Setelah lama memandangi unggahan Sani, aku jadi bertanya-tanya. Bagaimana, ya, kata orang lain? Aku jadi penasaran kalau hal ini dibagikan ke orang asing akan bagaimana komentarnya. Karena itulah, aku membagikan ceritaku di "Komunitas Marah-Marah". Meskipun malas sekali mengetik panjang lebar seperti itu, aku tetap menyelesaikannya. Unggahan tersebut masih tanpa nama dan akun yang aku gunakan juga nama samaran. Aku menceritakan soal Aka, aku, juga Ana. Setelah sekitar 15 menit tulisan pertamaku diunggah, laman komentar langsung diisi beragam jenis pendapat orang.
@ akunemosi_: Emang itu, tuh, cowoknya aja nder yang gampang kepincut. Udah, lepasin aja, nder. Orang kayak gitumah enggak betah sama satu pasangan, takut banget nanti kalau kalian lanjut malah diselingkuhin.
@ lambemanis: Sender coba inget-inget dulu. Mungkin aja salahnya ada di kamu? Bukan nyalahin, cuma mungkin aja, 'kan, ada sesuatu yang bikin dia enggak bisa bertahan lagi.
@ yuyuuuu: Enggak, sih, Nder. Menurutku tetep salah mantanmu yang tiba-tiba punya cewek baru itu. Dia gampang banget lupain lu, Nder. Jadi keinget Satu Bulannya Bernadya.
@ Tinn12345: Udah, Nder. Lupain aja bener, deh. Justru artinya kamu udah dijauhin dari orang kayak dia.
@ Ooooo0000: Pasti doamu "Kalau dia jodohku, dekatkan. Kalau bukan dia, tunjukkan." Nah, iya, itu. Udah ditunjukkin kalau dia bukan cowok baik-baik, Nder. Dari dia beliin kue buat cewek lain aja menurutku udah salah, kok. Soalnya pake perasaan dan bukan temen awalnya.
@ Hugyu: Run nder run ....
@ Fitfithealth: Menurutku cewek barunya juga agak ngeselin, sih. Udah tahu cowoknya jadiin dia semacam 'selingkuhan' tapi tetep aja mau. Mana udah tahu kalau lu sakit hati lagi, nder. Makan tuh, cowok barumu! Wkwkw udah, nder, lupain aja.
@ Imyours: Kenapa, sih, cowok kayak gitu sering jadi rebutan? Seganteng apa coba? Spill mukanya wkwkwk
@ stillthere: Udah, ah. You deserve better, Nder. Masih banyak cowok baik di luar sana, Nder.
@ yourprince_: Itulah kenapa aku enggak setuju yang namanya pacaran. Tapi enggak apa-apa, Nder. Percaya, deh, pasti nanti ada yang lebih baik, terbaik malah. Sekarang kamu cuma perlu ikhlas, buat dirimu sendiri bahagia, dan percaya.
@ imnothappy: I feel you, Nder. Sini-sini aku peluk. Enggak apa-apa, Nder. You deserve better pokoknya.
Masih ada puluhan komentar lainnya. Aku sedikit lega. Dari sekian banyak komentar, hanya satu-dua yang terlihat menyudutkan dan menyalahkanku. Kebanyakan menyuruhku untuk melupakan Aka dan memulai hidup baru dengan bahagia. Di antara kedua komentar tersebut, ada juga yang menyalahkan Ana karena seolah merebut Aka dariku. Ana memang tidak tahu awalnya. Namun, setelah aku beri tahu, wanita itu justru melapor ke Aka dan tetap percaya pada pria tersebut.
Aku jadi menghela napas kasar. Mereka berdua udah bahagia, ya? Dan lupa kalau aku di sini sebegininya? Aku yakin bisa pelan-pelan lepas dari Aka dan lupain dia. Namun, kalau sekarang rasa-rasanya terlalu cepat. Aku masih bisa tiba-tiba menangis setelah bangun tidur, sedangkan pria itu bisa menelepon pasangan barunya kapan pun ia sedih. Aku masih sering teringat kenangan bersama Aka ketika melewati jalan yang pernah kami injak dulu. Sementara Aka sudah bisa jalan ke mana pun bersama sepasang kaki perempuan lain di sampingnya. Lagi, aku sangat mungkin memimpikan Aka meskipun tidak mau. Tanpa pernah diminta dalam doa, pria itu seenaknya hadir dalam malam membuatku bermimpi buruk. Mimpi sebahagia apa pun bersamanya hanya menjadi burukku saat ini. Sementara itu, di ruang lain, Aka bisa saja memimpikan Ana atau gadis manapun yang ia suka.
Aku tersenyum miris. Licik enggak, sih? Namun, mau-tidak-mau memang begitu kenyataannya. Memang begitulah cara dunia bekerja. Meskipun sudah mendapat dukungan banyak orang di komunitas tersebut, rasanya masih belum cukup untuk membuatku bisa lepas sepenuhnya dari Aka.
Aku menarik napas dalam-dalam. Oke ... bisa, yuk! Kita mulai lagi .... Mulai berdamai sama semuanya lagi .... Bisa, yuk! Enggak, aku belum bisa maafin Aka .... Oke, maafin diri sendiri aja kalau gitu .... Semuanya pasti baik-baik aja, 'kan? Pasti nanti bakal ada orang yang beneran sayang yang dateng di hidup aku, 'kan? Iya, 'kan?
Aku berulang kali merapal mantra ke diri sendiri, meskipun diri sendiri juga yang sering meragukannya. Namun, masih mencoba untuk fokus, lagi-lagi muncul notifikasi pesan di ponsel. Kali ini dari Ola, teman masa kecilku. Kenapa, ya, gara-gara masalah ini semua orang jadi menghubungiku lagi? Apa ini hikmahnya? Aku jadi dekat dengan teman-teman lamaku lagi. Namun, membaca pesan dari Ola membuat perasaanku bercampur aduk. Aku sedih, kecewa, lelah, dan kesal. Rasanya aku ingin mengamuk saja daripada menahan kesal seperti ini. Tanpa salam atau basa-basi, pesan Ola membuat amarah dan kekecewaanku semakin menumpuk.
Ola: Can, kamu udah lihat postingan baru Kak Aka? Dia udah tunangan, coyyyy. Lah, kukira kemarin sama kamu? Kok ini sama cewek lain? Eh, maaf, ya, Can, tiba-tiba chat gini. Soalnya aku kenal kalian berdua, jadinya kaget aja. Kak Aka enggak selingkuh, 'kan? Btw, kita udah lama banget enggak chatan, yah? Tiba-tiba aku ngabarin gini. Mau liat storynya enggak? Soalnya aku liat-liat kalian udah enggak saling follow. Nanti kalau mau liat, biar aku screenshot-in.

KAMU SEDANG MEMBACA
(No) Life After Breakup
RomansaSeorang wanita muda yang baru merasakan jatuh cinta berusaha mewujudkan cinta yang selama ini diimpi-impikannya. Ia pikir memiliki pacar tampan, mapan, perhatian sudah berhasil diwujudkannya. Namun, tiba-tiba saja dunia terasa berputar. Kenyataan ti...