti yang biasa mereka lakukan dulu, ia merasa kesepian tetap ia tidak sendirian, meskipun ada Mama Alina dan kakak arshaka, selalu ada untuknya

"Besok pasti akan lebih baik," pikir Mella dalam hati. dengan perasaan yang lebih ringan, ia menarik selimut hingga ke dadanya dan memejamkan mata. Suara lembut angin malam yang masuk dari celah jendela menemaninya, membawa rasa tenang yang perlahan menyelimuti seluruh tubuhnya.

Sementara Mella terlelap dalam tidurnya,dalam tidur nyenyak,Di dalam hati, Mella menyimpan harapan bahwa hari esok akan membawa lebih banyak kebahagiaan, canda tawa bersama kakaknya, pelukan hangat dari ibunya, dan cerita menyenangkan dengan Azkina. meski ada hal-hal yang sulit dihadapinya, ia tahu ia tidak sendiri.

Azkina [  Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang