Tidak ada yang mengharapkan Serayu akan tiba-tiba bertanya seperti itu, apalagi yang barusan berbicara adalah Ajimasayu Piri.
Sementara orang-orang masih kaget dan linglung, Nadita sudah menanggapi. "Maksudmu ketika wanita menjadi seorang janda? Tentu saja mereka harus mengikuti putranya sembari mengabdi kepada suami yang telah meninggal. Itu adalah bukti dari kesetiaan dan karakter luhur wanita tersebut." Jelas dia tidak senang, tapi Nadita masih berusaha menunjukkan kualitasnya sebagai putri yang sabar dan berpikiran benar.
"Maksud Yang Mulia, seorang wanita yang ditinggal mati suaminya harus menjaga makam pria itu sampai kematian menghampiri?"
Meskipun Nadita tidak mengatakannya secara langsung, tapi itulah makna kalimatnya. Jadi dia tidak membantah dan menjawab, "Seorang wanita dalam situasi itu seharusnya tahu bagaimana menempatkan diri."
Serayu menurunkan cangkir air madu yang dia pegang, bertanya lagi, "Jadi Anda berkata, bahwa Masayupati Rundi harus pergi ke makam leluhur untuk menjaga kuburan Adipati Antur Tua dan tidak boleh terlihat di luar?"
Ada keheningan di meja itu, entah karena mereka terlalu terkejut atau ketakutan. Mereka diam-diam melirik ke arah Nadita dan Nalaya, benar saja, ekspresi kedua gadis itu sudah sangat buruk.
"Apa niatmu berbicara seperti itu?!" Nalaya membanting cangkir keramiknya, cukup keras untuk menarik perhatian para tuan muda yang duduk di balairung sebelah.
Serayu tersenyum. "Nimas Diputri tidak perlu marah. Kawula hanya bertanya, karena menurut ucapan Yang Mulia Ajimasayu Piri barusan, itulah makna yang aku tangkap." Dia berkata perlahan, "Seorang wanita harus patuh pada orang tua ketika mereka masih gadis, itu benar. Seorang wanita harus patuh pada suami setelah mereka menikah, ini juga tidak salah. Akan tetapi, mengatakan jika seorang wanita harus tetap setia pada suami mereka bahkan setelah kematian dengan cara itu untuk menunjukkan seberapa berbudi luhur mereka, bukankah ini ... keterlaluan?"
"Jadi maksudmu, ajaran keluarga bangsawan selama bertahun-tahun ini salah?" Nadita bertanya dengan tajam. Dia sudah tidak menyukai Serayu karena merebut kekasihnya, dan kini yang lain masih begitu berani menentang ucapannya. Kalau begitu biarkan dia melihat, seberapa mampu Serayu bisa melawannya dan jangan salahkan dia karena tidak meninggalkan sedikitpun martabat di depan Ajipati Khandra untuk calon istrinya tersebut.
"Apakah itu benar-benar ajaran para bangsawan, atau sebenarnya hanya tradisi yang biasa dilakukan karena dianggap benar oleh beberapa kalangan?" balas Serayu. "Ketika pria menjadi duda, mereka bisa menikah lagi. Lalu kenapa ketika seorang wanita baik-baik menjadi janda, mereka harus bertindak seperti penjahat dan tidak bisa melihat siang hari? Masayupati Rundi adalah wanita terhormat, dididik sesuai dengan standar kerajaan, tapi apakah dia memiliki pemikiran yang sama seperti Anda, Yang Mulia?"
Ini bukan masalah Masayupati Rundi memiliki pemikiran yang sama atau tidak dengan Nadita, bahkan jika pendapat mereka sepaham, siapa yang akan mengkritik seorang putri agung karena tidak rendah hati setelah kematian suami mereka?
Pada akhirnya, bukankan tradisi itu hanya diterapkan pada wanita dengan status yang lebih rendah di mana aturan tersebut bisa dilakukan?
"Kawula memohon maaf karena tidak sopan, tapi aku benar-benar tidak bisa sependapat dengan Yang Mulia Ajimasayu Piri." Serayu berkata lagi, suaranya lebih jelas kali ini.
Dia sudah cukup banyak melihat wanita hidup menderita setelah kematian suami mereka. Menghidupi anak seorang diri tapi sering dihalangi, sulit mencari nafkah dan terlunta karena dipandang rendah, sampai pada akhirnya mati kelelahan dan tanpa harga diri.
Hanya karena seorang wanita menjadi janda, mereka diperlakukan layaknya pendosa. Bahkan jika wanita itu masih memiliki keluarga kelahiran sebagai pendukung, karena apa yang disebut 'tradisi' dan 'ajaran leluhur', kepala mereka tetap ditekan untuk dipaksa merasa malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Laksana Angin Bagaikan Hujan
Historical FictionSebagai gadis malas yang lebih suka duduk bahkan jika disuruh berdiri, Serayu merasa aturan wanita bangsawan tidak cocok untuknya. Karena itu, ketika Maharaja menjodohkannya dengan seorang ajipati, haruskah Serayu bertindak sebagai wanita yang sesua...