Chapter 25

13.1K 1.2K 721
                                    

Berada dalam dekapan hangat Deva, Keisha bisa merasakan euforia syahdu saat ini tengah menyelimuti hatinya. Lengan besar yang melingkari pinggangnya, senantiasa tidak berpindah bahkan sejak awal mereka berada dalam posisi ini.

Untuk kemudian, baru berpindah ketika punggung kokoh Deva mendadak sudah melingkup sedari atas. Selaras dengan tubuh Keisha yang didorong mundur perlahan, sebelum akhirnya sempurna merebah pada ranjang dingin mereka.

Keisha menjadikan lengan Deva sebagai landasan menempatkan diri paling nyaman. Harum citrus milik Deva menyergap indra penciumannya ketika tubuh mereka nyaris tak berjarak. Pun jemari mereka saling mengisi ruas satu sama lain nan mengenggam erat.

Tidak perlu diuraikan bagaimana mereka bisa berakhir seperti sekarang.

Sebut saja malam ini mereka berbicara dari hati ke hati, membawa satu suasana yang sulit untuk dijelaskan. Namun, tidak perlu jawaban atas hal itu sebab ada kalanya menerima dan menikmati adalah yang terbaik.

Pipi Keisha belum usai merona salah tingkah sesudah mendengar perkataan dan panggilan yang disematkan Deva untuknya beberapa saat lalu.

'Ma' katanya...

Keisha masih sangat memerlukan waktu untuk mengatur buncah di dada yang bertalu ketika mendengar panggilan Deva tersebut. Namun, sebelum ia berhasil menata semua perasaan luar biasa itu, pipinya sudah kembali merona saat ditempatkan di bawah kungkungan tubuh Deva seperti saat ini. Berikut meresapi harum pria itu yang bagai mendesak dari jarak sedekat ini.

"Why are you staring at me like that?"

Pertanyaan Deva menyentak kesadaran Keisha, yang bisa jadi tertangkap basah sedang menatap sedikit terlalu dalam.

Keisha yang pada saat itu masih sibuk dengan isi kepalanya, kontan berubah kelu hingga tak sampai menjawab.

"Hm, you want some dick?"

Posisi mereka pada saat ini, juga kulit bergesekan keduanya, sangat mendukung perkataan Deva.

Namun, Keisha yang mendengarkan hal itu kontan membulatkan mata besar. Sebut saja hampir tersedak angin kosong sebab tak menyangka Deva akan berkata demikian.

Padahal Keisha masih salah tingkah dengan perlakuan Deva yang menurutnya cukup manis beberapa saat lalu. Namun, Deva justru mengartikan maksud tatapan dan pipi merona Keisha dengan yang lainnya.

Bahkan kini Deva memulas senyum serupa seringaian, juga kekehan ringan di udara. Sebelum menyentuhkan ujung hidung bangirnya pada pipi Keisha yang memerah padam. "Now you're smiling..."

Astaga, tersenyum dari mananya?

"You're not any less pretty when you cry, but... don't cry anymore." Deva mengusap surai Keisha dalam dekapnya. "You've shed enough tears today. Not again."

Deva tidak buta, jelas tahu bahwa Keisha masih salah tingkah. Namun, alih-alih membiarkan ada tetesan air mata jatuh sekali lagi, Deva lebih baik mengusahakan agar senyum terpatri di wajah Keisha sekarang.

Bahkan dengan berkata serampangan sekali pun.

Sebab kini Keisha mengulum bibir dalam kekehan halus.

Merasakan tubuhnya yang dibawa mendekat oleh Keisha, Deva memejam menikmati kecupan pipi yang diberikan Keisha saat ini. "I'm not crying anymore." diiringi tawa ringan Keisha berucap.

Senyum Keisha sempurna kembali.

Tentu saja hal yang baik untuk Deva.

Di Tengah Kelindan SemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang