15. Happy Birthday

2 1 0
                                    

Brukk

Di tengah malam penuh kegelapan seorang gadis terjatuh, ia lantas beringsut mundur di apit wajah ketakutan, kepalanya terus menggeleng takut. Sebuah ruangan dengan latar gelap serta aura suram membekap tubuh gadis yang di culik oleh seseorang di kenal dengan kata misterius. Ruangan di lantai 2 di sebuah gedung mati telah terbengkalai di jadikan markas kekejaman mengumbar aura kegelapan. Di tempat itu, hanya dua manusia yang di kabarkan singgah. Selebihnya hanyalah barang-barang berkas yang berserak tak beraturan.

"Jangan bunuh gue, maafin gue. Gue minta maaf Steven." Terbata-bata kata-kata itu keluar dari bibir Miranda.

Terukir senyum bengis di wajah sosok yang sudah tak kenal kata iba. Maaf tidak akan bisa merubah apa yang terjadi, percuma kata-kata itu keluar karena keadaan sudah tidak sama seperti dulu lagi.

"Gue gak akan ngapa-ngapain. Gue denger hari ini lo ulang tahun bukan? Masa temen sendiri ulang tahun gak ngasih kejutan."

Miranda meneguk saliva, bulu kuduk serempak bangkit. Tersemat ketakutan di balik kata-kata yang terdengar bagai kata-kata terakhir.

"Siap melihat kejutan dari gue?"

Glek

Lagi-lagi Miranda menelan ludah, makin lama wajah gadis itu makin pucat pasi seperti tak teraliri darah. Kesalahan masalalu membuatnya tenggelam dalam rasa bersalah telah terlanjur membumbung tinggi.

Tek

Gelap, tak ada sedikit cahaya yang menerangi ruangan luas penuh kekosongan. Miranda celingukan, dari awal tau jika tidak ada seorangpun selain mereka berdua di tempat itu. Dan sekarang kegelapan datang membuat diri terpuruk dalam kesendirian, batin tidak merasakan kehadiran pemuda yang menyeretnya ke tempat gelap ini.

"Steven. Steven jangan tinggalin gue, Steven gue mohon maafin gue." Setetes air mata mengalir, gadis itu bangun mencari seseorang di tengah kegelapan menyelimuti.

Kaki bergerak ke sembarang menyusuri kegelapan kian lama kian pekat. Tak ada jalan untuk diri melangkah terarah, penyiksaan kecil ini membuat diri terhujam hebat.

"Hiks hiks hiks, Steven lo di mana?" Jatuh bagai air hujan cairan bening di pelupuk gadis cantik itu.

Langkah tiba-tiba terhenti, kaki Miranda merasakan adanya pertemuan tubuh dengan tubuh. Sontak gadis itu bertambah memucat, ia menelan ludah sendiri merasakan jikalau sosok yang ia tabrak jauh lebih besar di bandingkan tubuh mungilnya.

"ARRRRGGGGHHH STEVEN!" Jeritan panjang terdengar memekakkan telinga. Gadis itu berlari tak terarah, di pikiran hanya ada hal-hal buruk yang kemungkinan ada di tempat jarang di tempati.

Brukk

Kepala gadis itu menghantam tiang, bercak darah turun membasahi kening. Tubuh bergetar hebat meluruh di lantai, tangis menyebar mengganggu indera pendengaran. Tak ada yang bisa di lakukan selain memeluk tubuh sendiri berteman dengan sepi."Mama, tolong Mira, Mira takut."

Sekejap terasa berat perpisahan antara ibu dan anak. Mata ingin melihat wajah kedua orang tua yang hati harapkan dapat membantu diri menumpaskan kesulitan.

"Happy birthday to you."

Kepala Miranda mendongak kala merasakan langkah kaki seseorang yang bergerak mendekat. Sosok lelaki di lantik dengan warna hitam melangkah membawa kue ulang tahun dengan lilin-lilin kecil yang ikut meramaikan. Setitik cahaya datang mengiringi langkah pemuda itu.

"Happy birthday to you."

"Happy birthday, happy birthday, happy birthday to you."

Gadis yang di nyatakan ulang tahun terbungkam tak mampu mengeluarkan sepatah katapun. Tepat di jam 00 hari yang di tunggu-tunggu telah datang, namun sekelebat badai menghantam hingga rusak semua impian.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 14 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FatamorganaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang