🍂🍂🍂
Ketiganya melangkah ke dalam ruangan yang gelap dan dingin. Begitu pintu tertutup, lampu-lampu berkelap-kelip menyala, menyoroti sekeliling dan mengungkapkan ruangan berbentuk bulat dengan dinding yang dipenuhi cermin besar, sama seperti sebelumnya, namun kali ini suasana terasa lebih berat.
"Ini... seperti pertarungan dengan diri kita sendiri," bisik Julien, menatap bayangannya yang terpantul di cermin.
"Siapkan diri kalian," suara sosok berkedok itu kembali terdengar, "Ujian ini akan menguji keberanian dan ketulusan hati kalian. Kalian harus menghadapi kegelapan dalam diri masing-masing."
"Bagaimana caranya?" tanya Marie, merasa gelisah.
"Setiap dari kalian akan menghadapi refleksi terkelam dari diri kalian. Kalian harus mengakui ketakutan dan kelemahan masing-masing untuk dapat melanjutkan," jawab sosok itu sebelum menghilang.
Tak lama setelah itu, cermin di depan mereka mulai bergetar. Bayangan mereka di dalam cermin berubah, memperlihatkan sosok yang berbeda-sosok yang lebih gelap, lebih menakutkan.
Claudia melihat dirinya sendiri dalam bayangan yang menyeramkan. Dia melihat sosoknya yang terjebak dalam kegelapan, merindukan pengakuan dan penerimaan, berjuang dengan ketidakpuasan yang mendalam. "Tidak! Ini bukan aku!" teriaknya, berusaha membebaskan diri dari pengaruh bayangan itu.
"Claudia!" Marie berteriak, tetapi bayangan Claudia merangkulnya dengan erat.
"Siapa kamu?" tanya Claudia dengan marah. "Kenapa kamu ada di sini?"
"Aku adalah ketakutanmu. Ketakutan akan kehilangan, ketakutan akan kegelapan yang selalu mengintaimu," jawab bayangan itu dengan suara serak. "Mengapa kamu melawan kenyataan? Kamu tahu kegelapan ini selalu ada dalam dirimu."
Di sisi lain, Julien berhadapan dengan bayangannya sendiri. Sosoknya tampak terpuruk dan kehilangan arah, seolah menyampaikan bahwa dia tidak akan pernah cukup baik. "Aku tidak akan menjadi orang yang kuat," ujar bayangannya dengan nada putus asa. "Kamu tidak akan bisa menyelamatkan siapapun."
Julien merasakan kebangkitan kemarahan. "Tidak! Aku bisa mengubah semua ini!" dia berteriak, berusaha membebaskan diri dari pengaruh bayangannya. "Kamu bukan diriku. Kamu hanya bayangan dari ketakutanku!"
Sementara itu, Marie berdiri menghadapi bayangannya sendiri. Bayangan itu menunjukkan kepadanya semua kegagalan dan rasa tidak percaya dirinya. "Kamu tidak pantas untuk ini. Kamu tidak akan pernah bisa melakukannya," bayangannya menuding.
Marie menggigit bibir, air matanya menggenang. "Aku tidak bisa membiarkanmu menguasai diriku. Aku akan melawanmu!"
Menghadapi Kegelapan
Keduanya mengerahkan semua tenaga mereka untuk melawan bayangan dalam cermin. Dengan penuh keberanian, Claudia berteriak, "Kegelapan tidak akan mendefinisikanku! Aku lebih dari sekadar ketakutanku!"
Bayangan itu tampak bergetar, dan dalam sekejap, dia berusaha mengulurkan tangan untuk mencengkeram Claudia. Tetapi Claudia sudah bersiap. Dia mengangkat tangan dan dengan tegas berkata, "Aku menerima semua kegelapanku, tetapi aku tidak akan membiarkannya mengendalikan hidupku!"
Bayangan itu menjerit, lalu menghilang dalam cahaya. Ruangan itu bergetar hebat, dan suara teriakan Julien terdengar di sampingnya.
"Lepaskan aku!" teriak Julien, mengerahkan semua tenaga untuk membebaskan diri dari bayangannya. "Kamu tidak bisa mempengaruhiku! Aku lebih kuat dari semua ini!"
Dengan satu dorongan terakhir, Julien mengayunkan tangannya dan menegaskan, "Aku akan menjadi orang yang lebih baik! Aku akan melindungi teman-temanku dan tidak akan mundur!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Secrets Behind The Scenes
Mistério / SuspenseLaurent Claudia Auretta tak pernah menyangka hidupnya yang tenang akan berubah setelah menemukan buku tua yang menguak sejarah kelam kota kecilnya. Buku itu mengungkap tentang organisasi rahasia bernama Lingkaran Lacroix, kelompok bayangan yang kaba...