JC. 10

22.6K 1.4K 57
                                    

Zavian mendekati Lyra yang sedang duduk di bangkunya, terlihat murung setelah presentasi. Tatapan dingin dari Arka tampaknya meninggalkan bekas di hati gadis itu. 

"Maaf, Zav," lirih Lyra, sambil menundukkan kepala. 

Zavian tersenyum kecil, berusaha menghiburnya. "Dengan lo berani maju ke depan aja, itu udah hebat."

Dia mengeluarkan sebatang cokelat dari sakunya dan menyerahkannya pada Lyra. "Reward buat lo."

Lyra menatap cokelat itu, lalu Zavian. "Makasih, Zav," ucapnya pelan, merasa sedikit terhibur. 

"Jangan sedih," tambah Zavian sambil duduk di sampingnya. "Oh ya, mau ikut ke puncak minggu ini? Sama gue dan anak-anak." 

Lyra terdiam sejenak, tak yakin apakah dia pantas untuk bergabung. "Boleh?"  

Zavian tertawa kecil. "Boleh, gue yang ngajak."

Setelah berpikir sejenak, Lyra mengangguk pelan, senyuman malu-malu muncul di wajahnya. "Kalau gitu, aku ikut." 

"Jangan lupa siapin jaket tebal. Di sana dingin," ujar Zavian. 

"AYANG!" Lagi-lagi teriakan itu membuat telinga Zavian panas. 

"Kok kamu gak ngajak aku ke puncak?" protes Fiona dengan nada kesal, mendekati Zavian. 

"Untungnya aku udah bilang ke Raka biar aku ikut," tambahnya sambil melipat tangan. 

Zavian mendengus pelan. "Gak penting," balasnya dingin. 

"Jahat banget, ayang," Fiona memanyunkan bibirnya, mencoba menarik perhatian. 

"Ayang, Ibu katanya lagi nyari kios, aku tahu ada kios murah," ujarnya sambil menatap Zavian. 

Zavian langsung berdiri dari tempat duduknya. "Di mana?" tanyanya serius. 

"Setelah pulang sekolah kita survei tempatnya dulu," jawab Fiona, tersenyum puas. "Tapi temenin aku dulu ketemu Papa, ya," tambahnya dengan nada manja, sambil menggandeng tangan Zavian. 

Zavian langsung menghempaskan tangan Fiona. "Gak," balasnya singkat. 

"Ihh, ayang, papa mau ketemu kamu, lho! Sekali aja, yuk!" rengek Fiona, tetap memaksa sambil menarik-narik lengan Zavian. 

Namun, Zavian hanya menatapnya dingin. "Gue bilang gak. Jangan maksa," tegasnya, membuat Fiona terdiam dengan wajah kecewa.  

"Ay," panggil Fiona dengan mata yang mulai berkaca-kaca. 

"Kamu tuh kenapa sih gak pernah lirik aku?" tanyanya kesal, suaranya mulai bergetar. 

Zavian hanya diam, menatap Fiona dengan ekspresi datar. 

"Papa cuma mau ketemu kamu," tambah Fiona, mencoba melunakkan suasana. 

Zavian menghela napas panjang dengan nada yang terdengar kasar. "Buat apa?" tanyanya akhirnya. 

"Sekali aja, Ay. Papa rela loh datang dari Amerika ke sini cuma buat ketemu kamu," rengek Fiona dengan nada memohon. 

Zavian menatap Fiona beberapa saat, lalu akhirnya menjawab singkat, "Oke." 

Wajah Fiona langsung berubah cerah mendengar jawaban Zavian. "Benar? Nanti kita pergi ya, Ay!" katanya penuh semangat, seolah tidak peduli dengan nada dingin yang digunakan Zavian.  

Lyra menggigit bibir bawahnya, berusaha menahan tangis yang mulai menggenang di matanya. Ia menunduk, menatap lantai. 
____

Sesuai janjinya dia akan pergi kerumah gadis itu untuk menemui papanya. Zavian juga bingung kenapa Papa Fiona ingin menemuinya? Apakah mereka pernah bertemu sebelumnya? Menurut novel yang Bia baca tidak ada bagian dimana Zavian kerumah Fiona bahkan nama Fiona pun tidak ada didalam novel.

Novel hanya berfokus pada Arka dan Amira sebagai pemeran utama dan Zavian sebagai antagonis serta teman-teman yang lainnya sebagai Figuran. 

Fiona segera naik ke atas motor Zavian dan tanpa ragu memeluk tubuh pria itu erat-erat. 

"Lepas," titah Zavian dengan nada dingin. 

"Nanti aku jatuh," balas Fiona manja. 

Zavian mendesah pelan, memilih untuk tidak menanggapi. Ia hanya ingin cepat sampai dan menyelesaikan urusan ini. Dengan cekatan, ia menyalakan mesin motornya dan mulai melaju. 

Namun, selama perjalanan, Fiona tidak berhenti berbicara. "Ay, kamu tuh keren banget. Makanya aku suka."

Zavian tetap fokus pada jalan, sama sekali tidak menggubris perkataan Fiona. 

"Aku pengen jadi istri kamu," lanjut Fiona tiba-tiba, membuat Zavian sedikit memperlambat laju motornya. "Ngeliat kamu begitu mendambakan Amira, bahkan seakan-akan dia itu berlian, aku iri." 

Fiona terdiam sejenak, sebelum melanjutkan dengan suara yang sedikit lebih pelan, namun tetap terdengar jelas. "Aku ngebayangin kalau kamu perlakuin aku kayak gitu... pasti hidupku bahagia banget." 

Zavian mendesah pelan. "Gak akan pernah," ucapnya dengan nada datar. 

Fiona mendengus kecil, merasa tersinggung. "Kamu selalu bilang gitu. Padahal aku serius, Ay. Aku rela ngelakuin apa aja biar kamu lirik aku." 

Zavian hanya diam, memilih tidak memperpanjang pembicaraan. Dalam hati, ia merasa semakin muak dengan obsesi Fiona.

"Tapi sekarang tiba-tiba kamu malah lirik Lyra," ucap Fiona dengan nada kesal. 

Zavian mendengar itu, namun memilih untuk tetap tenang.

"Kamu nggak pernah peduli sama cewek lain, tiba-tiba aja kamu jadi sering deket-deket dia. Apa yang dia punya, Ay? Nggak ada apa-apanya dibanding aku!" Fiona terus memojokkan Zavian, suaranya bercampur antara emosi dan rasa cemburu. 

Zavian mendesah panjang, menghentikan motornya di pinggir jalan. "Denger, Fio," katanya dengan nada lebih serius sambil melepas helmnya dan menatap Fiona. "Hidup gue, pilihan gue. Lo nggak punya hak buat ngatur apa yang gue lakukan, apalagi siapa yang gue deketin." 

Fiona terdiam, matanya berkaca-kaca. "Aku cuma... aku cuma nggak mau kehilangan kamu," ucapnya pelan, suaranya mulai bergetar. 

Zavian memasang kembali helmnya dan berkata dingin, "Lo nggak pernah punya gue, Fio. Jadi nggak ada yang hilang." 

Setelah itu, dia menjalankan motornya lagi, membiarkan Fiona yang menangis.

Fiona mengeratkan pelukannya pada Zavian. 

Zavian tidak mungkin menyukai Fiona bahkan Lyra.
______

Tim siapa nih?🤭

Zavian masih abu-abu

JADI COWOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang