JC. 09

23.1K 1.6K 110
                                    

Karena jam pelajaran kosong, Zavian dan teman-temannya memutuskan pergi ke kantin. Suasana ramai, namun meja favorit mereka di pojok ruangan masih kosong. Saat baru saja duduk, pertanyaan langsung menghujani Zavian. 

"Lo ada hubungan sama Lyra?" tanya Tama, sembari menyandarkan punggungnya ke kursi. 

Zavian hanya mengangkat bahu, memasang ekspresi santai seakan pertanyaan itu tak penting. 

"Dari kemarin-kemarin lo aneh banget, tiba-tiba deketin dia. Pindah haluan, lo?" sindir Ravin, sambil mengaduk es teh miliknya. 

"Ngomong apaan sih? Gue cuma bantuin dia," jawab Zavian, mencoba mengakhiri pembicaraan. 

"Jadi, lo suka dia sekarang?" tanya Arka dengan nada serius. 

Zavian mendesah, merasa kesal dengan pertanyaan yang terus-menerus datang. "Enggak. Gue cuma... ya, gitu aja." 

Tama tertawa kecil. "Gitu aja apaan? Jangan-jangan lo beneran suka sama dia?" 

Zavian terdiam sejenak, lalu meneguk minumannya. "Lo pada kebanyakan nonton drama. Gue cuma bantu dia pulang, gak lebih." 

Namun, teman-temannya saling pandang, seperti tidak percaya dengan jawaban Zavian. Mereka tahu, sesuatu sedang berubah dalam dirinya, hanya saja Zavian terlalu keras kepala untuk mengakuinya.  

"Gak boleh," ucap Arka tiba-tiba, memecah suasana. 

"Gak boleh apa, bos?" tanya Tama, terlihat bingung sambil mengunyah gorengannya. 

"Jangan bilang lo juga suka sama Lyra?" Raka menatap Arka dengan wajah penuh kecurigaan, sambil memijat pelipisnya, merasa ini terlalu drama.

Arka mendengus pelan. "Gak." 

"Beneran, Ar? Jujur dari sekarang," ujar Ravin dengan nada serius.

"Gue gak suka cewek kampungan itu," balas Arka, nadanya dingin.

"Gak jelas banget lo, bos!" keluh Tama, menggelengkan kepala. "Kalau gak suka, kenapa ribut bilang gak boleh segala?" 

Arka hanya diam, tatapan matanya mengarah ke tempat lain, seakan mencoba menghindari topik yang menurutnya tak penting. 

"Udah ah, gak penting," celetuk Zavian dengan nada santai, mencoba mengalihkan pembicaraan. Tapi, jauh di dalam pikirannya, dia mulai menaruh curiga pada Arka. 

"Ar," panggil Zavian tiba-tiba. 

Arka menoleh, menatap Zavian.

"Gue gak suka Lyra," ujar Zavian.

Arka hanya mengangguk kecil, namun Zavian menangkap sesuatu yang berbeda. Sebuah senyuman tipis yang nyaris tak terlihat, tapi cukup untuk menimbulkan pertanyaan di benaknya. 

"Jadi kan kita ke puncak?" Tama memecah keheningan, kembali ke topik awal. 

"Jadilah," balas Ravin dengan antusias. 

"Gue bawa cewek gue," ujar Raka, memberi tahu.

"Anjay, boleh deh. Sekalian ajak temennya, siapa tahu ada jodoh gue," celetuk Tama, disambut tawa dari Ravin. 

"Babi lo, cewek mulu pikirannya," ujar Ravin.

"Biar anget pas di puncak," balas Tama.

"Bangsat."
______

"Karena dua minggu lagi kita akan melaksanakan ujian tengah semester, hari ini kita akan presentasi. Tidak ada alasan mendadak, karena Ibu sudah memberi waktu dua hari untuk persiapan," ujar Bu Sekara tegas di depan kelas. 

JADI COWOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang