Hi! Masih semangat buat lanjutin baca cerita ini?? Pasti dong.. ya gak?? Tanpa berlama-lama lagi..
Cuss baca! ><
🍂🍂🍂
Victor melangkah semakin dekat, matanya memancarkan ketenangan yang berbahaya. Claudia, Julien, dan Marie berdiri kaku, pikiran mereka berpacu mencari cara untuk keluar dari situasi ini.
"Jadi, kalian berhasil menemukan ruangan ini," ujar Victor sambil melirik ke arah pintu yang terbuka. "Sayangnya, langkah kalian berhenti di sini."
Julien maju selangkah, mencoba menyembunyikan dokumen yang mereka ambil di balik jaketnya. "Victor, kau tidak perlu melakukan ini. Kita semua tahu ada yang lebih besar dari sekadar ruangan ini."
Victor tertawa kecil. "Lebih besar? Tentu saja. Tapi kalian tidak seharusnya berada di sini. Kalian bahkan tidak tahu apa yang sedang kalian mainkan."
Marie mencengkeram lengan Claudia. "Apa yang harus kita lakukan?" bisiknya dengan panik.
Claudia menarik napas dalam, menenangkan dirinya. Matanya melirik ke lorong di belakang Victor, mencoba menilai seberapa cepat mereka bisa lari. Tapi sebelum dia bisa menjawab, suara lain datang dari arah belakang Victor.
"Lepaskan mereka."
Semua kepala menoleh. Di ujung lorong berdiri seorang pria dengan wajah yang tak asing-seseorang yang selama ini mereka pikir telah menghilang. Sosok itu adalah Andrew, salah satu anggota organisasi yang mereka curigai selama ini.
"Andrew?" ujar Julien, terkejut.
Victor berbalik, wajahnya menunjukkan ekspresi kaget yang jarang terlihat. "Kau? Apa yang kau lakukan di sini?"
Andrew berjalan mendekat, ekspresinya dingin. "Aku ada di sini untuk memastikan mereka selamat. Mereka tahu terlalu banyak, tapi itu juga berarti mereka bisa menjadi sekutu yang penting."
Victor mengerutkan kening. "Sekutu? Kau benar-benar naif. Mereka hanya anak-anak yang tidak tahu apa-apa."
Andrew tersenyum tipis. "Dan itu sebabnya mereka berbahaya. Karena mereka tidak punya batasan seperti kita."
Percakapan itu memberi waktu bagi Claudia dan yang lainnya untuk mengambil keputusan. Dengan cepat, Claudia menarik Marie dan Julien, memanfaatkan momen ketegangan antara Victor dan Andrew untuk berlari ke arah lain.
"Tunggu!" teriak Victor, menyadari apa yang terjadi.
Andrew menghalanginya, memberikan mereka cukup waktu untuk melarikan diri. Saat mereka akhirnya keluar dari gedung itu, napas mereka terengah-engah, tetapi mereka berhasil membawa dokumen-dokumen dan cincin yang mereka temukan.
Claudia menatap cincin di tangannya, matanya penuh tekad. "Kita sudah terlalu jauh untuk mundur sekarang. Apa pun yang mereka sembunyikan, kita harus mengungkapnya."
Marie memegang bahunya. "Tapi Claudia, ini semakin berbahaya. Bagaimana jika kita-"
"Tidak," potong Claudia tegas. "Ini tentang lebih dari sekadar kita bertiga. Ini tentang kebenaran yang mereka sembunyikan dari semua orang. Aku tidak akan berhenti."
Julien mengangguk, meskipun jelas dia khawatir. "Kalau begitu, kita harus lebih hati-hati. Apa yang kita miliki sekarang cukup untuk membuat mereka panik. Itu artinya, kita ada di jalur yang benar."
Mereka bertiga saling bertatapan, menyadari bahwa jalan di depan akan semakin sulit. Tapi satu hal yang pasti-mereka tidak sendirian dalam perjuangan ini.
Di Tempat Lain
Victor menatap Andrew dengan tajam setelah Claudia dan yang lainnya menghilang di balik lorong. "Apa yang kau pikir sedang kau lakukan, Andrew? Kau mengkhianati organisasi ini."
Andrew menggeleng pelan, langkahnya mendekat dengan mantap. "Aku tidak mengkhianati siapa pun. Aku hanya memilih pihak yang benar. Kau tahu, Victor, ada batas di mana kebenaran tidak bisa disembunyikan. Dan mereka... mereka adalah masa depan yang tidak bisa kita kontrol."
Victor tertawa sinis. "Kau bodoh. Mereka hanyalah anak-anak yang tidak tahu apa yang mereka hadapi. Mereka tidak akan selamat dari ini."
Andrew menatapnya dengan tajam, suaranya tenang namun penuh ketegasan. "Mungkin. Tapi tidak ada yang bisa menghentikan mereka sekarang. Bahkan kau."
Kembali ke Kelompok Claudia
Claudia, Julien, dan Marie berhasil sampai ke sebuah tempat persembunyian yang mereka gunakan sebelumnya. Ketiganya menghempaskan tubuh ke lantai, mencoba mengatur napas setelah pelarian yang menegangkan.
Marie memecah keheningan, suaranya penuh ketakutan. "Claudia, bagaimana jika Andrew... bagaimana jika dia hanya pura-pura membantu kita?"
Claudia menatap cincin di tangannya. "Aku tidak tahu. Tapi jika dia benar-benar di pihak kita, kita harus memanfaatkan waktunya untuk menggali lebih banyak informasi dari apa yang kita temukan."
Julien mengeluarkan dokumen dari jaketnya dan meletakkannya di lantai. "Ini semua ada hubungannya dengan organisasi itu, bukan? Tapi aku belum tahu pasti apa peran Victor."
Claudia membuka salah satu dokumen. Tulisan di sana menggunakan kode yang rumit, namun di pojoknya ada logo yang pernah ia lihat sebelumnya. Itu logo yang sama dengan yang ia temukan di surat-surat lama milik ibunya.
"Ini lebih besar dari yang kita pikirkan," gumamnya, setengah kepada dirinya sendiri. "Aku yakin ada yang berhubungan dengan masa lalu ibuku di sini."
Marie memegang bahu Claudia, mencoba memberinya keberanian. "Kalau begitu, kita tidak boleh berhenti sekarang. Apa pun yang mereka rencanakan, kita harus menghentikannya sebelum lebih banyak orang terluka."
Claudia mengangguk. Dengan napas berat, ia menutup dokumen itu dan menyadari bahwa ini baru permulaan dari apa yang akan menjadi perjalanan paling berbahaya dalam hidup mereka.
🍂🍂🍂
"Ketika pintu rahasia terbuka, tidak hanya kebenaran yang tersingkap, tetapi juga ancaman yang lebih besar. Di tengah ketidakpastian, mereka harus memilih: melangkah lebih jauh atau menyerah pada ketakutan."
-Secret Behind the Scenes
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.To be Continue~
KAMU SEDANG MEMBACA
Secrets Behind The Scenes
Mystery / ThrillerLaurent Claudia Auretta tak pernah menyangka hidupnya yang tenang akan berubah setelah menemukan buku tua yang menguak sejarah kelam kota kecilnya. Buku itu mengungkap tentang organisasi rahasia bernama Lingkaran Lacroix, kelompok bayangan yang kaba...