Ketika pernikahan antara Rajapati Inker dan Nimas Tyasti akhirnya dilaksanakan, bahkan Serayu yang tinggal di halamannya bisa mendengar kemeriahan. Gong yang bertabuh dan sorak sorai yang riuh, itu adalah suasana penuh kegembiraan.
Melalui pelayan luar yang kebetulan menyaksikan rombongan itu lewat, Serayu mendengar mereka berkata bahwa Rajapati Inker tampak sangat tampan dalam busana pernikahannya. Pria itu menunggangi kuda tinggi dan mendatangi rumah Adipati Kalung secara pribadi untuk menjemput Nimas Tyasti.
Bahkan setelah tiga hari ketika pasangan tersebut kembali ke wastu Rajapati Inker, orang-orang masih belum berhenti membicarakannya. Topik pembahasan mereka justru semakin berkembang, yang kini juga menyebutkan nona muda yang dipersunting keponakan Maharaja tersebut.
Seperti yang diharapkan, Nimas Tyasti itu sangat cantik. Orang-orang melihat Rajapati Inker menunggang kuda sambil mengawal tandu istrinya, kemudian ada berpeti-peti sesan dan hadiah pernikahan yang sebelumnya diberikan Rajapati Inker diangkut di belakang. Semua orang berpikir bahwa seperti inilah pernikahan bangsawan yang sebenarnya.
Bercontoh pada kemeriahan pernikahan itu, sekarang semua orang menjadi lebih memperhatikan pernikahan Ajipati Khandra dan Nimas Serayu yang akan berlangsung dalam waktu dekat. Jika pernikahan Rajapati Inker seagung itu, Ajipati Khandra tidak mungkin kurang, bukan?
Ketika Serayu mendengar gosip itu dari salah satu pelayan luar, alih-alih gugup atau senang, dia justru tampak sangat tenang. Jelas baginya bahwa ada seseorang yang dengan sengaja mengipasi api di belakang. Niatnya juga tidak sulit untuk ditebak, itu pasti menargetkannya.
Jika Ajipati Khandra memang menyiapkan pernikahan yang megah, itu akan sesuai dengan reputasinya yang baik dan juga menunjukkan penghargaannya kepada calon istrinya. Namun, apabila proses yang disiapkan hanya begitu saja, mungkin situasinya akan sangat canggung.
Melihat tatapan khawatir sang ibu dan pelayannya, Serayu hanya tersenyum dan berkata, "Ajipati Khandra adalah orang yang cerdas. Ia tahu harus melakukan apa."
"Dijani sudah begitu mengenal watak calon suaminya saat ini?" tanya Diranda sengaja.
Serayu tertawa kecil. "Bukannya aku mengenal dengan baik, tapi semua orang di ibu kota tahu seperti apa temperamen Ajipati Khandra. Pemuda seperti itu tidak akan bertaruh dengan reputasinya sendiri, dan alih-alih mempersulitku, mungkin dia akan memperlakukanku dengan lebih baik." Serayu menganalisis dan menatap ayahnya. "Bukan begitu, Prama?"
Lasmana menatap putrinya, kemudian mengangguk ringan. "Serayu benar. Martabat keluaraga kerajaan harus dipertahankan, bahkan Rajapati Inker seperti ini."
Tidak perlu dijelaskan panjang lebar, semua orang paham apa maksud Lasmana.
Memperhatikan keluarganya tidak memiliki suasana hati yang buruk karena niat jahat orang luar, Dwita menghela napas lega. "Bisa dianggap keuntungan karena Ajipati Khandra memiliki reputasi yang baik di luar sana, dengan begitu dia akan berusaha mempertahankan hal itu dan tidak akan memperlakukanmu dengan buruk."
"Apa yang Saibu khawatirkan," balas Serayu santai. "Jika dia memperlakukanku dengan buruk, tidak seperti aku tidak bisa membalasnya. Pernikahan yang diberikan Maharaja tidak bisa diputuskan, tapi kami bisa saling menyiksa seumur hidup."
"Omong kosong, ucapan buruk apa itu?!" Dwita menegur putrinya karena mengutuk hidupnya sendiri. "Setiap wanita mengharapkan pernikahan yang baik dan bertahan seumur hidup. Kamu bisa bertindak bebas sekarang, orang tua dan saudaramu memanjakanmu. Tapi ketika menikah ke kediaman Rajapati Khandra nantinya, kamu tidak bisa melakukannya dengan ceroboh lagi. Kamu bukan hanya gadis bangsawan biasa saat itu, tapi seorang istri dari pria yang memiliki darah kerajaan dalam dirinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Laksana Angin Bagaikan Hujan
Historical FictionSebagai gadis malas yang lebih suka duduk bahkan jika disuruh berdiri, Serayu merasa aturan wanita bangsawan tidak cocok untuknya. Karena itu, ketika Maharaja menjodohkannya dengan seorang ajipati, haruskah Serayu bertindak sebagai wanita yang sesua...